Sabtu, 30 Mei 2020

Lebaran ke 7: Perayaan Ketupat

Lebaran ke 7: Perayaan Ketupat
Seperti biasa.  Di dusun kecilsaya tetap melaksanakan tradisi kupatan ini.  Sama sekali tak terpengaruh dengan pandemi kovid 19 yang sedang melanda negeri ini.  Anak-anak muda, dewasa dan orang tua berkumpul di mushola terdekat.  Semua membawa ketupat dan lepet.  Sesampainya di mushola, semua berdoa.  Lalu saling mencicipi masakan masing-masing.  Jika di rasa cukup, semua kembali ke rumah masing-masing dengan membawa makanan yang masih ada. Lalu Anggo ya keluarga di rumah makan seadanya.  
Tapi saya pribadi dan suami tidak ikut ke mushola.  Karena kami berdua kan ASN.  Harus memberi contoh kepada masyarakat.   Untuk selalu stay at home di musim Corona ini.  Meski demikian, saya tetap masak ketupat dan lain-lain itu.  Sedangkan yang membawa ke mushola adalah Kakak Prabu.  Dia paling semangat kalau ada acara makan-makan di mushola atau masjid bersama teman-temannya.  
Ya Allah.... Semoga pageblug ini segera berlalu.  Sehingga kami semua bisa hidup normal kembali.

KETUPAT DAN SEJARAHNYA
Adalah Sunan Kalijaga yang pertama kali memperkenalkan pada masyarakat Jawa. 

Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali BAKDA, yaitu bakda Lebaran dan bakda Kupat yang dimulai seminggu sesudah Lebaran.

Arti Kata Ketupat.

Dalam filosofi Jawa, ketupat memiliki makna khusus. Ketupat atau KUPAT merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat.
Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan.
Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat.

Tradisi sungkeman menjadi implementasi ngaku lepat (mengakui kesalahan) bagi orang jawa.
Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain.

Laku Papat.

1. Lebaran.
2. Luberan.
3. Leburan.
4. Laburan.

Lebaran.
Sudah usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. 

Luberan.
Meluber atau melimpah, ajakan bersedekah untuk kaum miskin.
Pengeluaran zakat fitrah.

Leburan.
Sudah habis dan lebur. Maksudnya dosa dan kesalahan akan melebur habis karena setiap umat islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain.

Laburan.
Berasal dari kata labur, dengan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding.
Maksudnya supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batinnya.

FILOSOFI KUPAT - LEPET

KUPAT
Kenapa mesti dibungkus janur? 
Janur, diambil dari bahasa Arab " Ja'a nur " (telah datang cahaya ). 
Bentuk fisik kupat yang segi empat ibarat hati manusia.
Saat orang sudah mengakui kesalahannya maka hatinya seperti kupat yang dibelah, pasti isinya putih bersih, hati yang tanpa iri dan dengki.
Kenapa? karena hatinya sudah dibungkus cahaya (ja'a nur). 

LEPET
Lepet = silep kang rapet.
Mangga dipun silep ingkang rapet, mari kita kubur/tutup yang rapat.
Jadi setelah ngaku lepat, meminta maaf, menutup kesalahan yang sudah dimaafkan, jangan diulang lagi, agar persaudaraan semakin erat seperti lengketnya ketan dalam lepet.

LONTHONG
Lonthong = olone wes kothong
Setelah berma'afan segela kesalahan akan terhapuskan, sehingga Rahmat Allah akan dicurahkan

Betapa besar peran para wali dalam memperkenalkan agama Islam. Umat muslim sudah seharusnya memuliakan budaya atau ajaran yang telah disampaikan para wali di Indonesia ini.

Pelajaran hari ini:
Menilai kekurangan orang lain memang mudah.  Tapi membuat jadi lebih baik, sangat berat.  Tetap semangat menjadi diri sendiri.  Terus semangat berbenah.  Jangan lupa bahagia.

Pelajaran hari ini:
Alhamdulillah.... Saat ini yang lokal jauh lebih mahal.  Bahkan mencapai 2X lipat.  Kita mulai bisa menghargai bangsa sendiri.

Jumat, 29 Mei 2020

Lebaran ke 6; Kaos

Lebaran ke 6; Kaos
Teringat beberapa tahun yang lalu.
Anak saya memang penggemar salah satu clup sepak bola ternama.  Pada suatu hari.  Dia pesan kaos via on line.  Pakai uangnya sendiri.   Begitu kaos itu datang.  Ayahnya yang terima.  Ternyata tulisan di kaos itu sangat tidak pantas.  Bahasanya kasar.  Belum juga dipakai.  Kaos tersebut langsung dimasukkan tong sampah dan di bakar.  Anaknya sedih dong.  Biar saja, dari pada karakternya rusak oleh kata-kata yang kasar itu.  Sampai saat ini, dia selalu bertanya dan meminta pertimbangan dahulu kalau mau pesan sesuatu.  Meskipun pakai uangnya sendiri.

Selasa, 26 Mei 2020

Lebaran ke 4: Berkah TPP

Lebaran ke 4: Berkah TPP
Alhamdulillah.... Semalam sudah ada SMS dari Bank BRI.  TPP saya cair.  Masih ingat kan tradisi shodaqoh pagar yang saya lakukan selama bulan suci? 
Pertama saya hanya shodaqoh pagar 10 paket saja setiap hari.  Alhamdulillah, lama kelamaan bisa shodaqoh pagar sampai 26 paket sembako ala kadarnya.  
Kalau biasanya hanya pagar depan, kini mulai merambat ke samping.  Terima kasih setulusnya kepada para pembeli Toples Calista Otaru di manapun berada.  Karena semua hasil penjualan saya gunakan untuk membeli sembako ini, setiap hari.
Sejak Ramadan pertama, saya sudah kepikiran untuk melakukan ini.   Karena terinspirasi teman-teman di Facebook.  Juga inspirasi dari seorang aktor ganteng dari India.  
Saya tinggal di dusun kecil.  Rata-rata bertetangga dengan buruh tani, kuli panggul, tukang becak, tukang sampah, pencari rongsok dan lain-lain.  Masa pandemi kovid 19 semacam ini, mereka sangat merasakan dampaknya. Memang dengan shodaqoh pagar ini, tidak mungkin bisa membatu menyelesaikan masalah mereka secara tuntas.  Tetapi minimal saya sudah berusaha berbuat yang terbaik.  
Awalnya banyak banget yang menentang.  Termasuk suami saya sendiri.  Karena biasanya kami shodaqoh dengan cara memberikan langsung ke rumah-rumah tetangga.   Tapi di masa sulit seperti ini.  Apalagi kami sedang Stay at home.  Menurut saya ini solusi terbaik.  Akhirnya semua bisa mengerti dan mendukung.
Kebetulan hari ini ada Anik (adik saya) sedang main ke rumah.  Langsung saya ajak belanja di gudang Sraturejo.  Kebetulan di rumah masih ada Se karton minyak isi 24 botol.   Jadi hari ini tinggal membeli mie, tepung bumbu, bawang putih, bawang bombai, dan penyedp rasa.  Awalnya mau tamba ikan teri atau layur.  Tapi ternyata lagi kosong.  Ya sudah, Minggu depan sajalah ditambah ikan.  Kali ini cukup itu saja.  
Sepulang dari gudang.  Saya dan Anik langsung membungkus semua sembako tadi menjadi 24 paket.  Tapi rasanya kok terlalu sedikit ya.  Lalu bungkusan-bungkusan itu saya buka lagi.  Rencananya besuk mau ditambah dengan ikan teri, cabe dan tomat.  Kasihan, tetangga kami banyak yang terdampak Covid 19.  Seperti pedagang-pedagang yang biasanya keliling di sekolah-sekolah, tukang becak, janda-janda dan anak-anak yatim.  Semoga sembako sederhana ini bisa sedikit mengurangi beban hidup mereka.  Jika ada rejeki, saya berencana melanjutkan tradisi shodaqoh pagar ini minimal setiap Hari Jum'at.  Tapi kalau bisa ya lebih sering lebih baik.  Apa salahnya sih menyenangkan hati orang lain.  Terutama. Orang yang tidak mampu.

Lebaran ke 3: Mulai Puasa Syawal

Lebaran ke 3: Mulai Puasa Syawal
Alhamdulillah, puasa tahun ini bisa penuh. Tidak punya hutang sama sekali.  Walau demikian, saya sudah bertekad.  Meskipun tak punya hutang puasa, tetap akan melanjutkan di Bulan Syawal.  Tentu saja mulai di hari ke 3 lebaran. 
Suami dan anak-anak sudah berjanji mau ikut puasa Syawal juga.  Makanya saya semakin bersemangat.  Jam 02.30, alarm di HP saya berbunyi.  Suami yang lebih dahulu mendengar, langsung membangunkan semuanya.  Kami shalat tahajud bersama-sama meski tidak berjamaah.  Setelah itu mereka bertiga tidur lagi.  Katanya belum siap puasa hari ini.  Saya tidak bisa memaksa.  Akhirnya hari ini saya puasa Syawal sendirian.  Seperti biasa.  Kalau puasa sunah, saya tidak pernah makan saur.  Hanya minum air hangat campur madu murni saja.  InsyaAllah kuat, karena sudah niat.  Saat semua kembali terlelap, saya mengambil wudhu lagi dan mengaji.  Sambil menunggu subuh, tentunya.   Pas dengar adzan subuh, langsung membangunkan suami dan anak-anak saya.  Kami shalat subuh berjamaah.  Kali ini yang menjadi omamnya adalah Kakak Prabu.
Seusai shalat subuh, kami semua jalan-jalan di pematang sawah.  Menghirup udara pagi yang sangat segar.  Melihat burung-burung kecil bercanda dengan angin dan dedaunan.  Bahagianya mereka.  Terbang bebas di angkasa.  
Puas menikmati udara pagi, kami kembali ke rumah.  Larut dalam aktifitas masing-masing.  Saya memasak untuk suami dan anak-anak.  Mas Catur menyiapkan materi pembelajaran on line.  Kakak Prabu membuat rak bunga dari besi.  Sementara Adik Abikara menyelesaikan tugas sekolahnya.
Setelah semuanya matang, saya manggil mereka.  Semua makan bersama di teras samping rumah kami.  Sementara saya merebahkan tubuh ini di kursi panjang.  Membuka HP dan menyalakan paket datanya.  Beberapa pesan langsung masuk tiada terbendung. Salah satu pesan yang paling menarik adalah dari Bank BRI.  Ya, pemberitahuan bahwa ada uang masuk ke rekening saya.  Alhamdulillah, TPP tri wulan pertama sudah cair.  
Siang hari,  seusai jamaah shalat dhuhur.  Mata ini mulai mengantuk. Saya pamit pada suami, untuk tidur siang.  Lalu suami saya bilang, bahwa akan ada tamu anak-anak mantan pengurus OSIS SMKN Baureno.  Katanya sih sekitar 20 orang.  Terus terang saya kuwatir sekali, harus menerima tamu sebanyak itu.  Apalagi mereka itu rata-rata sudah bekerja di kota.  Jangan-jangan pulang membawa virus.  Tapi suami saya tidak enak kalau tidak menerima mereka.  Ya sudah, tapi saya bersikeras tidak ikut menemui mereka semua.  
Di depan rumah sudah saya sediakan air dan sabun untuk mencuci tangan.  

Senin, 25 Mei 2020

Lebaran ke 2: Menyiapkan Pembelajaran On Line

Lebaran ke 2: Menyiapkan Pembelajaran On Line
Mas Menteri sudah mengumumkan.  Bahwa tahun ajaran baru akan dimulai pada tanggal 2 Juni 2020.  Padahal pandemi Covid 19 masih demikian mewabah. Mungkin siswa dan guru akan masuk ke sekolah dengan memakai keamanan seperti di Negeri Cina sana.  Ataukah dengan fasilitas seadanya.   Jika itu terjadi,. Maka guru dan siswa akan sama-sama terancam keselamatannya.
Kalau menurut saya,akan lebih baik meneruskan pembelajaran jarak jauh saja.  Namun semua itu bukan tanpa kendala.  Siswa harus dibekali Android lengkap dengan paketannya.  Dengan demikian tidak akan ada lagi keluhan dari siswa maupun wali siswa.  Dengan alasan tidak memiliki android atau paketan.  Sehingga mereka dengan mudah dapat mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran on line.
Untuk menjemput semua yang mungkin akan terjadi.   Ada baiknya guru sudah mulai mempersiapkan diri.  Membuat materi pelajaran yang sesuai untuk pembelajaran secara on line ini.  Dengan demikian.  Saat kegiatan pembelajaran telah resmi diterapkan.  Maka guru tak lagi memiliki alasan untuk menolaknya.

Minggu, 24 Mei 2020

Lebaran pertama: Lebaran Virtual

Lebaran pertama: Lebaran Virtual
Lebaran  di pertengahan tahun 2020 ini memang berbeda.  Semua tahu, ini karena pandemi Corona yang sedang melanda dunia.  Ya, bukan hanya di Indonesia.  Tapi hampir seluruh dunia berduka karena virus amat sangat kecil tak kasap mata ini. 
Sesuai anjuran pemerintah.  Kita harus shalat id di rumah.  Bahkan silaturahmi pun harus dilakukan dari rumah.  Yaitu menggunakan HP.  Bahkan sebagai ASN, suami saya harus melaporkan foto posisi dengan waktu yang sudah ditentukan.  Antara lain pada jam delapan pagi dan jam empat sore.  Pada kurun waktu itu, beliau harus benar-benar stay in home.  Walau sama-sama ASN, namun saya belum dapat anjuran yang sama.  Walau demikian, kami sekeluarga tetap berdiam di rumah.  
Dusun kecil kami mengadakan shalat id di Masjid Talun. Takmir masjid mengumumkan, bahwa semua harus jaga jarak dan menggunakan masker.  Namun ketika saya sampai di masjid.  Ternyata banyak juga yang tidak menggunakan masker.  Rasa khawatir sempat menghinggapi hati saya.  Namun semua saya pasrahkan kepada Gusti Allah.  Kembali ke niat utama, yaitu shalat id.  Saya tetap menggunakan masker dan menjaga jarak.
Seusai shalat id, kami pulang ke rumah.  Langsung saja mencuci tangan dengan sabun dan sarapan.  Pintu pagar sudah kami kunci. Saya mulai Vidio call dengan saudara-saudara yang tinggalnya jauh.  Kami menyebutnya silaturahmi virtual.  Mungkin ini memang satu-satunya cara berlebaran paling baik di tengah merebaknya kovid 19.
Tak lama setelah itu, ada seseorang membunyikan bel pagar.   Anak pertama saya segera membuka pintu pagar.  Ternyata ada beberapa tetangga yang mau bersilaturahmi.  Kami tidak muggkin menolak semua itu.   Akhirnya dipersilahkan masuk.  Seterusnya banyak sekali warga yang silaturahmi ke rumah kami. Akhirnya kami berdiri di halaman saja.  Supaya mereka tidak masuk ke dalam rumah.  Kue lebaran yang sedianya akan kami makan sendiri bersama keluarga kecil ini, terpaksa di keluarkan ke halaman juga.  Anak-anak kecil suka sekali.  Mereka membawa sosis, permen dan minuman kami.  
Setelah mereka pulang, kami semua mencuci tangan dengan sabun.  Tapi tak lama kemudian, ada lagi yang berkujung.  Kami tak sempat masuk ke dalam rumah.  Sampai jam sebelas pagi, masih juga berdiri di halaman.  Pas lima belas menit sebelum dhuhur, suasana sudah sepi.  Suami saya langsung mengunci pintu pagar.  Semua diajak mencuci tangan dengan sabun.  Lalu mengambil wudhu dan siap-siap jamaah shalat dhuhur.  

Jumat, 22 Mei 2020

Ramadan ke 30: Kalimat-kalimat motivasi diri

Ramadan ke 30: Kalimat-kalimat motivasi diri.
Guru seperti saya dianggap ancaman bagi kepala sekolah.  Sehingga perlu dibatasi ruang geraknya.  Diberi jam penuh.  Agar tidak bisa ikut MGMP maupun workshop.  Apalagi sebagai Nara sumber.  Itu dianggap kepentingan pribadi.  Bukan tugas sekolah.  😭

Harus memilih.  Mau menjadi guru atau terus menulis.  Walau berat, akhirnya saya putuskan untuk tetap menjadi guru saja.  Untuk sementara, hanya menulis di blog pribadi saya.  Sebagai pengingat peristiwa-peristiwa penting dalam hidup saya.

Saya suka moving clas.   Sehingga guru bisa mendesain kelas sesuai mata pelajaran yang diampu.  Anak-anak pasti senang.   Karena berasa seperti wisata kelas setiap hari.

Kalau moving clas.   Saya mau bawa LCD, spiker, dll sendiri dari rumah.  Tapi kalau guru harus berpindah-pindah kelas.  Repot juga kan harus bawa-bawa begitu banyak.

Banyak yang mempertanyakan.  Guru tugasnya mendidik. Bukan menulis.  Saya bertemu siswa 8 jam sehari, sedang menulis hanya 10 menit.  Kenapa harus dipermasalahkan.  Kalau buku saya menjadi banyak, itu proses.   Butuh waktu bertahun-tahun.  Bukan sulapan.  💃

Menulis itu tak butuh waktu khusus dan lama. Saya menulis hanya 10-20 menit saja.  Tapi setiap hari.  Tidak akan mengganggu apapun dan siapapun. Karena kita memiliki 24 jam sehari semalam.

Sekarang banyak maling. Beberapa rumah sudah kemasukan. Semalaman anak-anak karang taruna berjaga di depan tiap rumah.  Termasuk anak-anak saya.
"Memang apa sih yang biasanya mereka curi?" Tanya saya.
"Hanya uang," jawab anak saya.
"Sudah, kalau begitu kalian tidur saja.  Tak ada yang bisa dicuri dari rumah kita."

Pelajaran hari ini:
Semua tergantung niat.  
Niat ada dalam hati.
Sedekah itu sebenarnya bukan hanya sekedar mencari pahala.  
Tapi lebih ke rasa terima kasih.  Karena kita sudah diberi rizki berkecukupan.

Pelajaran hari ini:
Adil bukan berarti sama
Jika saya punya sapi dan kucing
Apakah adil kalau mereka sama-sama makan pindang?

Yang saya jumpai saat ini. Ada orang baik.   Lalu masuk dalam kelompok kecil orang jahat. Lambat laun menjadi sama. Sayang ya.

Pelajaran hari ini:
Tidak akan ada yang sempurna di Dunia ini.
Karena kesempurnaan hanya milik Gusti Allah

Pelajaran hari ini:
Orang baik bisa berubah menjadi jahat jika bergaul dengan orang-orang jahat.

Indonesia...
Ayo bangkit
Melawan Kovid 19
Berkarya dari rumah saja
Selamat hari kebangkitan Nasional
20 Mei 2020

Sajadah Suci
Emi Sudarwati

Teman
Belum lelah kau coba hentikan langkah kakiku
Segala upaya kau coba satu demi satu
Entah kenapa
Semakin memacu semangatku untuk berlari
Berlari lebih kencang
Sangat kencang
Meninggalkanmu yang sibuk mengkoreksi

Terimakasih teman
Atas semua pecutan
Walau sakit
Meninggalkan luka lara
Tak pernah lelah kau coba
Hempasan diriku dalam kelam
Saat itu pula
Terdorong semangat untuk terus melesat
Tinggalkan semua asa menjadi bisa

Kugelar sajadah suci
Hanya kepada-Nya
Tempat mengadu dan berpasrah
Di sepertiga malam
Dalam Bulan penuh berkah

Di atas sajadah Suci ini
Semua luka menjadi berkah
Duka lara menjadi senyum penuh makna.
Baureno, 19 Mei 2020

Pelajaran hari ini:
Jika anda guru dan pendidik tanpa menulis, maka anda hanya akan jadi guru biasa yang mencari penghasilan.

Rumus IKHLAS ada 5 :
1. Jangan ingin dilihat orang lain
2. Jangan ingin diketahui
3. Jangan ingin dipuji
4. Jangan ingin dihargai
5. Jangan ingin balas budi
Yuk dimulai dengan bismillah mulai sekarang

Pelajaran hari ini
Profesional tak perlu kenal, untuk bisa dihargai.  
Tunjukkan karyamu.

Komunikasi dan presentasi dengan Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kab. Bojonegoro.
Alhamdulillah.... Beliau menyambut baik dan sangat mendukung kegiatan pelatihan menulis buku dan lain-lain yang sudah saya lakukan selama ini.

Maaf....  Saya tetap profesional, menunjukkan karya.  Bukan penjilat.

http://emisudarwati.blogspot.com/2020/05/ramadan-ke-27-selamat-hari-kebangkitan.html

Kepala sekolah saya.  Beliau menyuruh saya memilih, konsen mengajar atau menjadi penulis saja.  Bahkan jam saya seminggu penuh.  Tidak boleh ikut MGMP maupun workshop.  Apalagi menjadi Nara sumber.  Itu dianggap kepentingan pribadi.  Padahal siswa saya bangga ketika karyanya saya terbitkan.  Sampai SMA maupun kuliah mereka masih sering konsultasi tentang tulis menulis dan buku.  
Ini kepala sekolah baru. Awalnya, beliau beralasan bahwa Pak Kepala dinas yang melarang saya.  
Lalu saya beranikan diri menemui beliau.  Ternyata Pak Kadis justru sangat mendukung.
Lalu saya kembali menemui beliau.  Ternyata langsung mengakui, bahwa itu memang keputusan beliau.  Dan saya harus tetap memilih. Menjadi guru atau penulis.  Saya juga dilarang posting tulisan yang menyudutkan beliau.  Jika masih begitu, dipersilahkan mengurus   mutasi.

Guru seperti saya dianggap ancaman bagi kepala sekolah.  Sehingga perlu dibatasi ruang geraknya.  Diberi jam penuh.  Agar tidak bisa ikut MGMP maupun workshop.  Apalagi sebagai Nara sumber.  Itu dianggap kepentingan pribadi.  Bukan tugas sekolah.  
😭

Kepala sekolah.  Beliau menyuruh saya memilih, konsen mengajar atau menjadi penulis saja.  Bahkan jam saya seminggu penuh.  Tidak boleh ikut MGMP maupun workshop.  Apalagi menjadi Nara sumber.  Itu dianggap kepentingan pribadi.  Padahal siswa saya bangga ketika karyanya saya terbitkan.  Sampai SMA maupun kuliah mereka masih sering konsultasi tentang tulis menulis dan buku.  
Ini kepala sekolah baru. Awalnya, beliau beralasan bahwa Pak Kepala dinas yang melarang saya.  
Lalu saya beranikan diri menemui beliau.  Ternyata Pak Kadis justru sangat mendukung.
Lalu saya kembali menemui beliau.  Ternyata langsung mengakui, bahwa itu memang keputusan beliau.  Dan saya harus tetap memilih. Menjadi guru atau penulis.  Saya juga dilarang posting tulisan yang menyudutkan beliau.  Jika masih begitu, dipersilahkan mengurus   mutasi.

Belajar dari Bang Imam Ma'arif (Sastrawan Indonesia yang sudah mendunia asal Lamongan);

Konsep pendidikan sekarang berbeda. 
1. Karakter, 
2. kompetensi, 
3. Literasi. 
Karakter mencakup: ahlag, etika, moral dan sejenisnya. 
Belajar dari Bang Imam Ma'arif:
Konsep pendidikan sekarang berbeda. 
1. Karakter, 
2. kompetensi, 
3. Literasi. 
Karakter mencakup: ahlag, etika, moral dan sejenisnya. 
Karakter itu ada 2, yang satu lagi, karakter kinerja, mencakup: ulet,, tangguh, kerja keras dan tuntas.

Kompetensi menecakup: kemampuan ktitis, kreatig, komunikatifdan kolaboratif.

Sedangkan literasi mencakup: literasi budaya, teknologi, keuangan, dan yg dibutuhkan. Ke depan gak adalagi pertanyasn kmu ingin jadi apa? Tapi kamu mau buat apa? Itu adanya di kreativitas.
Kedepan sekolah gak perlu ada pertanyaan, tapi kasih lembar kosong trus suruh ngisi.




Ramadan ke 29: Saya memilih berhenti menulis

Ramadan ke 29: Saya memilih berhenti menulis
"Silahkan memilih tetap menjadi guru atau menjadi penulis?" kata wanita itu.  Bagai petir menyambar di pagi buta.  Tubuh saya langsung lemas.  Seolah tak ada energi lagi untuk menjawabnya.
Setelah itu, wanita tersebut terus memaki.  Menyebutkan satu demi satu dosa dan kesalahan saya selama ini.  Namun saya tidak bisa mendengarkan semua kata-katanya dengan baik.  Pikiran saya melayang memikirkan kata-kata itu.  
Setelah wanita itu berhenti bicara, saya mohon diri.  Sepanjang perjalanan pulang, kata-kata itu yang terus saja terngiang.  Sampai akhirnya saya putuskan untuk berhenti berjuang.  Saya memilih tetap menjadi guru, dan berhenti menulis.  Berhenti juga menerima undangan sebagai Nara sumber menulis buku.  Saya benar-benar takut.  Uang yang saya terima itu tidak halal.  Sehingga berdampak pada kesehatan dan masa depan anak-anak saya.
Saya katakan pada diri sendiri.  Toh saya selama ini sudah banyak menulis.  Bahkan ratusan buku sudah tertulis nama saya.  Kalau tidak salah ingat, sudah lebih dari 450 buku ber isbn.  Juga sudah banyak menginspirasi penulis-penulis lain.  Baik guru maupun siswa Indonesia dan manca negara.  Jika saya harus berhenti saat ini, mungkin tidak akan berdampak banyak.   
Mungkin beliau benar.   Saya sudah banyak berdosa.  Karena sering menulis sesuatu yang menyakiti orang lain.  Juga banyak mengorbankan orang lain demi ambisi saya selama ini untuk menjadi guru penulis.  



Rabu, 20 Mei 2020

Ramadan ke 28: Membuat Vidio Puisi

Ramadan ke 28: Membuat Vidio Puisi
Pagi ini, setelah jamaah shalat subuh dan mengaji.  Saya dan suami jalan-jalan di pematang sawah. Mengagumi keindahan ciptaan tuhan.  Sambil menghirup udara segar.  
Setelah itu, tiba teringat janji saya kemarin.  Akan membacakan puisi karya sahabat saya dari Malaysia yang bernama Judul Puisi: Keindahan Ramadan Berwajah Syawal.  Karya Hayati Daud. Yang 
Berasal dari Malaysia.
Pertama saya baca puisi tersebut di depan cermin.  Ya... Selama tiga kali.  Saat dirasa sudah lancar dan mulai memahami isinya.  Langsung menyiapkan tripod di ruang kerja saya.  
Rekaman pun dinulai. Meski sudah berlatih tiga kali di depan cermin.  Ternyata acara rekaman Vidio pembacaan puisi langsung sukses.  Tapi masih butuh beberapa kali pengambilan gambar.  Karena ada saja kesalahan pengucapannya.
Alhamdulillah, rekaman ke empat sukses.  Langsung saya edit sedikit menggunakan aplikasi line master.  Hanya menambah tulisan saja.  Jadi tidak memakan waktu lama.
Langsung deh unggah di Facebook.  Tentu dengan menandai nama beliai.  Tak lama setelah saya unggah, beliau langsung memberikan tanggapan. Bahagia sekali rasanya.

Selasa, 19 Mei 2020

Ramadan ke 27: Selamat hari kebangkitan Nasional20 Mei 2020

Ramadan ke 27: Selamat hari kebangkitan Nasional20 Mei 2020
Indonesia...
Ayo bangkit
Melawan Kovid 19
Berkarya dari rumah saja
Selamat hari kebangkitan Nasional
20 Mei 2020
Pagi ini sebenarnya saya ada jadwal piket.  Tapi entah kenapa, kaki begitu berat melangkah.  Rasa lelah dan sedikit putus asa mulai mendera.  Perjuangan selama bertahun-tahun seakan dipupus sudah.  Lebih baik saya meraih laptop dan mulai menulis cerita.  Selamat membaca.

Langkah Kinanthi dipaksa Berhenti
Oleh: Emi Sudarwati

Tiga tahun yang lalu.  Waktu itu Kepala sekolahnya masih Bapak Ukik.
 Pagi sekali, namun suasana sudah begitu panas.  Walau jam masih menunjukkan pukul 07.00.  Bu guru Kinanthi dipanggil oleh urusan kurikulum.  Beliau menyampaikan bahwa mulai saat ini, Kinanthi mengajar 30 jam tiap minggunya.  Mulai Hari Senin sampai Hari Sabtu.  Intinya, dia tidak bisa lagi ikut kegiatan MGMP di Kabupaten Bojonegoro.   Padahal saat itu Kinanthi masih menjabat sebagai sekretaris.  
Dengan sedikit diplomasi Kinanthi menghadap Bapak Kepala Sekolah.  Intinya, pada Hari Rabu minta diberi jam pertama dan ke dua saja.  Karena dia masih terikat sebagai pengurus MGMP.  Alhamdulillah, Bapak Kepala Sekolah yang baik hati itu bersedia mengkomunikasikan dengan bagian kurikulum.  Sehingga selama satu semester berjalan baik. 
Semester ke dua.  Kinanthi sudah tidak lagi menjadi pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro.  Saat itu pula dia mendapat jam penuh, selama enam hari.   
Tahun berikutnya.  Setelah mendapat juara 1 Lomba INOBEL tingkat Nasional.  Mulai banyak tawaran menjadi narasumber Menulis Buku dari berbagai daerah.  Kinanthi berkomunikasi lagi dengan Pak Ukik, supaya diberi kosong jam sehari saja.  Agar dia bisa berbagi ilmu kepada guru-guru seluruh Indonesia.  Puji syukur, beliau mengerti.  Akhirnya Kinanthi bisa kosong jam setiap Hari Sabtu.  Namun jika tidak ada acara ke luar kota, dia tetap ke sekolah.  Mengkoreksi tugas siswa atau menulis di perpustakaan.  
Semester ke dua, urusan kurikulum mulai mengacaukan semuanya lagi.  Menurutnya, Kinanthi tidak boleh lagi kosong jam pada Hari Sabtu.  Karena beliau kesulitan membagi jadwal.  Padahal Kinanthi sudah terikat kontrak dengan beberapa sekolah.  Untuk memberikan workshop menulis buku di sekolah-sekolah tersebut.  Untunglah Pak Ukik mempunyai solusi.  Khusus pada Hari Sabtu, jam mengajar Kinanthi dialihkan kepada Pak Freddy dan Pak Eka.  Sehingga masalah dianggap selesai.  Semua. Berjalan lancar.
Tahun ke tiga, ada rolling kepala sekolah.  Pak Ukik pindah ke sekolah lain.  Sementara yang bertugas di sini Pak Ramli.  Beliau sangat tegas dan berani dalam menata sekolah.  Pada era kepemimpinan beliau, Maslah kembali muncul.  Semester satu.  Kinanthi dipanggil lagi oleh urusan kurikulum.  Intinya menyampaikan.  Bahwa kepala sekolah yang baru menginginkan semua guru mengajar dan berada di sekolah selama enam hari kerja.  Tentu saja Kinanthi keberatan.  Tapi beliau bersikeras.  Sampai mengancam.  Kalau tidak mau mengajar selama 6 hari, dipersilahkan mengurus mutasi ke sekolah lain.  Kinanthi setuju saja pindah ke sekolah lain.  Lalu dia menghadap Bapak Hanafi selaku kepala dinas pendidikan.  Intinya ingin mengajukan mutasi ke SMA atau SMk terdekat.  Dengan alasan, SMA dan SMK sudah menerapkan 5 hari kerja.  Namun beliau tak bisa mengabulkan.  Kinanthi tidak boleh pindah ke SMA atau SMK.  Karena itu kewenangan provinsi Jawa Timur.  Tapi kalau ke SMP mana saja, akan dibantu.  
"Tapi apa alasannya?" Tanya beliau.
Lalu Kinanthi menunjukkan WA dari Urusan kurikulum.
"Berarti kamu ingin pindah, bukan kemauanmu sendiri?" Tanya beliau lagi.
"Ya tidak masalah, Pak.  Saya bisa kok mengajar di mana saja," jawab Kinanthi.
"Jawab dari hatimu yang paling dalam.  Kamu masih kerasan mengajar di Baureno?" Tanya beliau menyelidik.  Kinanthi hanya mengangguk.  Wanita itu menahan nafas berat.  Jangan sampai ada air mata menetes dari matanya.
"Sebentar.  Kalau memang kanu masih kerasan, kenapa harus pindah?  Biarkan urusan kurikulum yang tidak bisa atur jadwal itu yang pindah.  Beres kan?" kata Pak Hanafi mengejutkan. 
"Jangan Pak.  Nanti saya yang tidak enak," sela Kinanthi.  Dia tidak mau ada perselisihan dengan teman-temannya.  
Tiba-tiba kepala dinas itu menelepon Pak Ramli.  Intinya, menawarkan, "kamu apa Bu Kinanthi yang pindah dari sekolah ini?"  
Pak Ramli bingung sekali, beliau tidak paham titik permasalahan.
"Biarkan kami selesaikan di sekolah dulu, Pak," kata beliau.
Lalu menulis WA kepada Kinanthi.
"Besuk pagi mengahadap ke ruangan saya," katanya.
"Siap Pak," jawab Kinanthi.
Lalu dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hanafi.
"Ya wis, hati-hati.  Kalau ada masalah apa-apa di sekolah, jangan sungkan-sungkan WA saja," katanya.
"InsyaAllah Pak," jawab Kinanthi sebelum meninggalkan ruangan kadis.
Semalam Kinanthi tidak bisa tidur.  Dia sudah bisa membayangkan.  Pasti akan kena semprot oleh Bapak Kepala Sekolah yang super super tegas itu.
Jam enam pagi, Kinanthi sudah berangkat ke sekolah.  Sampai di sana, langsung duduk manis di ruang Kepala Sekolah.  Setelah menunggu beberapa saat, beliau pun datang.  Wajahnya semerah darah.  Kinanthi tertunduk.
"Apa maksud ibu mengadukan saya di Pak Kadis?" Tanyanya tanpa basa-basi.
"Saya hanya ingin mutasi, Pak," jawabnya.
"Tapi alasannya apa?  Apa salah saya?" Tanya beliau masih dengan nada marah.
Lalu Kinanthi menunjukkan bukti WA dari Urusan kurikulum.  Pak Ramli sangat kaget.
"Siapa kepala sekolahnya?  Kenapa urusan kurikulum bisa bertindak sendiri semacam itu.  Ini sangat mencoreng muka saya.  Kenapa Bu Kinanthi tidak langsung bicara sama saya?" Tanya beliau dengan nada mulai turun.
"Saya tidak berani Pak.  Panjenengan kan orangnya keras.  Kata teman-teman, semua urusan harus dikomunikasikan dengan pembantu-pembantu Bapak.  Tidak boleh langsung," jawab Kinanthi mulai lancar.
"Siapa yang bilang begitu?  Kurang ajar sekali."
Perbincangan berlangsung sekitar tiga puluh menit.  Intinya, Pak Ramli melarang Kinanthi untuk mutasi.  Beliau berjanji akan memanggil urusan kuriuulum dan pembantu-pembantu lainnya.  Agar tidak menjadi raja-raja kecil di sekolah.
Pada saat rapat sekolah.  Pak Ramli menyampaikan secara terbuka.  Bahwa Kinanthi kosong jam di hari Sabtu.  Semua tidak boleh iri.  Alhamdulillah semua teman mengerti.
Satu tahun telah berlalu.  Kini ada perpindahan Kepala Sekolah lagi.  Pak Ramli digantikan oleh Bu Yani.
Awalnya Kinanthi dapat melihat bahwa Bu Yani orang yang baik.  Tapi sejak masuk di lingkungan kecil itu.  Lambat laun mulai terpengaruh.  
Pagi itu, tiba-tiba beliau memanggil Kinanthi.  Intinya, mulai semester depan Kianthi tidak bisa lagi kosong jam pada hari Sabtu.  Berarti dia tidak bisa lagi ikut kegiatan apapun di luar sekolah.  Karena Kinanthi tidak mau meninggalkan sekolah pada saat ada jam.  Walaupun itu untuk kepentingan workshop atau apapun.  Kecuali untuk keperluan keluarga yang sangat mendesak.
Beliau menyampaikan, bahwa Kinanthi harus meminta surat resmi dari Pak Kadis kalau mau minta kosong jam di Hari Sabtu.
Kebetulan saat ini kepala dinas pendidikan baru saja dilantik.  Namanya Pak Dandi.  Kinanthi segera mencari tahu nomer WA beliau untuk janjian bertemu.  Alhamdulillah, Gusti Allah memberi kemudahan.  Malam itu dia mengirim pesan, dan langsung dapat respon dari Pak Kadis.  Kinanthi sangat bahagia.  Meski sebelumnya tidak pernah mengenal, tapi beliau sangat baik.
Besuknya Kinanthi segera menemua Pak Dandi di kantor Dinas Pendidikan.  
"Saya Kinanthi, Pak.  Guru Bahasa Jawa dari SMPN 1 Baureno," katanya setelah memasuki ruangan.
"Oh iya, silahkan duduk," katanya dengan sangat ramah.  Sama sekali berbeda dengan cerita banyak orang.  
Tanpa ba bu bu lagi, Kinanthi langsung menceritakan maksud kedatangannya.  Alhamdulillah beliau mengerti.   Menurut beliau, seharusnya hal itu tidak perlu dipermasalahkan.   Kan tinggal mengatur jam saja.  Tapi sayangnya beliau tidak berkenan memberikan surat resmi.  Karena itu hanya masalah internal sekolah.  Pasti ada hubungan yang kurang baik antara Kinanthi dengan Ibu Yani.   Tetapi Kinanthi merasa, hubungannya dengan kepala sekolah itu baik-baik saja.  Pastinya ini hasutan dari urusan kurikulum dan raja-raja kecil lainnya. Kejadian tahun lalu terulang kembali.  Sayangnya kepala sekolah saat ini mudah sekali terhasut.   
"Begini saja, suruh kepala sekolahmu kesini.  Sekarang juga,".  Kata Pak Dandi membuyarkan lamunan Kinanthi.
"Saya telepon ya, Pak?" Tanya Kinanthi.
"WA saja," jawab beliau.  Kinanthi menurut saja.  Setelah mengirim Wa, Kinanthi mohon diri.
"Saya ingin menulis biografi.  Tolong dibantu ya," kata Pak Kadis di akhir perjumpaan.
"InsyaAllah Pak," jawab Kinanthi sambil menutup pintu ruang Kadis.
Ternyata posisi Bu Yani sudah berada di dinas.  Sehingga beliau langsung datang saat dipanggil Pak Kadis.  Entah apa yang mereka bicarakan.  Intinya, Bu Yani tetap bersikeras bahwa Kinanthi harus mengajar selama 6 hari kerja.  Tidak boleh kosong jam pada Hari Sabtu.   Kinanthi langsung tertunduk lesu. Berarti langkahnya sebagai Nara sumber workshop menulis buku harus terhenti sampai di sini.
Dia kini mulai berjuang.  Agar bisa segera mutasi ke SMA/SMK terdekat.  Sehingga cita-cita nya masih bisa terlaksana.  
Awalnya dia menaruh harapan besar pada Bu Aning dan Pak Rahman. Namun katanya jalur SMA/SMK berbeda dengan SMP/SD.  Kinanthi mulai hampir putus asa.   Lalu dia mengirim WA lagi kepada Pak Kadis.  Memohon agar bisa mutasi ke SMA/SMK.  Alhamdulillah beliau menyanggupi.  Tapi Kinanthi harus sabar menunggu.  Karena sebentar lagi akan ada pemetakan guru.
Bismilah, semoga nasib baik berpihak kepada Kinanthi.


Senin, 18 Mei 2020

Ramadan ke 25: Kupetik embun

Kupetik embun dari pohon rindu yang menjulang
Saat orang-orang sibuk menanak baju lebaran
Kupintal  benang-benang kasih dari butiran-butiran debu jalanan
Saat puasa dan shodaqoh dalam Ramadan nan kering kerontang
Kuberdamai dengan sebungkus Corona
Saat orang-orang sibuk berlalu-lalang di jalanan
Walau hati ini meronta, namun apa daya
Aku hanyalah manusia biasa.

Baureno, 18 Mei 2020

Ramadan ke 26: Sajadah Suci

Ramadan ke 26: Sajadah Suci
Emi Sudarwati

Teman
Belum lelah kau coba hentikan langkah kakiku
Segala upaya kau coba satu demi satu
Entah kenapa
Semakin memacu semangatku untuk berlari
Berlari lebih kencang
Sangat kencang
Meninggalkanmu yang sibuk menkoreksi

Terimakasih teman
Atas semua pecutan
Walau sakit
Meninggalkan luka lara
Tak pernah lelah kau coba
Hempasan diriku dalam kelam
Saat itu pula
Terdorong semangat untuk terus melesat
Tinggalkan semua asa menjadi bisa

Kugelar sajadah suci
Hanya kepada-Nya
Tempat mengadu dan berpasrah
Di sepertiga malam
Dalam Bulan penuh berkah

Di atas sajadah Suci ini
Semua luka menjadi berkah
Duka lara menjadi senyum penuh makna.

