Semalam saya sudah WA Mbak Tutik. Bakul belanja yang biasa mangkal di Desa Ngrandu. Bahwa besuk mau beli bwang merah sekilo, bawang putih sekilo, teri sekilo, dan masih banyak lagi lainnya.
Mbak Tutik itu menggelar dagangannya di tempat itu sekitar jam 50.30 sampai jam 06.00. Tapi kalau belanjaan masih banyak, kadang bisa sampai jam 06.30. Jualannya biasanya sudah dibungkus kecil-kecil. Ya maklumlah. Ukuran nelanjaan ibu-ibu di desa. Misalkan cabe, sudah dibungkus dia ribuan, tomat tiga ribuan, Bawang merahlima ribuan, bawang putih empat ribuan, dan lain-lain. Hampir semuanya porsi kecil. Tidak ada yang bungkusan sekilo atau dua kilo. Makanya kalau mau beli dalam jumlah banyak harus pesan dulu sebelumnya.
Pagi ini selepas subuh berjamaah. Si kecil Abikara menawari untuk memijat kaki saya. Katanya sih agar kakinya ibuk tidak capek. Tiap malam dipakai tarawih. Mendengar tawaran menggiurkan seperti itu, saya langsung berbaring di kamarnya. Belum genap sepuluh menit, sudah tertidur. Bangun-bangun sudah jam 06.30. Saya kaget sekali. Mengingat pesanan belanja di Mbak Tutik yang belum saya beli. Pasti Mbak Bakul itu kebingungan. Siapa coba yang mau beli belajaan sebanyak itu. Tanpa mencuci muka, apalagi mandi. Saya bergegas mengambil jilbab dan masker. Langsung tancap gas. Sepanjang jalan saya mengamati. Kalau-kalau ada Mbak Tutik. Sampai di depan kios buah. Saya melihat ada bakul Mlijo yang sedang membeli buah. Setelah melihat dengan seksama, langsung menghentikan laju motor kecil saya.
"Mbak Tutik...," sapa saya dengan penuh keyakinan.
Namun ketika wanita itu menengok. Ternyata diaa bukan wanita yang saya maksud. Aduh... Betapa malunya. Tapi ya sudahlah, bukankan saya harus segera ke TKP untuk menemui bakul belanja itu. Setelah memohon maaf, sayapun bergegas menuju ke Desa Ngrandu. Puji syukur. Dari jauh terlihat tawa Mbak Tutik melihat kedatangan saya. Pasti hatinya lega.
"Ya Allah.... Maaf Mbak, saya ketiduran," sapa saya.
"Alhamdulillah Bu. Sebenarnya saya mau mampir ke rumah ibu," jawabnya sambil memberikan dua kresek pesanan saya.
"Memang tahu rumah saya?"
"Tahu Bu. Saya sudah tanya orang-orang."
"Oh... Syukurlah. Berapa totalnya?"
"Dua ratus dua puluh lima ribu, Bu."
Setelah menyerahkan uang, saya pun pamit. Tak lupa, sekali lagi memohon maaf kepada wanita itu.
Keren
BalasHapusNuwun
HapusKeren
BalasHapusNuwun
BalasHapus