Jumat, 29 Oktober 2021

Puisi Dan Geguritan Lomba Kinanthi (Pilih 1 saja)

Video dikirim ke WA Emi Sudarwati 082132206671

Karawang-Bekasi

Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan berdegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu

Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa,

Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi


WONG JAWA
Dening : Suripan Sadi Hutomo

wong jawa aja jawal
jawa jawal jawane kadhal
apa sliramu jawa, mitraku
geneya kok ngiris atiku?
Ronggawarsita lan Aristoteles
Yasadipura lan Sokrates
padha dene pujangga linuhung
padha dene pujangga kang agung

yen koksemak buku filsafat
yen koksemak ilmu masyarakat
mung ana siji keblat
kang ajine ora mekakat
kang gawe ati nggrantes
awit mung Aristoteles lan Sokrates
sinebut sinubya ukara
rinoncen kembang maneka

o, Ronggawarsita
oh Yasadipura
awit apa basa jawa
kang ora bisa diwaca?
awit apa mung basa latin
kang bisa anuntun batin?

wong jawa aja jawal
jawa jawal jawane kadhal
apa sliramu jawa,mitraku
geneya kok ngiris atiku ?


kecubung ungu ing taman kutha
iki kahanan kang nembe teka
apa sliramu bakal wuda
melu-melu angumbar dhadha?

wiwawite lesmbadhonge
tabik-tabik sunan kali
kita ngadeg ing grumbul srengenge
kita wani ndhudhah ati?

Kamis, 21 Oktober 2021

Pertemuan Dharma wanita SMKN Baureno

Ibu ketua Dharma wanita persatuan SMKN Baureno.
Ibu Khusnul Akyar

Ibu pengurus Dharmawanita persatuan 

Ibu-ibu anggota dharma wanita persatuan

Ngaturaken asil pelatihan pambiwara ing SMKN Dander.

Kepeneran: Nara sumber: Puji Yuhana (Anggota Permadani Nganjuk) 
Alumni B.Jawa 
UNESA angkatan 94

Tugas Pranatacara:
Cek sinten mawon pejabat ingkang rawuh.
Cek sinten mawon ingkang badhe sambutan.
Cek kesiapan sound sistem.

2 jam dereng cekap
Gladhi Pranatacara ing Permadani Lamongan dangunipun 6 sasi.

24 materi
Pambuka-Paripurnaning Gati.

Pambuka



Jumat, 15 Oktober 2021

Testimoni Prof. Dr. Djoko Saryono

Sastra daerah masih hidup? Sastra daerah masih berdegup. Bahagia saya, saat acara pertemuan komunitas literasi Jawa Timur, dapat bersua Zainal Abidin Hanafi yang sedaerah Royyan Julian, kemudian memberi hadiah novela Madura berjudul Bajing Tana. Saya juga bertemu Emi Sudarwati yang lalu menghadiahi kumpulan cerpen Jawa berjudul Lilani Aku Dadi Srengenge. Kedua buku ini menandakan sastra Madura dan Jawa masih berdegup, masih dipertahankan oleh penulis dan pembacanya.

Bisa dibilang dua buku ini menyiratkan satu cercah harapan. Kenapa? Pertama, buku ini ditulis oleh orang muda yang masih mampu dan mau mencebur dalam sastra daerahnya. Zainal A Abidin adalah sastrawan Madura yang masih muda dan lumayan mengkhidmati sastra daerah. Dia lumayan suntuk menulis sastra dalam bahasa Madura. Emi Sudarwati merupakan guru sekaligus pengarang Jawa yang produktif dan mampu mengompori murid-muridnya untuk menulis fiksi Jawa. Buku kumcernya ini juga ditulis bersama muridnya -- kaum belia yang sanggup menulis cerpen Jawa.

Kedua, dua buku ini mencoba mengadaptasi atau mencangkokkan genre sastra modern ke dalam sastra Madura dan Jawa. Bisa disebut juga dua buku ini menggambarkan usaha menemukan strategi untuk menghidupkan sastra Madura dan Jawa. Buku Bajing Tana dan Lilani Aku Dadi Srengenge mencoba menjadikan bentuk fiksi (novela dan cerpen) beserta strukturnya untuk mengungkapkan persoalan keseharian di dalam kehidupan masyarakat lokal dalam bahasa daerah masing-masing. Bajing Tana bisa dikatakan sebagai novela berbahasa Madura dengan persoalan lokal di hadapan kehidupan yang sedang berubah. Malah kumcer Lilani Aku Dadi Srengenge, yang metaforis, mengungkapkan kehidupan modern anak-anak muda masa kini dalam bahasa Jawa. Eloknya, selain Emi, para penulis cerpen adalah murid-muridnya Emi yang masih belia. Mereka rata-rata lumayan fasih menuliskan peristiwa keseharian yang dekat dengan mereka dalam bentuk cerpen dan bahasa Jawa.

Yang diperlukan agar pengarang sastra daerah tetap bertahan eksis -- terutama agar Zainal dan Emi beserta kamu belia belasan tahun yang mau menulis sastra daerah -- adalah ekosistem kepengarangan sastra daerah yang nyaman dan menyemangati mereka. Bukan hanya pemerintah, tapi juga pembaca dan jaringan peredaran sastra daerah. Pembinaan pemerintah memang diperlukan, tapi sehatnya komunitas literasi khususnya komunitas sastra daerah dibutuhkan. Bukankah begitu Amyn Chusen, Anjrah Lelono Broto, Bonari Nabonenar, Rini Tri Puspohardini, dan NonoWarnono? 

#nggamblehpagi