Baureno, 19 Mei 2020

Kamis, 14 Mei 2020

Ramadan ke 22: Surat untuk Mas Menteri

Ramadan ke 22: Surat untuk Mas Menteri
Kepada Mas Menteri Pendidikan di tempat.
Semoga panjenengan dalam keadaan sehat walafiat.  Perkenalkan, Nama Saya Emi Sudarwati.  Guru Bahasa Jawa di SMPN 1 Baureno.   
Mas Menteri yang sangat saya hormati.  Sejak pandemi kovid 19 melanda negeri ini.  Kami para guru mengajar dari rumah.  Bagi saya secara pribadi, ini sama sekali tidak ada masalah.  Tapi bagi siswa, sangat bermasalah.
Jika mulai tahun ajaran baru guru harus mengajar dg model daring.  Maka semua siswa harus dibekali HP, lengkap dengan paketannya.  
Karena saat ini.  Hampir tiap kelas, yang mengikuti pelajaran dg cara ini hanya sekitar 5 siswa per hari.  Yang lainnya, entahlah.  Semoga mereka tetap sehat dan di rumah saja.
Toh guru hanya dituntut mengumpulkan 3 tugas siswa setiap hari.
Maaf... Siswa saya rata-rata memang anak desa dengan ekonomi menengah ke bawah.  Jangankan untuk beli paketan, HP saja tidak semua anak memiliki.  Keluarga mereka lebih mengutamakan kebutuhan primer. Yaitu makan setiap harinya.
Oleh karena itu.  Mohon kebijaksanaan Mas Menteri, agar mengkaji ulang kebijakan mulai tahun ajaran baru Bulan Juli ini.  Tapi jika hal itu dipaksakan, maka seperti yang saya sampaikan di atas.  Siswa harus dibekali Android lengkap dengan paketannya.
Demikian yang ingin saya sampaikan.   Semoga bermanfaat bagi semua.  
Terimakasih.

Wassalam
Emi Sudarwati

Rabu, 13 Mei 2020

Ramadan ke 21: Jika Corona

Ramadan ke 21: Jika Corona

Jika Corona tak ada
Mungkin kita tak pernah tahu arti cinta
Pada masjid dan baitullah
Pada saudara dan tetangga
Pada musim yang selalu memberi
Jika Corona tak ada
Mungkin kita tak pernah tahu arti rindu
Shalat berjamaah dan ibadah lainnya
Bersatu padu, saling membantu sesama
Menguatkan, berjabat tangan
Jika Corona tak ada
Mungkin kita akan terus melakukan kesalahan-kesalahan
Belajar pada Corona
Belajar memahami sesama
Belajar m ndekatkan diri kepada yang maha kuasa.

Bojonegoro, 14 Maret 2020

Ramadan ke 20: Buka Bersama

Ramadan ke 20: Buka Bersama
Pepunden keluarga kami itu memang banyak yang meninggal pada waktu Bulan Ramadhan.  Sehingga tradisi buka bersama dan kirim doa seperti ini memang sudah biasa kami lakukan.  Bahkan sejak saya menjadi guru.  
Namun biasanya kami mengundang tetangga dan saudara jauh maupun dekat.  Namun karena negara ini sedang melawan pandemi kovid 19.  Maka acara hanya dilakukan bersama keluarga saja.   Sedangkan yang untuk tetangga cukup diantarkan ke rumah masing-masing. 
Walaupun cara buka bersama ini sederhana, namun cukup membuat bahagia.  Semua anggo keluarga bersuka cita.  Dari kecil hingga dewasa.   Semua bergembira. Es kopyor menjadi sajian pembuka.  Rasanya benar-benar segar.  Rata-rata habis dua gelas.   Karena memang sangat nikmat.  Bagaimana tidak, kami semua kan seharian puasa.  Jadi pas ketemu yang dingin, mania dan segar, rasanya tidak mungkin bisa dilukiskan dengan kata-kata.   
Bukan hanya itu. Ada juga aneka gorengan, sosis dan pentol bakar.  Juga buah pisang, hasil kebon sendiri.  Lemper dan kue lumpur pun tersedia. Npokoknya lengkap dan komplit.
Sedangkan untuk makan besarnya, hanya ada satu menu.  Yaitu asem-asem daging.  Wao... Segar dan sekali.  Banya juga yang minta nambah.  Tapi saya cukup sekali saja. Perut saya sudah penuh.
Seusai makan.  Kami semua mengambil wudhu dan shalat berjamaah.  Mbah Rusman yabg bertindak sebagai imam.   Berdiri di baris paling depan antara lain: Ayah, Lik Diono, Lik Dak, dan Mas Prabu.  Sedang yang di saft nomer dua adalah: Adik Abikara, Mas Noris, dan Mas Ufung.  Juga Si Kecil Hisyam dan Salman.
Para wanita berada di urutan ke tiga.  Antara lain: Saya, Mbak Anik, Mbak Ayu, Mbah Ji, Mbah Tri dan Mbak Ayu.  Setelah shalat magri berjamaah, dilanjutkan tauziah.  Mbah Rusman yang  memberikan pencerahan dan nasehat kepada kami semua.
Sambil menunggu azan Isyak, kaki semua makan kue dan buah yang yang masih tersisa.  Sambil terus berbincang-bincang tentang apa saja.  Setelah terdengar adzan isya.  Kami semua mengambil udhu lagi.  Lalu shalat isya dan terawih berjamaan lagi.  Setelah selesai shalat.  Kami semua berpamitan.  Lalu pulang ke rumah masing-masing.


Selasa, 12 Mei 2020

Sinau Videografi

Wayahe Sinau.....

Kamis, 05 Maret 2020
Tiga minggu yang lalu.  Bu Siti Nuryani mengumumkan.   Bahwa akan ada Lomba membuat Vidio Pembelajaran.   Beliau meminta saran, siapa kira-kira yang pantas mewakili.   Saya langsung merekom Pak Arif Sulistiawan, Pak H. Kasturi, Bu Alfinatul Lutfi, dan Pak Firdaus Ahmad.  Namun sebelum itu, sekolah kami juga mengundang Kak Selamet Oerip, untuk memotivasi.
Namun Samapi DL waktu pendaftaran,. Yaitu Tanggal 2 Maret.  Mereka belum ada yang bersedia daftar.  Akhirnya saya berinisiatif daftar dengan sedikit memaksa Pak Arif agar ikut juga. Malu lah, masak SMPN 1 Baureno tidak turut berpartisipasi di ajang bergengsi tersebut.
 Alhamdulillah beliau bersedia.  Sedangkan yang lain, belum mau.  Ibu kepala sekolah mengumumkan lagi.  Bahwa yang mendaftar baru sedikit.  Maka pendaftaran masih dibuka.  Dengan sekuat tenaga, saya rayu teman-teman untuk ikut.  Alhasil, pagi ini kami berangkat berempat.  Saya, Pak H. Ahmad Kasturi, Pak Arif Sulistyawan dan Bu Lutfi.  Hore.....

Sampai di ruang rapat Dinas Pendidikan, kami langsung menanda tangani daftar hadir.  Lalu masuk ke dalam ruangan ber AC yang sudah penuh dengan peserta.  
Puji syukur masih dapat tempat duduk.  Meskipun berada di urutan belakang.  
Tak lama setalah itu.  MC mulai membuka majelis dengan suara renyah-renyah kriyuk.
Ketua panitia melaporkan dasar hukum pelaksanaan kegiatan ini. Kerja sama dengan MGMP PPKN, Dinas Pendidikan dan Kemdikbud.
Suyanto (Kabid SMP) Dinas Pendidikan Bojonegoro. Membuka acara Lomba Pembuatan Video Pembelajaran 2020.  Di Bojonegoro ini ada 3.000 lebih guru. Hanya 81 yang berkesempatan.
Peserta kurang lebih 81 guru SMP/MTS Bojonegoro.
Keterbatasan tempat, beliau mohon maaf.
Sambil menunggu narasumber. Pak Suyanto menjelaskan tentang sistematika UNBK tahun ini.
Jika ada siswa yg juara  tingkat kabupaten. Maka akan dikirim ke Provinsi dengan biaya dari dinas pendidikan.  Termasuk pelatihan dll.  Wao...
Ternyata kami baru bimtek terlebih dahulu.  Sedangkan lombanya akan dilaksanakan 
Praktek 19 Maret 2020.
Setelah menunggu beberapa saat. Akhirnya tim dari Kemdikbud yang ditunggu-tunggu sudah datang.
Acara dimoderatori oleh Bapak Muhadi.
Dibutuhkan 10.000 guru penggerak.
Yang akan menjadi Kepala Sekolah, Pengawas dll.
Bismilah.... Tiba satnya mengikuti arahan dari 3 narasumber dari Kemdikbud.
Yaitu Pak Buntoro
 setiawan,  Pak Yoyok, dan Pak Imam Chayubi.
Menulis garis besar, Sekenario, baru membuat naskah. Namun sebenarnya harus memilih materi yang cocok.
Karena tidak semua materi bisa dimediakan dalam bentuk video.
Posisi pengambilan gambar landscape.
Kalau model potret, susah diedit.
Usahakan jangan melakukan zoom digital.
Jika terpaksa. Gunakan zoom in atau zoom out. Yaitu dengan menjauh atau mendekatkan kamera dari objek.
Gunakan mic eksternal untuk perekaman suara yang lebih berkualitas.

#WisataSekolah
#MerdekaBelajar

Catatan Puasa ke 13: Pria Muda Kena PHK

Ramadan ke 19: THR

Ramadan ke 19: THR
Lebaran masih kurang lebih sebelas hari lagi.  Tapi seperti biasa, godaan THR mulai mengganggu konsentrasi kita dalam menjalankan ibadah puasa, tarawih dal lain-lain.  Di WAG, sudah banyak berseliweran berita-berita yang entah berapa persen kebenarannya.  Bahwa THR ASN akan segera cair.
Pagi ini ada dua orang yang membeli toples Calista Otaru. Alhamdulillah....  Tapi itu tidak cukup untuk membeli sembako.  Ya, sembako untuk shodaqoh pagar besuk.  Seusai shalat Dhuha, Sada kabr di WAG, bahwa hari ini Bu Lilis akan membagi THR dari sekolah.  Lumayanlah, jumlhnya tiga ratus ribu.  Minimal cukup untuk belanja sembako hari ini, dan akan dibagi besuk.
Saya segera mandi dan menyiapkan segala sesuatunya.  Lalu berangjat ke sekolah.  Tak lupa mampir ke kantor pos untuk mengirim 2 paket toples kenalamat pembeli.  Baru kemudian ke sekolah.
Sampai di sekolh, ternyata sudah ada Bu Lilis yang menunggu.  Saya segera tanda tangan untuk mengambil THR. Alhamdulillah....  Sekai lagi saya bersyukur.  Karena uang tiga ratus ribu rupiah ini sudah dapat menyelamatkan saya.  Ya, tentu menyelamatkan dari sebuah janji. 
Setelah itu, saya juga mwnanda tangani daftar hadir piket.  Kemudian menata meja kerja di ruang guru.  Baru pas jam menunjukkan pukul 10.00.  Artinya sudah boleh meninggalkan sekolah.  Saya bergegas menuju gudang.  Tidak lain, untuk membeli sembako.  Kali ini saya membeli: kecap, garam, mie instant, ikan layur, tepung bumbu, dan bawang putih.
Syukurlah, ternyata uangnya masih cukup.  Bahkan masih ada kembalian, sekitar sepuluh ribu rupiah.  Segera saya tata belanjaan tersebut di motor.  Tentu saja dibantu oleh Citra, kasir di gudang tersebut.   Kebetulan dia mantan siswa saya.  Alumni SMPN 1 Baureno.
Berulang kali saya berayukur.  Karen menerima THR hari ini.  Akhirnya besuk masih bisa bagi-bagi sembako lagi.   Bahagia melihat senyuman tetangga terdekat.

Minggu, 10 Mei 2020

Ramadan ke 18: Toples dan Shodaqoh Pagar

#Toples Dan Shodaqoh Pagar
Emi Sudarwati
Kemarin, hasil penjualan Toples Calista Otaru sunguh di luar dugaan.  Banyak teman guru dan juga kepala sekolah dari Kabupaten Bojonegoro dan sekitarnya yang membeli.  Bahkan ada juga yang sampai luar daerah atau luar pulau.  Yang terjauh di Kepulauan Riau.  Namanya Ibu Susi.  Beliau adalah teman sama-sama peserta workshop literasi guru berprestasi nasional di Batam beberapa tahun yang lalu.
Untuk pembeli lain.  Mohon maaf.  Saking banyaknya, tidak bisa saya sebut satu persatu.  
Kalau biasanya saya hanya shodaqoh pagar 10 paket saja setiap hari.  Alhamdulillah, hari ini bisa shodaqoh pagar 26 paket sembako ala kadarnya.  
Kalau biasanya hanya pagar depan, kini mulai merambat ke samping.  Terima kasih setulusnya kepada para pembeli Toples Calista Otaru di manapun berada.  Karena semua hasil penjualan saya gunakan untuk membeli sembako ini, setiap hari.
Sejak Ramadan pertama, saya sudah kepikiran untuk melakukan ini.   Karena terinspirasi teman-teman di Facebook.  Juga inspirasi dari seorang aktor ganteng dari India.  
Saya tinggal di dusun kecil.  Rata-rata bertetangga dengan buruh tani, kuli panggul, tukang becak, tukang sampah, pencari rongsok dan lain-lain.  Masa pandemi kovid 19 semacam ini, mereka sangat merasakan dampaknya. Memang dengan shodaqoh pagar ini, tidak mungkin bisa membatu menyelesaikan masalah mereka secara tuntas.  Tetapi minimal saya sudah berusaha berbuat yang terbaik.  
Awalnya banyak banget yang menentang.  Termasuk suami saya sendiri.  Karena biasanya kaki shodaqoh dengan cara memberikan langsung ke rumah-rumah tetangga.   Tapi di masa sulit seperti ini.  Apalagi kami sedang Stay at home.  Menurut saya ini solusi terbaik.  Akhirnya semua bisa mengerti dan mendukung.
Kebetulan di ATM saya ada tabungan lima juta rupiah.  Semua uang itu saya belanjakan Toples Calista Otaru.  Lalu saya berjanji.  Semua hasil penjualannya akan digunakan untuk membeli sembako.

Sabtu, 09 Mei 2020

Ramadan ke 17: Puasa dan Hujan

Ramadan ke 17: Puasa dan Hujan
Ramadan di tengah pandemi kovid 19 ini memang terasa lebih berat.  Belum lagi hawa panas begitu menyengat.   Kulit dan tenggorokan terasa kering kerontang.  Maklum saja.   Selain musim Corona, kami juga mengalami musim kemarau.
Namun betapa bahagianya.   Ternyata susai adzan ashar, turun hujan rintik.  Hawa dingin langsung menyusup ke seluruh tubuh.  Terasa sejuk sampai ke dalam kerongkongan.   Nyes rasanya.  Saya berucap syukur kepada Gusti Allah.  Puasa hari ini sedikit ringan.  Karena hujan rintik itu membuat hawa menjadi dingin.
Seusai shalat ashar.  Saya dan anak-anak segera menyipkanenu buka puasa.   Tidak seperti hari-hari kemarin. Sekarang saya membuat minuman hangat.  Yaitu wedang jehe dan wedang teh.
Kebetulan di kulkas masih ada bakso.  Beberapa hari yang lalu nitip Anik, agar dibelikan adonan pentol.  Sekalian minta tolong dibentuk bulatan-bulatan.  Sehingga saya tinggal membuat kuahnya saja.
Sore ini kami sepakat berbuka puasa dengan bakso daging sapi.  
Tak butuh waktu lama.  Semua sudah tersedia di meja makan.  E, maaf.... Kami belum punya meja makan.  Jadi saya menyulap kardus wadah buku menjadi sebuah meja.  Tentu dilengkapi dengan taplak meja.  Sehingga tampilannya sekilas mirip lah dengan meja makan sesungguhnya.
Tak lama kemudian, adzan Maghrib noun beriumandang.  Kami langsung minum teh hangat dan makan takjil.  Setelah itu, kemudian segera mengambil wudhu dan shalat berjamaah.  Kali ini yang mendapat giliran menjadi imam adalah Kakak Prabu.  Sementara kami semua makmum.
Seusai jamaah shalat Maghrib,. Barulah menikmati makan nasi dan lauk yang kami siapkan.  Tak lupa, semua mencuci piring, gelas dan sendoknya sendiri-sendiri.  Semuanya beres, tinggal istirahat dan berbincang santai di teras.  Sambil menunggu waktu Isyak dan tarawih.
Malam ini, yang bertugas menjadi imam shalat tarawih adalah Ayah.  Selama kurang lebih 60 menitan kami menjalani shalat Isyak, terawihbfan berdzikir.  Lalu dilanjut dengan tadarus secara bergantian.  Ketika satu diantara kami tadarus, maka yang lain harus menyimak.  Demikian seterusnya.  Sampai kami semua selesai membaca.  Begitulah cerita saya ramadhan hari ini.  Tetap semangat dan bahagia bersama keluarga, meski di tengah pandemi kovid 19.  Mudah-mudahan semua ini segera berlalu.  Sehingga kemeriahan ramadhan bisa kembali kami rasakan.  Aamiin

Ramadan ke 16: Mencari Ikan di Embung

Ramadan ke 16: Mencari Ikan di Embung
Oleh: Emi Sudarwati
Kemarin, sekitar jam dua siang.  Kakak Prabu pamit, katanya mau mancing di Embung desa kami.  Kebetulan saat musim kemarau seperti ini airnya surut.   Sehingga banyak warga berebut menangkap ikan di sana.  Bukan hanya orang dewasa, namun banyak juga anak-anak dan remaja.
Dengan berbekal jala kecil, anak itu pergi ke embung sendirian.  Adiknya paling malas kalau disuruh berkotor-kotor.  Sampai terdengar adzan ashar, belum juga pulang.  Akhirnya saya dan Dik Abikara jamaah berdua.  Kebetulan suami saya sedang ada acara di luar kota.  Sekitar jam empat sore baru dia pulang dengan membawa sekresek ikan kecil dan besar.  Pokoknya campuran.  Ada nila, sepat, patin dan udang.
Setelah menyerahkan ikan itu kepada saya untuk dibersihkan, Kakak bergegas menuju ke kamar mandi.  Sedangkan saya, sibuk membersihkan ikan-ikan itu.  
Setelah selesai mandi dan Salat ashar, kakak langsung menyiapkan bumbu, untuk memasak ikan tersebut.  Pas setelah saya selesai mencuci ikan, kakak juga selesai membuat bumbu.  Tidak semua ikan kami masak sore itu.  Sebagian lagi kami simpan dalam freezer.  Bahkan lebih banyak yang disimpan,  daripada yang dimasak.  Kami pun masak berdua di dapur.  Kakak menggoreng ikan, dan saya membuat sambal terasinya.  Kebetulan di kulkas juga ada daun ketela rambat pemberian Mbah Jono.  Langsung saja kami jadikan cemedhing.
Sepuluh menit sebelum bedug magrib, semua sudah matang.   Adik Abikara segera bergabung.   Dia menyiapkan piring, sendok, gelas dan menuang teh dalam 3 gelas.  Tak lupa memecah es batu sebagai pelengkap es teh.  Menu kesukaan kami bertiga.
Hari ini, kami juga berencana memasak ikan yang kemarin tersimpan dalam freezer.  Tapi tidak semuanya.  Jadi saya keluarkan setengahnya saja. Lalu saya pindah ke suhu ruang.  Seusai tidur siang, kami bertiga jamaah shalat ashar.  Ayah masih piket di sekolah.   Setelah sholat, baru menyiapkan masakan untuk buka puasa.
Kali ini,. Saya akan menumis daun ketela rambat.  Juga sisa kemarin.  Sudah bersih dan tersimpan dalam kulkas.  Ikannya cukup digoreng pakai tepung saja.  Mudah-mudahan buka puasa hari ini lebih nikmat dari kemarin. Menu-menu sederhana yang kami masak terasa sangat nikmat.   Karena rasa syukur kepada Gusti Allah.  Pelukis alam semesta beserta isinya.  


Kamis, 07 Mei 2020

Ramadan ke 15: ATM KOSONG

Ramadan ke 15: ATM KOSONG
Pagi ini seusai shalat Subuh.  Saya bergegas menuju ke ATM Bank BRI.  Biasalah, untuk mengambil uang.  Karena stok sembako yang akan dibagikan besuk ke tetangga sudah menipis.  
Sebelum ke gudang, mampir dulu ke ATM Bank BRI yang dekat dengan tempat tersebut.  Sesampainya di sana, ada dua orang yang sedang mengantri.  Sambil menunggu, saya keluarkan kartu ATM dari dalam dompet kecil.
Ketika semua sudah keluar, giliran saya yang masuk.  Klik klik klik.  Saya tulis angka satu juta.  E.... Ternyata tertulis di layar, "saldo anda tidak cukup.". Langsung saya cek, masih ada berapakah saldonya.  Lumayanlah, masih ada tiga ratus ribu rupiah lebih sedikit.  Saya ambil tiga ratus ribu rupiah saja.  Cukup lah untuk membeli sembako.   Tidak usah pakai minyak goreng seperti kemarin-kemarin.  Mie nya juga bukan yang instant. Tapi diganti mie burung dara.  Kalau yang lain-lain sih tetap saja.  Alhamdulillah cukup.  
Pulang dari gudang, saya mengambil wudhu dan shalat Dhuha.  Tak lupa berdoa.  Hanya ingin diberi Rizki yang cukup dan halal.  Agar bisa terus berbagi di Bulan Suci. Lalu bungkus-bungkus sembako yang akan dibagikan besuk.  
"Cling...," Tiba-tiba ada WA masuk.  Dari Bu Susiana.  Beliau mau membeli 8 paket toples Calista Otaru yang saya jual.   Alhamdulillah..... Terima kasih Gusti Allah... Pintaku langsung Kau kabulkan.  
Mudah-mudahan besuk ada yabg beli toples lagi. Karena saya sudah berjanji pada diri sendiri.   Akan memberikan bingkisan itu setiap hari, selama bulan Ramadan.  

