Selasa, 19 Mei 2020

Ramadan ke 27: Selamat hari kebangkitan Nasional20 Mei 2020

Ramadan ke 27: Selamat hari kebangkitan Nasional20 Mei 2020
Indonesia...
Ayo bangkit
Melawan Kovid 19
Berkarya dari rumah saja
Selamat hari kebangkitan Nasional
20 Mei 2020
Pagi ini sebenarnya saya ada jadwal piket.  Tapi entah kenapa, kaki begitu berat melangkah.  Rasa lelah dan sedikit putus asa mulai mendera.  Perjuangan selama bertahun-tahun seakan dipupus sudah.  Lebih baik saya meraih laptop dan mulai menulis cerita.  Selamat membaca.

Langkah Kinanthi dipaksa Berhenti
Oleh: Emi Sudarwati

Tiga tahun yang lalu.  Waktu itu Kepala sekolahnya masih Bapak Ukik.
 Pagi sekali, namun suasana sudah begitu panas.  Walau jam masih menunjukkan pukul 07.00.  Bu guru Kinanthi dipanggil oleh urusan kurikulum.  Beliau menyampaikan bahwa mulai saat ini, Kinanthi mengajar 30 jam tiap minggunya.  Mulai Hari Senin sampai Hari Sabtu.  Intinya, dia tidak bisa lagi ikut kegiatan MGMP di Kabupaten Bojonegoro.   Padahal saat itu Kinanthi masih menjabat sebagai sekretaris.  
Dengan sedikit diplomasi Kinanthi menghadap Bapak Kepala Sekolah.  Intinya, pada Hari Rabu minta diberi jam pertama dan ke dua saja.  Karena dia masih terikat sebagai pengurus MGMP.  Alhamdulillah, Bapak Kepala Sekolah yang baik hati itu bersedia mengkomunikasikan dengan bagian kurikulum.  Sehingga selama satu semester berjalan baik. 
Semester ke dua.  Kinanthi sudah tidak lagi menjadi pengurus MGMP Bahasa Jawa Kabupaten Bojonegoro.  Saat itu pula dia mendapat jam penuh, selama enam hari.   
Tahun berikutnya.  Setelah mendapat juara 1 Lomba INOBEL tingkat Nasional.  Mulai banyak tawaran menjadi narasumber Menulis Buku dari berbagai daerah.  Kinanthi berkomunikasi lagi dengan Pak Ukik, supaya diberi kosong jam sehari saja.  Agar dia bisa berbagi ilmu kepada guru-guru seluruh Indonesia.  Puji syukur, beliau mengerti.  Akhirnya Kinanthi bisa kosong jam setiap Hari Sabtu.  Namun jika tidak ada acara ke luar kota, dia tetap ke sekolah.  Mengkoreksi tugas siswa atau menulis di perpustakaan.  
Semester ke dua, urusan kurikulum mulai mengacaukan semuanya lagi.  Menurutnya, Kinanthi tidak boleh lagi kosong jam pada Hari Sabtu.  Karena beliau kesulitan membagi jadwal.  Padahal Kinanthi sudah terikat kontrak dengan beberapa sekolah.  Untuk memberikan workshop menulis buku di sekolah-sekolah tersebut.  Untunglah Pak Ukik mempunyai solusi.  Khusus pada Hari Sabtu, jam mengajar Kinanthi dialihkan kepada Pak Freddy dan Pak Eka.  Sehingga masalah dianggap selesai.  Semua. Berjalan lancar.
Tahun ke tiga, ada rolling kepala sekolah.  Pak Ukik pindah ke sekolah lain.  Sementara yang bertugas di sini Pak Ramli.  Beliau sangat tegas dan berani dalam menata sekolah.  Pada era kepemimpinan beliau, Maslah kembali muncul.  Semester satu.  Kinanthi dipanggil lagi oleh urusan kurikulum.  Intinya menyampaikan.  Bahwa kepala sekolah yang baru menginginkan semua guru mengajar dan berada di sekolah selama enam hari kerja.  Tentu saja Kinanthi keberatan.  Tapi beliau bersikeras.  Sampai mengancam.  Kalau tidak mau mengajar selama 6 hari, dipersilahkan mengurus mutasi ke sekolah lain.  Kinanthi setuju saja pindah ke sekolah lain.  Lalu dia menghadap Bapak Hanafi selaku kepala dinas pendidikan.  Intinya ingin mengajukan mutasi ke SMA atau SMk terdekat.  Dengan alasan, SMA dan SMK sudah menerapkan 5 hari kerja.  Namun beliau tak bisa mengabulkan.  Kinanthi tidak boleh pindah ke SMA atau SMK.  Karena itu kewenangan provinsi Jawa Timur.  Tapi kalau ke SMP mana saja, akan dibantu.  
