Jumat, 24 Juni 2022

Mutiara Kebersamaan

Mutiara Kebersamaan untuk Sahabat

Karya: Ali Uthi Ullah

Sahabat, kehidupan ini tak lain adalah hamparan samudera luas

Kita renangi dan kita selami kedalamannya

Untuk mencari tiram di dasarnya, dan kita petik mutiaranya

Bahwa selalu ada yang bermakna pada setiap kehadiran dan pertemuan

 

Dengan bahtera tulus kebersamaan kita berlayar

Untuk saling menjaga dan saling percaya

Dan saat ini.. Saat dimana kita harus lalui waktu

Waktu dimana kita harus mulai maju

Maju untuk sesuatu harapan baru

 

Mungkin saat ini kita akan berpisah

Namun semua itu hanyalah sementara

Karena engkau pasti kembali, dan harus kembali

Bukan untuk sekedar mengenang dan melihat

Puing-puing masa lalu bersama kami

Namun karena kita ditakdirkan bersama

Dimana ada engkau dan kita bersama

---

Celotehan Pena

http://c3i.sabda.org

Dalam puing-puing dedaunan.

Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.

Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan, dalam butiran do’a.

Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencarinya-sebuah perjumpaan.

Denyut nadi tak bisa berhenti.

Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.

Dari sebuah titik menjelmalah menjadi garis yang berlalu-lalang.

Itulah seumpamanya.

 

Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,

Yap…lebih tepatnya sebuah keakraban.

Lajur kehidupan memang di takdirkan untuk berputar, begitu pula alur cerita ini-perjumpaan.

Sekian Lama tinggal di bukit suka.

 

Kini aku terjatuh, jatuh ke dalam lembah duka yang penuh kesakitan.

Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu-duka dan sakit.

Tertatih, tapi bukan seras pedih

Selayaknya mentari yang selalu menyinari, aku masih terus berfikir.

Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?

Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.

 

Malam berlalu…

Angin pun ikut terbawa oleh suasana hatiku , angin bagaikan bahagiaku.

Tatkala suara petir membentak jantungku menghentikan serasa denyut nadi ini,petir bagaikan dukaku.

Hingga petir menurunkan titahnya pada hujan yang turun, hujan bagaikan tangisanku.

Bagian dari suasana hatiku.

 

Hujan berhenti…Tahukah kau bintang…?

Tersadar akan ini, tak perlu terluka dalam nestapa, bahagiaku dengan manja.

Aku merasa cukup dengan semua itu-perjumpaan dan keakraban.

Walau manakala kata “perpisahan" menggelegar di telingaku, aku mencoba tuk tetap tersenyum walau dalam paksaan.

 

Namun…Kini ku menyadari…

Di dunia ini…

Sebuah perjumpaan sangatlah mustahil tuk tetap abadi,

Begitu pula sebaliknya…

Sebuah perpisahan juga sangat mustahil tuk tetap abadi.

Awal adalah akhir Dan akhir adalah awal.

Semua yang berawal adalah akhir Dan semua yang berakhir adalah awal

---Anonim

Salam Perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

 

Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa rinduku yang tidak kau harapkan

---Anonim

Jangan Pernah Lupakan Aku

kelascinta.com

Kubuka mataku dari hitamnya tidur
Kulihat cahaya itu menguak dara mataku
Memaksaku menatap warna
Bisa kulihat dengan warna biru di buta mata.

Teringat akanku tentangmu sahabat
Apa kabar di kau?
Lama sudah kita tiada berukhuwah
Putus bagai cincang.

Kuharap di sana engkau tiada melupakan aku

---Rayhandi

Ini Sakit

titikdua.net

Tangis, tawa, sepi, ramai, kita jalani

Seperti tali yang menyimpul

Menghiburku di kala sunyi hinggap

Menghiburmu di kala gusar menyelimuti

 

Kini beda,

Ketika perpisahan terjadi

Ruang dan waktu kita berbeda

Aku tenggelam dalam sepi

 

Hingga,

Kau hanya tinggalkan bayangmu

Tanpa tuan

Kaupun tak memahaminya

Aku adalah orang lain bagimu

---Anonim

Teman Bagai Bintang

Sahabat kau bagai bintang di hitam langit
Kau selalu ada meski aku tiada melihatmu
Kau ada tepatnya di daging ini
Daging merah bernama hati.