Ramadan ke 14; Malas Menulis

Ramadan ke 14: Malas Menulis
Hari ini memang lain dari biasanya.  Saya mulai malas menulis.  Sama sekali tidak ada ide, mau menulis apa lagi ya.  Mau menulis resep masakan, ada bilang banyak tetangga yang tidak bisa makan.  Mau posting sedekah, ada uang bilang ria'.   Lalu saya putuskan hari ini tidak menulis saja.  Saya mau tidur seharian.  Apalagi sakit lambung saya sedikit mengganggu.
Setelah subuhan, saya dan Si Bungsu Abikara segera menaruh bungkusan sembako di pagar rumah kami.  Lalu membungkus paket toples Calista Otaru pesanan pelanggan.   
Semua beres. Buru-buru WA Pak Pos agar segera mengambil paketan tersebut.  
"Maaf Bu.  Sekarang kang tanggal merah.  Jadi besuk saja ya saya ambil paketannya."
Ya Allah... Kenapa ya saya bis sampai lupa, kalau hari ini ada peringatan Hari Raya Waisak.
Segera saya WA pemesan toples, yaitu Bunda Min.  Mengabarkan bahwa hari ini Pak Pos belum bisa mengambil paket, karena tanggal merah.  Untunglah beliau mengerti.  Tetapi saya merasa tidak enak.  Jika pesanan 6 paket toples itu tidak segera dikirim.  Padahal beliau kan akan menjual kembali ke orang lain.  Berfikir sejenak.  Lalu saya coba WA kurir J&T.  Namanya Hasan.  Biasa dipanggil Ojan.
"Mas, biasa ambil paket di rumah saya?" Tanya saya tanpa basa-basi.
Lama tidak dijawab, sampai saya ketiduran.
"Cling," suara HP membangunkan.
Ternyata ada balasan dari Ojan.
"Maaf Bu.  Saya sekarang bertugas megantar saja.  Sedangkan yang menjemput Muklisin.  Ini saya kasih nomer WA nya ya," balas Ojan.  Lalu dia mengirim nomer yang dimaksud.
Tanpa pikir panjang, langsung mengkopas pesan dari Ojan tadi kepada Muklasin.  Alhamdulillah... Tak butuh waktu lama.  Dia langsung membalas.
"Tapi bisanya sore ya Bu," katanya.  Saya mengiyakan saja.  Dari pada tidak ada yang sempit.  Mau ke luar juga malas.   Kan lagi stay at home.
Sambil menunggu, saya tiduran di ruang tamu.   Hanya di lantai saja, tanpa alas apapun juga.  Agar dingin, pikir saya.  
"Thet...," saya terbangun demi mendengar seseorang memencet bel di pagar rumah saya.  Ternyata Muklisin.
"Geser saja, Mas.   Pagar tidak terkunci," kata saya.  Berteriak dari dalam rumah, sambil menyiapkan uang.  Enam toples kena ongkir 68.000.  Saya serahkan uang 70.000 kepada kurir itu.  Dia membuka tas, akan mengambilkan kembalian.  Biru-buru saya bilang, "tidak usah, Mas."
"Terima kasih Bu," katanya.  Lalu dia pamit.  
"Eh, tunggu sebentar," kata saya.  Lalu masuk ke dalam rumah.  Mengambil kotak berisi sarung untuk dia.  Beberapa hari yang lalu, suami saya habis bagi-bagi sarung ke tetangga.  Masih ada bebera kebelihan.
"Ini buat kamu," kata saya.  Waktu menyerahkan sarung yang terbungkus kresek bening.
"Buat saya Bu?   Ya Allah... Terima kasih banyak ya Bu.  Barakallah... Semoga rejeki Ibu berlinpah," doanya sebelum pergi membawa 6 paket dan sarung itu.
Sebekum dia berlaku, saya melihat matanya berkaca-kaca.  Entah apa yang dipikirkannya. 

Selasa, 05 Mei 2020

Catatan Puasa ke 13: Pria Muda Kena PHK

Catatan Puasa ke 13: Pria Muda Kena PHK
Sudah beberapa hari saya menaruh sembako di pagar depan rumah.  Lengkap dengan tulisan,"  "Ambil Bagi yang Membutuhkan."
Maka orang-orang yg lewat atau sengaja datang, langsung saja mengambil dan terus pergi membawa bingkisan sederhana itu.  Tapi hari ini ada yang beda.  Dua orang pria muda datang dengan naik ontel.  Dia menekan bel di pagar.  Padahal pintu tidak saya gembok.  Hanya menutup saja.
"Ada apa, Mas?" Tanya saya begitu dari dalam ruang tamu.   Hanya kepala saja yang terlihat di daun pintu.
"Kami boleh minta ini, Bu."
"Boleh.  Kansudah ada tulisannya," jawab saya.
Lalu dia mengambil 2 paket.  Buat dia sendiri dan buat temannya.
"Terima kasih banyak Bu.  Ini sangat membantu.  Kami barusan kena PHK," katanya.
"Ya Mas, sama-sama.  Kalau besuk belum ada kerjaan, boleh ambil lagi," kata saya sebelum menutup pintu kembali.  Uadara siang ini memang panas sekali.  Sehingga rasanya tidak kuat kalau harus membuka pintu lama-lama.
Saya lihat dari balik jendela.  Setelah menaruh bingkisan itu di sepedhah, kedua pria itu langsung pergi.
Dengan kejadian ini, saya lebih banyak bersyukur.  Sudah memiliki pekerjaan tetap, dengan gaji yang pasti.  Bahkan masih tunjangan sertifikasi.  Demikian juga suami.  
Maka tidaklah berlebihan jika kami mewujudkan rasa syukur itu dengan berbagi.  Walau banyak yang mengkritik.  Katanya memberi semacam itu menyebabkan mereka malas.  Ada juga yang bilang, "memberi harusnya diantar ke rumahnya.". Ya, memang biasanya saya melakukan itu.  Memberikan langsung sembako atau uang kepada tetangga terdekat.   Tapi saat ini keadaannya kan berbeda.  Saya sedang Stay at home (Di rumah saja).  Karena negeri ini sedang diuji.   Bahkan hampir seluruh dunia sedang diserang virus Corona.  Atau lebih dikenal dengan nama COVID-19.  Namun justru keadaan semacam ini, mendorong kita harus lebih banyak berbagi.  Karena banyak saudara-saudara kita yang terdampak keadaan tersebut.  Orang yang tadinya bekerja, bisa jadi kini pebgangguran.  Mereka itu tentu butuh bntuan.  Memang kami tidak bisa membantu banyak.  Namun minimal bisa sedikit membuat mereka tersenyum.  Karena tidak perlu mikir lagi, buka puasa nanti mau pakai apa.  Walau hanya ikan teri dan sambal terasi, sudah lumayan.  Syukur kalau dapat tambahan penghasilan.  Bisa makan lebih enak.   Atau dapat juga uamgnya ditabung untuk kebutuhan lain.  Menjelang lebaran ini, pastilah akan banyak yabg yang harus dibeli.
Maafkan jika ada yang terganggu dengan postingan ini.  Saya haya bermaksud menginspirasi.   Agar kita semua tidak mengandalkan pemerintah saja, di masa sulit seperti ini.

Senin, 04 Mei 2020

Ramadan ke 12: Toples Lebaran

Ramadan ke 12: Toples Lebaran
Emi Sudarwati
Kovid 19 memang benar-benar mengajarkan banyak hal kepada saya.  Sejak diberlakukannya work from home (Bekerja dari Rumah), guru memang lebih banyak waktu bersama keluarga.  Walau kebersamaan itu tidak berarti 100%.  Karena justru dengan bekerja dari rumah.  Siswa bisa bertanya dan mengumpulkan tugas kapan saja.  Memang tidak harus begitu.  Guru bisa saja memberikan deadline (batas waktu) pengumpulan tugas.  Tapi saya tidak tega melakukan itu.  Karena menyadari.  Sugnal di desa kecil kami sangat tidak bersahabat.  Belum lagi, tidak semua siswa bisa membeli paket data.  Karena di masa sulit seperti ini.  Tentu orang tua lebih memilih memberi beras untuk makan, daripada untuk membeli paketan.  
Kovid 19 mengajarkan saya menjadi 100% ibu rumah tangga.  Rajin mengumpulkan resep dari YouTube, lalu belajar memasak.  Sebelumnya bisa sih memasak ala kadarnya.   Namun kadang tidak sempat.  Karena harus berangkat pagi dan pulang sore dari sekolah.  Jujur, saya sering berharap.   Mengajar sampai jam 12.00 saja.  Seperti jaman kecil saya dulu.   Sekolah tidak sampai sore, seperti saat itu.  Sekarang bahkan kovid memberikan lebih dari yang saya pinta.  100% stay at home (diam di rumah).  Senang?  Awalnya ya.  Tetapi banyak susahnya.  Karena banyak saudara-saudara yang meregang nyawa karena wabah korona. Itu sangat menyedihkan.  Hidup penuh dengan rasa takut dan was-was.
Kembali ke masalah masak,-memasak.  Saya berusaha masak sendiri setiap hari.  Berharap agar-suami dan anak-anak merasa betah di rumah setiap hari.  Tidak lagi berfikir untuk ke luar rumah.  Walau hanya sekedar membeli jajanan.  Semua sudah tersedia di rumah.  Semua resep dan gambar masakan saya unggah di Facebook.  Berharap semua itu dapat memotivasi teman-teman yang lain.  Memang benar, banyak yang menyukai unggahan semacamnitu.  Tetapi lama-kelamaan banyak kritik di Facebook.  Bahwa di luar sana banyak saudara kita yang kesusahan mencari makan.  Maka tidak selayaknya kita setiap hari mengunggah foto atau video makanan.  Sebenarnya saya tidak sependapat dengan semua itu.  Masak sih orang bisa beli paketan dan bisa Facebook an, tatapi tidak bisa beli makanan.  
Tapi ya sudahlah.  Saya tidak mau berdebat.  Mending mencari kegiatan lain yang dapat menghasilkan uang.  Salah satu jalannya adalah dengan berdagang.  Ya, memanfaatkan Facebook untuk berdagang.  Tapi dagang apa?  
Laku saya buka market place.  Di sana banyak inspirasi.  Apa-apa yang dapat lan laju di jual menjelang lebaran.  Akhirnya pilihan hati tertambat pada toples.  Berjualan toples tentu sangat menyenangkan.  Jika belum laku pun tidak akan basi.  
Toples Calista Otaru.   Satu paket berisi 14 pcs.  Bisa untuk tempat kos lebaran.   Juga bisa untuk menaruh isi kulkas, agar tampak rapi dan muat banyak.
Pertama saya unggah di Facebook.  Tarnyata sudah banyak peminatnya.  Saya semakin semangat berjualan.  Pembeli pertama adalah Anik Hidayati.  Namun saya gratiskan saja, sebagai promosi.  Selanjutnya banyak teman-teman yang memesan.  Akhirnya saya putuskan untuk menjadi distributor.  Yaitu dengan membeli 50 paket toples.  Mudah-mudahan bisa laku keras.  Saya berjanji, semua keuntungan penjualan akan disumbangkan untuk tetangga yang sangat membutuhkan.  

Minggu, 03 Mei 2020

Ramadan ke 11: Belanja

Ramadan ke 11: Belanja
Semalam saya sudah WA Mbak Tutik.   Bakul belanja yang biasa mangkal di Desa Ngrandu.  Bahwa besuk mau beli bwang merah sekilo, bawang putih sekilo, teri sekilo, dan masih banyak lagi lainnya.
Mbak Tutik itu menggelar dagangannya di tempat itu sekitar jam 50.30 sampai jam 06.00.  Tapi kalau belanjaan masih banyak, kadang bisa sampai jam 06.30.  Jualannya biasanya sudah dibungkus kecil-kecil.  Ya maklumlah. Ukuran nelanjaan ibu-ibu di desa.  Misalkan cabe, sudah dibungkus dia ribuan, tomat tiga ribuan, Bawang merahlima ribuan, bawang putih empat ribuan, dan lain-lain.  Hampir semuanya porsi kecil.  Tidak ada yang bungkusan sekilo atau dua kilo.  Makanya kalau mau beli dalam jumlah banyak harus pesan dulu sebelumnya.
Pagi ini selepas subuh berjamaah.  Si kecil Abikara menawari untuk memijat kaki saya.  Katanya sih agar kakinya ibuk tidak capek.  Tiap malam dipakai tarawih.  Mendengar tawaran menggiurkan seperti itu, saya langsung berbaring di kamarnya.  Belum genap sepuluh menit, sudah tertidur.  Bangun-bangun sudah jam 06.30.  Saya kaget sekali.  Mengingat pesanan belanja di Mbak Tutik yang belum saya beli.  Pasti Mbak Bakul itu kebingungan.   Siapa coba yang mau beli belajaan sebanyak itu.  Tanpa mencuci muka, apalagi mandi.  Saya bergegas mengambil jilbab dan masker.  Langsung tancap gas.  Sepanjang jalan saya mengamati.  Kalau-kalau ada Mbak Tutik.  Sampai di depan kios buah.  Saya melihat ada bakul Mlijo yang sedang membeli buah.  Setelah melihat dengan seksama, langsung menghentikan laju motor kecil saya.
"Mbak Tutik...," sapa saya dengan penuh keyakinan.
Namun ketika wanita itu menengok.  Ternyata diaa bukan wanita yang saya maksud.  Aduh... Betapa malunya.  Tapi ya sudahlah, bukankan saya harus segera ke TKP untuk menemui bakul belanja itu.  Setelah memohon maaf, sayapun bergegas menuju ke Desa Ngrandu.  Puji syukur.  Dari jauh terlihat tawa Mbak Tutik melihat kedatangan saya.  Pasti hatinya lega.  
"Ya Allah.... Maaf Mbak, saya ketiduran," sapa saya.
"Alhamdulillah Bu.  Sebenarnya saya mau mampir ke rumah ibu," jawabnya sambil memberikan dua kresek pesanan saya.
"Memang tahu rumah saya?"
"Tahu Bu.  Saya sudah tanya orang-orang."
"Oh... Syukurlah.  Berapa totalnya?"
"Dua ratus dua puluh lima ribu, Bu."
Setelah menyerahkan uang, saya pun pamit.  Tak lupa, sekali lagi memohon maaf kepada wanita itu.

Sabtu, 02 Mei 2020

Ramadan ke 10: Doa untuk Almarhum Ibu dan Bapak

Puasa.ke 10
Pagi ini, sehabis subuh.   Begitu membuka pintu depan, saya melihat ibu2 mulai duduk2 di samping rumah saya. Kebetulan di situ ada posko kovid 19 yang dibuat karang taruna.  Kebanyakan mereka janda tua.  Ada sih beberapa yang muda.  Istri2 tukang becak. Menunggu, tentunya.   Jadi saya tak perlu meletakkan bingkisan sembako di pagar lagi.  Langsung saja saya kasihkan. 
Sebenarnya isi bingkisan itu tidak seberapa.  Hanya sekilo beras, sebungkus mie instant, sebungkus ikan teri, sebutir telur ayam, sebungkus minyak goreng, sebungkus tepung bumbu, sebungkus bawang dan sebungkus brambang.  Tapi mengapa mereka rela menunggu?  Pasti karena kebutuhan.  Saya hanya merasa bersyukur saja.  Seorang anak yang sejak kecil sudah yatim, saat ini berkecukupan.  Tidak berlebihan sih.  Tapi bisalah sedikit dipaksa untuk berbagi.   Memang harus sedikit dipaksa.  Itu ajaran dari almarhumah ibu saya.  Beberapa tahun sebelum meninggal.  Saya tawarkan untuk daftar haji bersama kami.  Kebetulan saya barusan menjual tanah yang di Kedungpring.  Karena sudah beli dan akan buat rumah di Bojonegoro.  Tapi beliau menolak.   Malah meminta uang itu untuk dibagi2kan ke tetangga.  Jadi sampai meninggal, ibu saya belum haji.  Tapi saya yakin, Gusti Allah sudah memberinya pahala haji.  Alfatihah buat almarhumah Ibu Kiswati. Juga Bapak Darman.   Beliau meninggal waktu saya masih kelas 1 SMP.   Saat ini.  Kami anak2nya hanya bisa berdoa dan melanjutkan cita-citanya.  Berbagi walau tak berlebih.  
Almarhumah ibu saya itu paling marah kalau kami sering beli baju.  Mengumpulkan gombal saja, buat apa? Mending uangnya disedekahkan. Kalau sampai sekarang kalian sering melihat saya pakai baju yang itu2 saja, ya memang karena baju saya tidak banyak.

Jumat, 01 Mei 2020

Ramadan ke 9

Selamat Hari Pendidikan Nasional.  Semoga semuanya menjadi lebih baik.  Aamiin.

Cerita Ramadan ke 9:
Seusai jamaah subuh.  Saya dan Si Ragil Eriza Abikara sudah mulai meletakkan sembako ini di pagar rumah kami.  Sepuluh paket saja setiap hari. Mudah-mudahan yang mengambil benar-benar sangat membutuhkan.  Barakallah.  Mangga bapak/ibu/saudara jika ingin mencoba di rumah masing-masing.  Tapi kalau mau nitip di pagar saya juga boleh.  Karena kebetulan tetangga saya banyak yang berprofesi sebagai tukang becak, pengumpul rongsok, pedagang keliling, tukang jahit dan paling banyak buruh tani.  Jika panjenengan berkenan menitip.  Usahakan sudah dalam wujud paketan ya.  
Setelah itu, sayaberangkat ke gudang untuk membeli sembako buat dibagi besuk.  Juga sudah pesan telur kepada ibunya Vina.  Vina itu dulu siswa SMPN 1 Baureno yang aktif ikut pengembangan diri teater Bhakti.  Sekarang dia sudah di SMAN Baureno.

Puasa ke 8: Pagar Sedekah

Pagar Sedekah.
Terinspirasi dari status di FB bebera hari yang lalu.   Akhirnya saya coba buat ini di pagar rumah saya sendiri.  Mudah2an ada yang mau mengambil.  Aamiin
Seusai jamaah shalat subuh.  Saya langsung bersih-bersih rumah.  Setelah itu ganti baju dan bergegas menstater motor kicil saya.  Tujuannya yaitu ke salah satu toko besar di Desa Sraturejo.  Sebelum itu, mampir dahulu ke Bank BRI untuk mengambil uang.  Namun karena antrian nya sangat panjang, maka saya putuskan ke ATM lain yang dekat dengan toko.  Benar saja, di sana yang antri hanya dua orang saja.  Saya harusnya masuk nomer tiga.  Namun karena bapak yang nomer dua sedang berbaik hati,. Saya diperkenalkan mengambil duluan.  
"Matur nuwun, Pak,' kata saya begitu keluar dari ATM.  
Beliau hanya mengangguk dan tersenyum.  Lalu buru-buru masuk.   
Sedangkan saya kembali melanjutkan perjalanan.  Sesampainya di tempat yang ingin saya tuju, ternyata tutup.  Di depan toko itu ada tulisan, "hari Jumat tutup."
Saya lalu pergi toko lain yang buka.   Masih di Desa Sraturejo juga.  Ternyata kasir toko itu Siswa saya waktu SMP.  Namanya Citra Arindi.
Setelah basa-basi sebentar, saya langsung pesan minyak goreng satu karton, tepung beras dua pak, teri kecil satu kilo gram, mie instan satu karton, dan plastik untuk membungkus.  Sedang berasnya sudah beli di Anik Hidayati, adikku sendiri.  Oh iya, kemarin juga sudah beli telur dua kilogram di Desa Tingan.
Setelah membayar, dan semua belanjaan ditata rapi oleh Citra Arindi.   Saya pun pamit pulang.
Sesampainya di rumah, langsung bungkus-bungkus.  Dengan membaca bismilah, tulisan dan bingkisan itu saya pajang di pagar depan rumah.
Alhamdulillah... Belum ada 1 jam sudah habis.   Awalnya ada satu anak yang baca.  Lalu duduk di bawahnya.  Saya teriak dari dalam rumah, "ambil saja.  Kasih tahu temanmu yang lain!"
Lalu dia mengambil.  Beberapa menit kemudian, datang lagi bersama teman2nya.   Ada juga yang nenek tua, dan lain2.  
Entah kenapa, setelah melihat semua itu, saya langsung semangat bungkus2 lagi buat besuk.  Mas Eriansyah Prabu juga semangat membantu.  Barakallah....