"Tapi apa alasannya?" Tanya beliau.
Lalu Kinanthi menunjukkan WA dari Urusan kurikulum.
"Berarti kamu ingin pindah, bukan kemauanmu sendiri?" Tanya beliau lagi.
"Ya tidak masalah, Pak.  Saya bisa kok mengajar di mana saja," jawab Kinanthi.
"Jawab dari hatimu yang paling dalam.  Kamu masih kerasan mengajar di Baureno?" Tanya beliau menyelidik.  Kinanthi hanya mengangguk.  Wanita itu menahan nafas berat.  Jangan sampai ada air mata menetes dari matanya.
"Sebentar.  Kalau memang kanu masih kerasan, kenapa harus pindah?  Biarkan urusan kurikulum yang tidak bisa atur jadwal itu yang pindah.  Beres kan?" kata Pak Hanafi mengejutkan. 
"Jangan Pak.  Nanti saya yang tidak enak," sela Kinanthi.  Dia tidak mau ada perselisihan dengan teman-temannya.  
Tiba-tiba kepala dinas itu menelepon Pak Ramli.  Intinya, menawarkan, "kamu apa Bu Kinanthi yang pindah dari sekolah ini?"  
Pak Ramli bingung sekali, beliau tidak paham titik permasalahan.
"Biarkan kami selesaikan di sekolah dulu, Pak," kata beliau.
Lalu menulis WA kepada Kinanthi.
"Besuk pagi mengahadap ke ruangan saya," katanya.
"Siap Pak," jawab Kinanthi.
Lalu dia berpamitan dan mengucapkan terima kasih kepada Bapak Hanafi.
"Ya wis, hati-hati.  Kalau ada masalah apa-apa di sekolah, jangan sungkan-sungkan WA saja," katanya.
"InsyaAllah Pak," jawab Kinanthi sebelum meninggalkan ruangan kadis.
Semalam Kinanthi tidak bisa tidur.  Dia sudah bisa membayangkan.  Pasti akan kena semprot oleh Bapak Kepala Sekolah yang super super tegas itu.
Jam enam pagi, Kinanthi sudah berangkat ke sekolah.  Sampai di sana, langsung duduk manis di ruang Kepala Sekolah.  Setelah menunggu beberapa saat, beliau pun datang.  Wajahnya semerah darah.  Kinanthi tertunduk.
"Apa maksud ibu mengadukan saya di Pak Kadis?" Tanyanya tanpa basa-basi.
"Saya hanya ingin mutasi, Pak," jawabnya.
"Tapi alasannya apa?  Apa salah saya?" Tanya beliau masih dengan nada marah.
Lalu Kinanthi menunjukkan bukti WA dari Urusan kurikulum.  Pak Ramli sangat kaget.
"Siapa kepala sekolahnya?  Kenapa urusan kurikulum bisa bertindak sendiri semacam itu.  Ini sangat mencoreng muka saya.  Kenapa Bu Kinanthi tidak langsung bicara sama saya?" Tanya beliau dengan nada mulai turun.
"Saya tidak berani Pak.  Panjenengan kan orangnya keras.  Kata teman-teman, semua urusan harus dikomunikasikan dengan pembantu-pembantu Bapak.  Tidak boleh langsung," jawab Kinanthi mulai lancar.
"Siapa yang bilang begitu?  Kurang ajar sekali."
Perbincangan berlangsung sekitar tiga puluh menit.  Intinya, Pak Ramli melarang Kinanthi untuk mutasi.  Beliau berjanji akan memanggil urusan kuriuulum dan pembantu-pembantu lainnya.  Agar tidak menjadi raja-raja kecil di sekolah.
Pada saat rapat sekolah.  Pak Ramli menyampaikan secara terbuka.  Bahwa Kinanthi kosong jam di hari Sabtu.  Semua tidak boleh iri.  Alhamdulillah semua teman mengerti.
Satu tahun telah berlalu.  Kini ada perpindahan Kepala Sekolah lagi.  Pak Ramli digantikan oleh Bu Yani.