Kau jauh di sana
Terhalang jarak dan jutaan jengkal jarak
Tiada bisa kulihat selain rindu yang tebal
Kau jauh bagai bintang.

Cahayamu bisa kulihat
Bukan dengan mata 
Tapi dengan rindu yang sekarat
Kutatap ia dengan gelap hitam.

Kau tiada bisa kugapai
Karena takdir membekukan nyata
Kenyataan bahwa kita tiada akan bersama
Hanya bisa menatapmu jauh.

Sahabat tiada peduli seberapa jauh kita
Aku disini engkau disana
Saling memanggil dengan rindu
Mendoa dalam diam.
---Rayhandi

Apa Kau Lupa?

Nationalpainreport.com

Masih ingatkah kau?

Wahai sahabat,

Ketika menari di bawah hujan sepulang sekolah,

Ketika kita berjatuhan di jalanan becek,

Ketika kita tertawa bersama karena wajah kotor kita

 

Masih ingatkah kau?

Ketika pertama kali kita saling kenal

Di kelas kita saling malu tuk bersapa

Di kelas kita saling tanya tentangku dan kau

Di kelas kita saling menjawab tentangku dan kau

 

Masih ingatkah kau?

Ketika kita berbagi jawaban saat ujian

Ketika kau mengajariku perkalian juga pembagian

Ketika aku sering emntraktirmu

 

Untukmu sahabat,

Kini kau sangat jauh

Hanya doa yang kurapal

Hingga melebur menjadi angin

Meskipun kau selalu menjadi rindu

 

Tanahku dan tanahmu kini berbeda

Bahkan rapalan rindu tak membendung

Hanya harap yang berakhir sia-sia

 

Aku ingin memohon kepada Tuhan

Aku ingin menyampaikan rindu ini kepadamu

Untuk sahabatku yang baik hatinya,

Untuk sahabatku yang kusayangi,

Untuk sahabatku,

 

Aku selalu berharap di sini

Agar kau tak lupa ada aku di sini

Yang selalu berharap balasan rindu darimu

Yang kunanti hanya dirimu seorang

 

Walau jauh seberang sana

Tanpa wajah yang saling pandang

Kau tetap terasa sakit

Karena kau sealu kupeluk dalam malam

 

Kenangan denganmu masih ada di benakku

Bahkan terasa jelas sekali

Karena kau lupa untuk menghapusnya

Ketika kau pergi meninggalkanku

 

Tanpa rasa cemas

Aku bersumpah rindu di tanah ini

Tanah kelahiranmu

Kutunggu kepulanganmu

Kutunggu sambungan kisahku dan kau

 

Hati ini sakit sekali,

Ketika kisahku dan kau terbesit

Dada ini sesak,

Terasa mencekam,

Aku sakit!

 

Memang,

Mungkin tak selamanya kau pergi

Atau kau tak kembali sama sekali

Hingga ragaku menjadi busuk bersama tanah

 

Selamat tinggal,

Terimakasih untuk kisahnya

Terimakasih untuk kehangatanmu

Aku selalu menyimpan itu

---Anonim

Kenangan Bersamamu

liputan6.com

Ingatkah di kau?
Wahai kawan saat kita menari di bawah hujan saat pulang sekolah?
Saat kau mendorongku hingga jatuh ke lubang becek?
Saat ku tertawa terbahak bahak melihat kau dimarahi ibumu.


Ingatkah di kau?
Saat pertama kali kita bertemu?
Di kelas itu kau menyapaku dengan malu
Di kelas itu kau menanyakan namaku
Di kelas itu kau berkata ''anak pindahan mana''


Ingatkah di kau?
Saat ku contek perkalianmu saat hari kamis itu
Saat kau ajarkanku perkalian karena otakku sungguh dodol
Saat kau meminjam kamusku.


Untukmu sahabatku
Kau teramat jauh di sana
Habis doa kukunyah
Habis mata kupandang
Namun kau masih jadi bayang rindu.


Tanah ku berpijak dan tanah kau berpijak terlalu jauh
Bahkan rindu yang kupunya tiada bisa menawar rasa kangenku
Hanya bisa kuharap dalam sia.


Tuhan dengarkanlah ini
Sampaikanlah sepotong rindu ini untuk seseorang
Dia jauh dia baik dia menyayangiku
Dia sahabatku.


Di sini aku hanya berharap
Berharap agar dikau tiada lupa cara pulang
Berharap kau balas rinduku
Hanya kehadiranmu yang kunanti.

Meski kau jauh di ambang laut
Muka tiada bisa bertatap
Kau tetap dekat
Karena setiap hitam menjelang kupeluk engkau dengan mimpi .


Kenangan tentangmu masih tertancap di kalbuku
Masih jelas kurasa
Karena kau pergi tanpa menghapusnya.


Tiada usah khawatir di kau
Ku disini bersumpah memaku rindu ini di tanah pertama kau lahir
Ku tunggu kau pulang menyambung kenangan yang ada.


Hatiku sakit saat teringat akan engkau
Saat kuingat kenangan kenangan kita aku sesak
Hati ini lebur tercekam tanpa relung udara
Aku sakit di sini.


Memang tiada selamanya yang pergi akan pulang kembali
Contohnya dirimu yang tiada akan kembali meski seratus tahun jasad ini memaku.


Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk potongan cerita
Terima kasih untuk hangat yang kau suguh
Aku akan menyimpan kenanganmu di lubang hati.

---Rayhandi

Rindu Ini

riliv.co

Rindu ini sangat terasa

Rindu ini bagai telaga

Tak tahan aku dengan rindu ini

Hatiku sudah pecah menahannya

 

Rindu ini sangat terasa

Sahabat,

Apakah kau juga demikian?

Sepertiku?

 

Rindu ini sangat terasa

Ketika bersamamu,

Rindu ini terbayar oleh nelangsa

 

Rindu ini sangat terasa

Potretmu adalah pelampiasan rindu

Potret buram yang selalu kusimpan

 

Rindu ini sangat terasa

Kuharap Tuhan menjagamu

Karena aku disini,

Selalu merapal doa rindu untukmu

Dengan nadi dan jantung

---Anonim

Perjalanan


Sahabat..
Kita pernah menapaki jalan terjal
Bahkan jika harus tersandung dan jatuh
Kita pernah menyingkirkan duri-duri yang merintangi
Semua itu telah kita lalui bersama

Jalan hidup kita mungkin berbeda
Namun engkau tetaplah sahabat terbaik ku
Dan sekarang perpisahan jua lah yang akan memisahkan

Hanya do’a dan peluk hangatku untukmu
Yang bisa aku berikan mungkin untuk yang terakhir
Tapi.. Percayalah..
Semoga Allah mempertemukan kita
Untuk esok yang lebih bahagia

Aku akan terus merindukanmu
Masihkah kau ingat saat kita menanam pohon bersama
Di pelataran rumahku..
Saat-saat itulah aku benar-benar menemukanmu
Bahwa kaulah separuh dari masa kecilku

Hanya lewat puisi ini aku bisa ucapkan terima kasih
Terima kasih untuk semua kebaikan dan ketulusanmu
Aku akan selalu mengingatnya meski waktu akan berbeda
Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya

---Anonim

 


Rabu, 22 Juni 2022

TK kok Wisuda

~ 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬..?? 𝐖𝐢𝐬𝐮𝐝𝐚 𝐓𝐊 & 𝐒𝐃 
🙂 𝙱𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗, 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚍𝚒 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚙𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊-𝚜𝚒𝚜𝚠𝚒 𝚃𝙺, 𝚂𝙳, 𝚂𝙼𝙿, 𝚍𝚊𝚗 𝚂𝙼𝚄. 

𝙽𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒, 𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚛𝚒𝚜𝚒𝚑-𝚛𝚎𝚜𝚊𝚑, 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚖𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚕𝚎𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚋𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚂𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝙳𝚊𝚜𝚊𝚛. 

𝙼𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚏𝚎𝚗𝚘𝚖𝚎𝚗𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚕 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊, 𝚠𝚊𝚓𝚊𝚛, 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚕𝚒𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚋𝚊𝚜𝚊𝚗, 𝚜𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐-𝚜𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐, 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚔𝚎𝚙𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚝𝚘-𝚏𝚘𝚝𝚘 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚝𝚊. 

𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚊𝚢𝚊, 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚗𝚎𝚑. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚙𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚛𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝙸𝚗𝚍𝚘𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚛𝚒𝚑𝚊𝚝𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚞𝚙 𝚝𝚎𝚋𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚒𝚐𝚑-𝚑𝚎𝚕𝚕. 𝙸𝚗𝚒 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚍𝚛𝚞𝚖𝚋 𝚋𝚊𝚗𝚍, 𝚐𝚎𝚛𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗, 𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊-𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊 𝚍𝚕𝚕, 𝚖𝚎𝚕𝚞𝚛𝚞𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚘𝚕𝚘𝚜𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊, 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚕𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚔𝚘𝚛 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚝 𝚕𝚊𝚝𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚍𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚒𝚝𝚞, 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚝𝚊𝚞 𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊. 𝚃𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚒𝚕 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚒𝚓𝚎𝚕𝚊𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚏𝚞𝚗𝚐𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚊𝚗𝚎𝚑, 𝚊𝚗𝚎𝚑. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚠𝚊𝚛𝚗𝚊 𝚑𝚒𝚝𝚊𝚖 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚐𝚎𝚕𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚍𝚒𝚔𝚊𝚕𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊𝚠𝚊𝚗/𝚝𝚒 𝚜𝚎𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚔𝚞𝚕𝚒𝚊𝚑𝚊𝚗. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚝𝚘𝚙𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚎𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊, 𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝-𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚗𝚝𝚞𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚛𝚊𝚜𝚒𝚘𝚗𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐. 𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚝𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚙𝚘𝚕𝚊 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚒𝚝. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒𝚛 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚎 𝚔𝚊𝚗𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚝𝚎𝚛𝚒, 𝚝𝚎𝚘𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚛𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚍𝚘𝚜𝚎𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚔𝚎 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞, 𝚢𝚊𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚊𝚙𝚕𝚒𝚔𝚊𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚒𝚕𝚖𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝. 
𝙱𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚜𝚜𝚎𝚕 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚝𝚘𝚙𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚐𝚞𝚛𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒 𝚝𝚊𝚑𝚞. 

𝚂𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚜𝚊𝚛 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚗𝚐𝚊𝚑, 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝙿𝚊𝚞𝚍 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚃𝙺. 

𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚐𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚜𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚌𝚊𝚙𝚊𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚎𝚠𝚊𝚝𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚌𝚒𝚝𝚊-𝚌𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗, 
𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚐𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚜𝚎𝚒𝚛𝚒𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚒𝚝𝚞. 𝙽𝚒𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚊𝚗 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚛𝚞𝚗.
𝙳𝚞𝚕𝚞, 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊. 𝚂𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚗𝚒, 𝚎𝚗𝚝𝚊𝚑. 

𝙹𝚒𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗, 𝚊𝚍𝚊 𝚋𝚊𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚔𝚜𝚊𝚗𝚊𝚊𝚗 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚒𝚔𝚊𝚓𝚒 𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚗𝚏𝚊𝚊𝚝𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚒𝚍𝚊𝚔𝚔𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚑𝚎𝚋𝚊𝚝 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚕𝚒𝚋𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊-𝚜𝚒𝚜𝚠𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚑𝚊𝚕 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊, 𝚙𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚗𝚒, 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚎𝚔𝚘𝚛𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐, 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚙𝚑𝚘𝚝𝚘𝚋𝚘𝚘𝚝𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗, 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊? 
𝙿𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚕𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚛𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚛𝚊𝚕 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚐𝚊𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚑𝚊𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚞𝚜𝚊𝚒 𝚜𝚔𝚛𝚒𝚙𝚜𝚒, 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚍𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚝𝚛𝚎𝚗𝚍 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚟𝚒𝚛𝚊𝚕. 
𝙹𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐. 𝙱𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 10 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚔𝚎 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚎𝚗𝚊𝚙𝚒 𝚐𝚎𝚕𝚊𝚛 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚑𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛. 

𝚃𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚜𝚊𝚛 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚜𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚙𝚒𝚔𝚞𝚕 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚂𝙼𝚄, 𝚂𝙼𝙿, 𝚂𝙳, 𝚍𝚊𝚗 𝚃𝙺. 𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚏𝚒𝚕𝚘𝚜𝚘𝚏𝚒, 𝚊𝚙𝚊𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚍𝚊𝚛 𝚍𝚒𝚓𝚊𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚊𝚛𝚝𝚒, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚖𝚊𝚖𝚙𝚞 𝚍𝚒𝚒𝚖𝚙𝚕𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊. 𝙰𝚊𝚖𝚒𝚒𝚗... ( Copas All Media)

Salam
#waras
#ASNPPPKGURU🇲🇨🇲🇨💪💪