Senin, 24 Agustus 2020

IN 1 Hari ke 2

IN 1 Hari ke 2 Workshop Virtual PGRI Bojonegoro
Meskipun bisa dibilang ada hambatan, namun secara overall acara workshop di hari pertama, berlangsung sukses. Tentu saja hal ini membuncahkan harapan, bahwa pelaksanaan di hari kedua atau tepatnya tanggal 20 Agustus 2020 akan lebih lancar. Sebab bisa menilik pengalaman pada hari sebelumnya. Untuk itu panitia pasca workshop, melakukan evaluasi menyeluruh tentang hal-hal yang memungkinkan nanti dapat dilanjutkan dan diperbaiki.

Berbeda dengan hari pertama, di hari kedua ini, pemateri hanya ada dua orang. Yang pertama adalah Bapak H. Syaifuddin, S.Pd., MM. dan Bapak Bagus Putra W.S., S.Pd. Bapak Syaifuddin merupakan salah satu Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro, dalam paparannya beliau juga tak jauh dari pentingnya kesadaran bagi Bapak dan Ibu Guru dalam memahami keadaan pandemi ini. Sedangkan Bapak Bagus ini adalah salah satu trainer pendidikan nasional dan juga edugames designer. Beliaunya saat ini juga mengabdi di DBL Academy.

Materi yang dipaparkan oleh Bapak Bagus ini memerlukan waktu yang lebih lama. Sebab agendanya padat dengan materi-materi yang berkaitan pemakaian ponsel untuk pendidikan. Sebab kita ketahui, pemakaian ponsel yang begitu akrab saat ini, masih kurang optimal. Kebanyakan hanya untuk show up, gaming, dan jualan online. Padahal jika diberdayakan, lebih daripada itu.

Salah satu aplikasi Android yang ditunjukkan, adalah Quiver. Ini adalah contoh aplikasi di bidang Augmented Reality. Dengan memakai aplikasi semacam ini, anak diharapkan lebih antusias dalam proses pembelajaran. Karena aplikasi tersebut membuat gambar atau foto dapat berubah menjadi bentuk 3D. Dan mampu bergerak-gerak pula. Ini tentu memicu penasaran siswa dan dapat memacu kreativitas dari mereka.

Di kala sedang asyik-asyiknya para peserta menyimak paparan dari narsum kedua ini, listrik tiba-tiba mati. Dan tercium bau kabel yang terbakar. Tentu tak butuh waktu yang begitu lama untuk menemukan sumber masalah. Dengan sigap bagian perbaikan mempersiapkan ulang peralatan. Akhirnya acara bisa berlangsung lagi dengan lancar. Dan ini sebenarnya bisa diduga. Maka untuk itu, panitia telah menyiapkan genset dan ponsel cadangan. Untuk mengatasi kemungkinan yang terburuk. 

Alhamdulillah paparan dan disertai praktek peserta, yang memakan waktu lebih dari tiga jam itu usai. Benar-benar tak terasa. Seakan-akan waktu yang diperlukan kurang. Tetapi peserta tak perlu khawatir, minggu depannya akan dilanjutkan. Semoga di hari ketiga nanti, workshop berjalan dengan lebih baik.

Minggu, 23 Agustus 2020

Workshop Virtual APKS PGRI

Workshop Virtual APKS PGRI Bojonegoro: 

Hawa kekompakan segera terasakan bagi siapapun yang memasuki ruang kendali workshop di hari Rabu, 19 Agustus 2020. Sebab di sana sebanyak 12 operator lapangan atau disebut Tim LO yang sedang melaksanakan tugas untuk menjaga traffic. Mereka dengan seragam batik PGRI motif Kusuma Bangsa bersemangat untuk mengelola segala hal yang terkait. Sehingga nantinya workshop hari pertama ini berjalan dengan lancar. Mereka tentu tak sendiri, dengan di back up panitia dan sejumlah kru pendukung. Jadi total sejumlah 20 orang dikerahkan untuk menyukseskan acara perdana APKS ini.

Namun manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Terjadi beberapa kendala yang mengakibatkan kurang lancarnya acara. Syukurnya ini hanya sempat muncul di awal-awal. Meskipun disadari bahwa memang beginilah yang terjadi bila pelaksanaan workshop dilaksanakan secara daring. Pasti muncul dua permasalahan utama, sinyal dan listrik. Dan ini juga diungkap oleh Ibu Sri Hastuti, S.Pd., M.Pd. dalam makalahnya yang berjudul "Antara Pembelajaran Daring, Hambatan dan Solusi dalam Literasi Digital". Dan disahuti pula oleh Bapak Budi Tjahyo Baskoro, S.Pd., M.Si., seorang psikolog, yang mengambil judul "Pemberdayaan Psikologis dalam Penggunaan Literasi Digital untuk Pengembangan Pembelajaran Daring".

Tidak cuma dua pemateri tadi, ada Bapak Dandi Suprayitno, AP., M.Si., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro yang memberikan arahan sekaligus menjadi keynote speaker. Beliau menyampaikan, dalam kondisi pandemi ini kita harus selalu menjaga diri dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah dirilis pemerintah. Selain beliaunya ada pula Bapak Drs. Sampun Hadam, S.Pd., MM., Kepala SMK Model PGRI Madiun beliau memaparkan tulisan berjudul "Digital dan Lifeskill Education, Salah Satu Hikmah Covid 19". Yang berisi tentang pentingnya memberikan bimbingan kepada anak didik agar mampu beradaptasi terhadap situasi apapun.

Empat pembicara di workshop bagian pertama ini, tentu saja diharapkan mampu memompa semangat para guru dalam menghadapi musibah gegara Virus Corona. Sebab diketahui dengan timbulnya virus tadi, sedikit banyak menciptakan persoalan baru di bidang pendidikan. Tidak cuma soal jaringan internet dan resiko tertular, juga persoalan mindset. Sebagian orang tua menganggap guru-guru telah memakan "gaji buta" dan tidak bertanggung jawab. Sebab proses pembelajaran yang dulu mereka pegang, kini kembali di-handle orang tua. Terus apa gunanya sekolah? Begitu keluhnya. Padahal jika dicermati secara mendalam, tugas guru menjadi lebih berat. Yang biasanya tidak selalu terhubung internet, sekarang harus eksis di sana. Tentu ini membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Belum pula soal, anak yang sering tidak tetap waktu mengumpulkan. Sehingga kerja guru tidak lagi 7 jam sehari, bahkan 24 jam atau bisa dibilang lebih dari itu.

Dengan pemaparan beliau berempat tadi ditambah dengan petuah Ketua PGRI Jawa Timur, Bapak Teguh Sumarno dan Ketua PGRI Bojonegoro, Ali Fatikin, di awal acara. Juga dengan diperkuat do'a dari Bapak Diman Nasihin, mempertebal keyakinan Bapak dan Ibu Guru untuk tetap bersemangat mengabdi dalam dunia pendidikan, apapun yang terjadi. Bahwa memang segala yang ada di dunia ini sudah menjadi Kehendak-Nya dan kita selaku hamba-hamba-Nya harus terus berupaya mengikhtiarkan dengan sungguh-sungguh serta dilambari keikhlasan hati. Dengan demikian semua usaha profesional akan berdampak secara signifikan dan barokah.

Jagung Godok

Saya pernah beli jagung godhok waktu perjalanan dari Malang.  Penjualnya setua beliau itu.  Saya tahu jagungnya sudah basi.  Tapi pura-pura tidak tahu.  Tetap saja saya beli semuanya.  Kasihan. Satelah perjalanan agak jauh,. Baru jagung-jagung itu saya buang ke tempat sampah. Sedianya sih mau dibuang dirumah saja. Tapi Seisi mobil sudah pada mual. Tidak tahan dengan baunya.

Rabu, 19 Agustus 2020

Webinar APKS PGRI

Alhamdulillah..... acara workshop virtual APKS PGRI Kabupaten Bojonegoro H1
19 Agustus 2020, berjalan lancar.  Semoga besuk lebih baik lagi.  Aamiin

Gak nyangka.  Webinar yang semula hanya direncanakan sederhana, malah diikuti lebih dari 800 peserta dari seluruh Indonesia.  Jadi bukan hanya guru-guru dari Kabupaten Bojonegoro saja loh.  Namun banyak juga peserta dari luar daerah yang ikut berpartisipasi.

Dipertengahan acara.  Tiba-tiba Pak Ajun Bojonegoro mencolek saya.  Beliau menyampaikan usulan dari Pak Wawan Rudiyanto (Ketua APKS).  Agar saya menghubungi pihak Radar Bojonegoro.  Akhirnya saya telp Mas Khorij.  Tapi tidak diangkat.  Sepertinya beliau sedang rapat.  Lalu saya tinggalkan pesan.
Beberapa menit saya tunggu tetap tidak ada balasan. Akhirnya saya hubungi Mas Yusuf.  Alhamdulillah langsung nyambung.  Beliau masih berada di wilayah Kedung Adem.  Untung saja mau segera meluncur ke kantor PGRI.
Tak lama setelah itu, Mas Khorij membalas pesan saya.  Beliau menyambut baik permintaan saya.  Bahkan menawarkan kerja sama di kemudian hari.
Jadi, tunggu gebrakan PGRI kerja sama dengan Radar Bojonegoro ya.

Terima kasih atas kesempatan yang diberikan Ketua PGRI Kabupaten Bojonegoro, Bapak Ali Fatikin Ali Fatikin

Kamis, 06 Agustus 2020

Balas Dendam Positif

Balas Dendam Positif
Siang itu sangat terik.  Setelah Memasuki pagar rumah, saya langsung memarkir motor.  Kebetulan gemboknya hanya menempel di pagar.  Karena anak-anak memang sedang berada di rumah.  Kakak Prabu dan Adik Abikara belajar on line dari rumah saja.  Setelah memarkir motor, saya bergegas mengambil kunci di saku tas.  Lalu melangkah beberapa jengkal saja.  Kemudian membuka pintu belakang.

"Assalamualaikum..., sapa saya sedikit berteriak.  Namun tidak ada jawaban.
Oh, ternyata anak-anak tidur.  Mungkin mereka kecapekan setelah mengerjakan tugas dari dosen dan guru-gurunya.   Saya tidak ingin mengganggu.  Terus saja berjalan menuju meja kerja, tak jauh dari kamar mereka.  Sebelum meletakkan tas, terlebih dahulu membuka saku depan, untuk mengambil HP.

"Ha... ada sepuluh panggilan tak terjawab.  Siapa ya?". tanya saya dalam hati. Tanpa ba bi bu, saya melihat, siapa yang menelpon sampai sepuluh kali.  Tentunya sangat penting.  Rupanya Pak Mukminin.  Beliau adalah guru Bahasa Indonesia saya  waktu SMP.  Bukan guru biasa.  Karena beberapa bulan yang lalu, Pak Mukminin ini pernah mengikuti workshop menulis buku di PBG.  Kebetulan saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun sebagai Nara sumber.   Setelah mengikuti kegiatan tersebut, semangat menulisnya sangat tinggi.  Satu buku tunggal dan beberapa buku patungan berhasil diterbitkan.   Dalam kurun waktu teramat pendek, nama beliau melejit bagai roket.  

Kembali ke masalah sepuluh pabghilan tak terjawab.  Tentunya saya sangat penasaran.  Langsung menelpon balik.  Namun ternyata tidak ada jawaban.  Hem... Ya sudahlah, lebih baik meninggalkan pesan WhatsApp saja.  Jadi kalau nanti beliau aktif lagi, kan bisa langsung menbalah.
"Ada apa, Bapa?" tahya saya singkat.  Sebelum menuju ke ruang ekspresi.  Siang itu saya akan menyiapkan materi webinar.  

Sampai keesokan harinya, tak ada jawaban dari Pak Mukminin.  Kebetulan jam tujuh pagi saya sudah berada di rumah.  Karena hari itu ada Webinar dengan tajuk Guru, Buku dan Sastra.  Pesertanya lebih dari 500 guru dari seluruh Indonesia.  Kembali saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun bertindak sebagai Nara sumber.  

Seusai webinar, kembali saya kembali melihat pesan WhatsApp di HP saya.  Ternyata ada lima panghilan tak terjawab dari Pak Mukminim.  Juga ada pesan singkatnya.
"Maaf, kemarin saya kelehelan.  Baru tilik bayi dari Karanggeneng.  sepedahan dalane ora enak. Matur nuwun."
Oh, saya kira ada yang penting.  Ternyata hanya itu pesannya.
"Inggih Bapak, boten napa-napa.  Mugi tansah sehat," jawab saya.
Tak lama setelah itu, beliau menelpon lagi.  Kebetulan saya langsung bisa mengangkatnya.

Bagai petir di siang hari.  Rupanya beliau berencana mengundang kami bertiga.  Tentu saja dalam acara workshop menulis buku.  

05 Agustus 2020.  Waktu yang saya tunggu akhirnya datang juga.  Hampir semalaman, mata ini tak bisa terpejam. Membayangkan besuk akan berjumpa kembali dengan guru-guru dan sahabat-sahabat saya.  Jam dua belas malam saya ke kamar kecil.  Setelah itu menuju kamar Prabu, anak pertama saya.  Langsung ke kamar Abikara, adiknya.  Mereka berdua sudah terlelap dengan posisi yang lucu-lucu.  Lalu saya menuju ke dapur.   Membuka kulkas dan mengambil kaleng susu.  Lanjut menyalakan kompor untuk memasak air.  Semoga dengan minum segelas susu hangat ini, mata segera terpejam.

Benar saja.  Tak lama setelah itu, saya terlelap juga.  Tapi jam 3 sudah terbangun lagi.  Langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu.  Sebelum shalat tahajud,. Terlebih dahulu membangunkan Mas Catur, suami saya.  Sambil menunggu beliau keluar dari kamar mandi, saya mengambil beras dan memsaknya di magic com.  Juga memasak air untuk membuat kopi untuk Mas Catur dan air madu untuk saya dan anak-anak.  Baru kemudian menuju ke mushola di rumah kami.  Tidak perlu dibangunkan, Prabu dan Abikara ternyata sudah berada di sama.  Mereka shalat tahjud berdua.  Alhamdulillah... Anak-anak itu sudah terbiasa melakukan shalat tahajud dan duha setiap hari.  Sambil menunggu azan subuh, saya masak di dapur untuk sarapan dan makan siang.  Mas Catur mebcuci, Prabu menyapu dan ngepel.  Sedangkan Abikara menyiram bunga.  

Walau perkerjaan belum selesai. Jika sudah mendengar adzan subuh, kami semua segera menuju mushala.  Semua pekerjaan dilanjutkan setalah shalat berjamaah.  Setelah semua masakan matang, kami sarapan bersama.  Baru kemudian mandi secara bergantian.  Karena kamar mandi kami hanya dua.  Saya dan ayahnya mandi duluan.  Setelah itu baru kakak dan adiknya.

Tiba-tiba ada WA dari Pak Slamet Widodo.  Beliau mengabarkan, bahwa akan ceklok dulu ke sekolahnya.  Saya mengiyakan.  Karena memang masih jam enam pagi.  Toh kita janjian berangkat jam 07.00 dari rumah saya.  Tapi karena jam 06.30 beliau sudah datang.  Juga Pak Ajun Sudan menunggu di masjid Baureno.  Maka kami berangkat saat itu juga. Namun sebelumnya mampir ke sekolah saya dulu untuk ceklok.

Pas jam 07.30.   Rombongan kami sudah sampai di SMPN 1 Kedungpring.  Mas Catur segera membuka semua kaca mobil, sebelum memasuki pintu gerbang.  Ada Pak Satpam Yono, Pak Wadi, Pak Kris, dan beberapa wajah baru tidak saya kenal.  Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan kami.

Turun dari mobil, ada Pak Mukminin dan Pak Kasto.   Kami sempatkan foto bersama beliau berdua di panggung ekspresi karya Pak Kasto.  Mas Catur yang memotret.  Setelah itu gantian.  Beliau yang mau foto bareng, sedangkan saya yang memotret.

Saat memasuki ruang TU, ada Bu Sunis, Bu Laili, Bu Rinda, Bu Eni, dan Bu Ery.  Kami sempatkan foto bersama di situ, sebelum diajak masuk ke ruang tamu.  Mas Catur menunggu di ruang TU sambil webinar.  

Kami bertiga disambut oleh Ibu Kepala sekolah.  Namnya Ibu Sri Wahjuni.  Berbincang-bincang sebentar, lalu beliau berpamitan untuk gladi bersih.  Sedangkan kami bertiga tetap dipersilahkan menikmati jamuan pagi di ruang tamu.  Bu Ery menyuguhkan kopi dan teh.  

Lama menunggu.  Namun Bapak Kepala dinas dan jajarannya belum datang juga.  Akhirnya kami dipersilahkan berkenalan dengan peserta workshop.  Sesuai urutan pemateri.  Saya meminta Pak Ajun berkenalan terlebih dahulu.  Baru disusul Pak Slamet Widodo dan saya. 

Tak lama setelah itu, Bapak kepala Dinas bersama tim sudah datang.  Acara pembukaan segera dimulai.  Ibu Sri Wahjuni selaku kepala sekolah memberikan sambytan.  Beliau menjelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan pagi itu.  Dilanjut sambutan Bapak Adi Suwito, Kepala dinas pendidikan kabupaten Lamongan.  Bapak kepala dinas menyambut baik kegiatan tersebut.  Kata beliau, SMPN 1 Kedungpring ini merupakan barometer sekolah-sekolah di Kabupaten Lamongan bagian barat.  Jika sekolah-sekolah lain marih ribet dengan urusan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).   Tetapi di sini semua itu sudah lewat.  

Belum lama ini, SMPN 1 Kedungpring telah menerbitkan sebuah buku antologi puisi.   Namun buku tersebut baru ditulis oleh beberapa guru dan siswa saja.  Belum semua guru ikut menulis.  Oleh karena itu, maka mereka mendatangkan saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun Pujang Anom.  Seusai workshop menulis buku ini diharapkan dapat memacu semangat guru-guru untuk menulis dan menerbitkan buku.  Jangka pendek bisa menerbitkan buku antologi.  Sementara jangka panjangnya dapat menerbitkan buku tunggal.

Pembukaan telah selesai.   Bapak kepala dinas beserta jajarannya sudah pamit.   Waktu sepenuhnya diserahkan kepada kami bertiga.  Sesi pertama