Awalnya Kinanthi dapat melihat bahwa Bu Yani orang yang baik.  Tapi sejak masuk di lingkungan kecil itu.  Lambat laun mulai terpengaruh.  
Pagi itu, tiba-tiba beliau memanggil Kinanthi.  Intinya, mulai semester depan Kianthi tidak bisa lagi kosong jam pada hari Sabtu.  Berarti dia tidak bisa lagi ikut kegiatan apapun di luar sekolah.  Karena Kinanthi tidak mau meninggalkan sekolah pada saat ada jam.  Walaupun itu untuk kepentingan workshop atau apapun.  Kecuali untuk keperluan keluarga yang sangat mendesak.
Beliau menyampaikan, bahwa Kinanthi harus meminta surat resmi dari Pak Kadis kalau mau minta kosong jam di Hari Sabtu.
Kebetulan saat ini kepala dinas pendidikan baru saja dilantik.  Namanya Pak Dandi.  Kinanthi segera mencari tahu nomer WA beliau untuk janjian bertemu.  Alhamdulillah, Gusti Allah memberi kemudahan.  Malam itu dia mengirim pesan, dan langsung dapat respon dari Pak Kadis.  Kinanthi sangat bahagia.  Meski sebelumnya tidak pernah mengenal, tapi beliau sangat baik.
Besuknya Kinanthi segera menemua Pak Dandi di kantor Dinas Pendidikan.  
"Saya Kinanthi, Pak.  Guru Bahasa Jawa dari SMPN 1 Baureno," katanya setelah memasuki ruangan.
"Oh iya, silahkan duduk," katanya dengan sangat ramah.  Sama sekali berbeda dengan cerita banyak orang.  
Tanpa ba bu bu lagi, Kinanthi langsung menceritakan maksud kedatangannya.  Alhamdulillah beliau mengerti.   Menurut beliau, seharusnya hal itu tidak perlu dipermasalahkan.   Kan tinggal mengatur jam saja.  Tapi sayangnya beliau tidak berkenan memberikan surat resmi.  Karena itu hanya masalah internal sekolah.  Pasti ada hubungan yang kurang baik antara Kinanthi dengan Ibu Yani.   Tetapi Kinanthi merasa, hubungannya dengan kepala sekolah itu baik-baik saja.  Pastinya ini hasutan dari urusan kurikulum dan raja-raja kecil lainnya. Kejadian tahun lalu terulang kembali.  Sayangnya kepala sekolah saat ini mudah sekali terhasut.   
"Begini saja, suruh kepala sekolahmu kesini.  Sekarang juga,".  Kata Pak Dandi membuyarkan lamunan Kinanthi.
"Saya telepon ya, Pak?" Tanya Kinanthi.
"WA saja," jawab beliau.  Kinanthi menurut saja.  Setelah mengirim Wa, Kinanthi mohon diri.
"Saya ingin menulis biografi.  Tolong dibantu ya," kata Pak Kadis di akhir perjumpaan.
"InsyaAllah Pak," jawab Kinanthi sambil menutup pintu ruang Kadis.
Ternyata posisi Bu Yani sudah berada di dinas.  Sehingga beliau langsung datang saat dipanggil Pak Kadis.  Entah apa yang mereka bicarakan.  Intinya, Bu Yani tetap bersikeras bahwa Kinanthi harus mengajar selama 6 hari kerja.  Tidak boleh kosong jam pada Hari Sabtu.   Kinanthi langsung tertunduk lesu. Berarti langkahnya sebagai Nara sumber workshop menulis buku harus terhenti sampai di sini.
Dia kini mulai berjuang.  Agar bisa segera mutasi ke SMA/SMK terdekat.  Sehingga cita-cita nya masih bisa terlaksana.  
Awalnya dia menaruh harapan besar pada Bu Aning dan Pak Rahman. Namun katanya jalur SMA/SMK berbeda dengan SMP/SD.  Kinanthi mulai hampir putus asa.   Lalu dia mengirim WA lagi kepada Pak Kadis.  Memohon agar bisa mutasi ke SMA/SMK.  Alhamdulillah beliau menyanggupi.  Tapi Kinanthi harus sabar menunggu.  Karena sebentar lagi akan ada pemetakan guru.
Bismilah, semoga nasib baik berpihak kepada Kinanthi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar