Lebaran di pertengahan tahun 2020 ini memang berbeda. Semua tahu, ini karena pandemi Corona yang sedang melanda dunia. Ya, bukan hanya di Indonesia. Tapi hampir seluruh dunia berduka karena virus amat sangat kecil tak kasap mata ini.
Sesuai anjuran pemerintah. Kita harus shalat id di rumah. Bahkan silaturahmi pun harus dilakukan dari rumah. Yaitu menggunakan HP. Bahkan sebagai ASN, suami saya harus melaporkan foto posisi dengan waktu yang sudah ditentukan. Antara lain pada jam delapan pagi dan jam empat sore. Pada kurun waktu itu, beliau harus benar-benar stay in home. Walau sama-sama ASN, namun saya belum dapat anjuran yang sama. Walau demikian, kami sekeluarga tetap berdiam di rumah.
Dusun kecil kami mengadakan shalat id di Masjid Talun. Takmir masjid mengumumkan, bahwa semua harus jaga jarak dan menggunakan masker. Namun ketika saya sampai di masjid. Ternyata banyak juga yang tidak menggunakan masker. Rasa khawatir sempat menghinggapi hati saya. Namun semua saya pasrahkan kepada Gusti Allah. Kembali ke niat utama, yaitu shalat id. Saya tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.
Seusai shalat id, kami pulang ke rumah. Langsung saja mencuci tangan dengan sabun dan sarapan. Pintu pagar sudah kami kunci. Saya mulai Vidio call dengan saudara-saudara yang tinggalnya jauh. Kami menyebutnya silaturahmi virtual. Mungkin ini memang satu-satunya cara berlebaran paling baik di tengah merebaknya kovid 19.
Tak lama setelah itu, ada seseorang membunyikan bel pagar. Anak pertama saya segera membuka pintu pagar. Ternyata ada beberapa tetangga yang mau bersilaturahmi. Kami tidak muggkin menolak semua itu. Akhirnya dipersilahkan masuk. Seterusnya banyak sekali warga yang silaturahmi ke rumah kami. Akhirnya kami berdiri di halaman saja. Supaya mereka tidak masuk ke dalam rumah. Kue lebaran yang sedianya akan kami makan sendiri bersama keluarga kecil ini, terpaksa di keluarkan ke halaman juga. Anak-anak kecil suka sekali. Mereka membawa sosis, permen dan minuman kami.
Setelah mereka pulang, kami semua mencuci tangan dengan sabun. Tapi tak lama kemudian, ada lagi yang berkujung. Kami tak sempat masuk ke dalam rumah. Sampai jam sebelas pagi, masih juga berdiri di halaman. Pas lima belas menit sebelum dhuhur, suasana sudah sepi. Suami saya langsung mengunci pintu pagar. Semua diajak mencuci tangan dengan sabun. Lalu mengambil wudhu dan siap-siap jamaah shalat dhuhur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar