Emi Sudarwati
Kovid 19 memang benar-benar mengajarkan banyak hal kepada saya. Sejak diberlakukannya work from home (Bekerja dari Rumah), guru memang lebih banyak waktu bersama keluarga. Walau kebersamaan itu tidak berarti 100%. Karena justru dengan bekerja dari rumah. Siswa bisa bertanya dan mengumpulkan tugas kapan saja. Memang tidak harus begitu. Guru bisa saja memberikan deadline (batas waktu) pengumpulan tugas. Tapi saya tidak tega melakukan itu. Karena menyadari. Sugnal di desa kecil kami sangat tidak bersahabat. Belum lagi, tidak semua siswa bisa membeli paket data. Karena di masa sulit seperti ini. Tentu orang tua lebih memilih memberi beras untuk makan, daripada untuk membeli paketan.
Kovid 19 mengajarkan saya menjadi 100% ibu rumah tangga. Rajin mengumpulkan resep dari YouTube, lalu belajar memasak. Sebelumnya bisa sih memasak ala kadarnya. Namun kadang tidak sempat. Karena harus berangkat pagi dan pulang sore dari sekolah. Jujur, saya sering berharap. Mengajar sampai jam 12.00 saja. Seperti jaman kecil saya dulu. Sekolah tidak sampai sore, seperti saat itu. Sekarang bahkan kovid memberikan lebih dari yang saya pinta. 100% stay at home (diam di rumah). Senang? Awalnya ya. Tetapi banyak susahnya. Karena banyak saudara-saudara yang meregang nyawa karena wabah korona. Itu sangat menyedihkan. Hidup penuh dengan rasa takut dan was-was.
Kembali ke masalah masak,-memasak. Saya berusaha masak sendiri setiap hari. Berharap agar-suami dan anak-anak merasa betah di rumah setiap hari. Tidak lagi berfikir untuk ke luar rumah. Walau hanya sekedar membeli jajanan. Semua sudah tersedia di rumah. Semua resep dan gambar masakan saya unggah di Facebook. Berharap semua itu dapat memotivasi teman-teman yang lain. Memang benar, banyak yang menyukai unggahan semacamnitu. Tetapi lama-kelamaan banyak kritik di Facebook. Bahwa di luar sana banyak saudara kita yang kesusahan mencari makan. Maka tidak selayaknya kita setiap hari mengunggah foto atau video makanan. Sebenarnya saya tidak sependapat dengan semua itu. Masak sih orang bisa beli paketan dan bisa Facebook an, tatapi tidak bisa beli makanan.
Tapi ya sudahlah. Saya tidak mau berdebat. Mending mencari kegiatan lain yang dapat menghasilkan uang. Salah satu jalannya adalah dengan berdagang. Ya, memanfaatkan Facebook untuk berdagang. Tapi dagang apa?
Laku saya buka market place. Di sana banyak inspirasi. Apa-apa yang dapat lan laju di jual menjelang lebaran. Akhirnya pilihan hati tertambat pada toples. Berjualan toples tentu sangat menyenangkan. Jika belum laku pun tidak akan basi.
Toples Calista Otaru. Satu paket berisi 14 pcs. Bisa untuk tempat kos lebaran. Juga bisa untuk menaruh isi kulkas, agar tampak rapi dan muat banyak.
Pertama saya unggah di Facebook. Tarnyata sudah banyak peminatnya. Saya semakin semangat berjualan. Pembeli pertama adalah Anik Hidayati. Namun saya gratiskan saja, sebagai promosi. Selanjutnya banyak teman-teman yang memesan. Akhirnya saya putuskan untuk menjadi distributor. Yaitu dengan membeli 50 paket toples. Mudah-mudahan bisa laku keras. Saya berjanji, semua keuntungan penjualan akan disumbangkan untuk tetangga yang sangat membutuhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar