Jumat, 22 Mei 2020

Ramadan ke 29: Saya memilih berhenti menulis

Ramadan ke 29: Saya memilih berhenti menulis
"Silahkan memilih tetap menjadi guru atau menjadi penulis?" kata wanita itu.  Bagai petir menyambar di pagi buta.  Tubuh saya langsung lemas.  Seolah tak ada energi lagi untuk menjawabnya.
Setelah itu, wanita tersebut terus memaki.  Menyebutkan satu demi satu dosa dan kesalahan saya selama ini.  Namun saya tidak bisa mendengarkan semua kata-katanya dengan baik.  Pikiran saya melayang memikirkan kata-kata itu.  
Setelah wanita itu berhenti bicara, saya mohon diri.  Sepanjang perjalanan pulang, kata-kata itu yang terus saja terngiang.  Sampai akhirnya saya putuskan untuk berhenti berjuang.  Saya memilih tetap menjadi guru, dan berhenti menulis.  Berhenti juga menerima undangan sebagai Nara sumber menulis buku.  Saya benar-benar takut.  Uang yang saya terima itu tidak halal.  Sehingga berdampak pada kesehatan dan masa depan anak-anak saya.
Saya katakan pada diri sendiri.  Toh saya selama ini sudah banyak menulis.  Bahkan ratusan buku sudah tertulis nama saya.  Kalau tidak salah ingat, sudah lebih dari 450 buku ber isbn.  Juga sudah banyak menginspirasi penulis-penulis lain.  Baik guru maupun siswa Indonesia dan manca negara.  Jika saya harus berhenti saat ini, mungkin tidak akan berdampak banyak.   
Mungkin beliau benar.   Saya sudah banyak berdosa.  Karena sering menulis sesuatu yang menyakiti orang lain.  Juga banyak mengorbankan orang lain demi ambisi saya selama ini untuk menjadi guru penulis.  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar