Minggu, 30 Oktober 2022

Samin Surosentiko

SAMIN SUROSENTIKO
Ia di lahirkan di Plosokediren, Randublatung, Blora pada tahun 1859. Raden Kohar adalah nama kecilnya. Dalam catatan buku teles, trah bangsawan mengalir dalam darahnya dari garis ayahnya, Raden Surowijoyo yang merupakan keturunan dari Pangeran Kusumaningayu, Adipati Sumoroto, daerah Ponorogo sekarang.

Ia dibesarkan dalam pengasuhannya ayahnya di Plosokediren. Realita masa penjajahan kolonial menyadarkan dirinya akan hak-hak bangsa pribumi yang tertindas. Terutama kebijakan Kompeni atas privatisasi hutan jati dan kewajiban membayar pajak bagi masyarakat miskin.

Raden Kohar tumbuh dengan jiwa dan semangat empatis atas masyarakat sekitar. Ia melakukan ekspansi gagasan dan pengetahuan sebagai bentuk pendekatan transintelektual kaum tertindas (petani rakyat jelata). Perlawanan tidak dilakukan secara fisik tetapi berwujud penentangan terhadap segala peraturan dan kewajiban yang harus dilakukan rakyat terhadap pemerintah Kolonial. Terbawa oleh sikapnya yang menentang tersebut, ia merekontruksi sebuah tatanan, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan baru yang berbeda dari kaidah-kaidah yang berlaku umum. Sebuah gerakan yang lebih bersifat sebagai pembangkangan dan perlawanan sipil terhadap pemerintah Kolonial.

Gerakan sosial Raden Kohar, yang selanjutnya bernama Samin Surosentiko ~ sebuah nama yang lebih bernafaskan jiwa rakyat kebanyakan ~, memiliki tiga unsur gerakan Saminisme. Pertama, gerakan yang mirip organisasi proletariat kuno yang menentang sistem feodalisme dan kolonial dengan kekuatan agraris terselubung. Kedua, gerakan yang bersifat utopis tanpa perlawanan fisik yang mencolok. Dan ketiga, gerakan yang berdiam diri dengan cara tidak membayar pajak, tidak menyumbangkan tenaganya untuk negeri, menjegal peraturan agraria dan pengejawantahan diri sendiri sebagai dewa suci. Menurut Sartono Kartodirjo, gerakan Samin adalah sebuah epos perjuangan rakyat yang berbentuk “kraman brandalan” sebagai suatu babak sejarah nasional, yaitu sebagai gerakan ratu adil yang menentang kekuasaan kulit putih.

Samin Surosentiko mengawali pergerakannya dari Klopoduwur, Banjarejo, Blora pada tahun 1890. Banyak yang tertarik atas gerakan tersebut dan dalam waktu singkat telah banyak orang menjadi pengikutnya. Saat itu pemerintah Kolonial Belanda menganggap sepi ajaran tersebut. Ajaran Samin Surosentiko hanya dianggap sebagai sebuah ajaran kebatinan atau agama baru yang berkembang di tengah rakyat jelata.

Pada 1903 residen Rembang melaporkan terdapat 722 orang pengikut Samin yang tersebar di 34 desa di Blora bagian selatan dan Bojonegoro. Pada 1907, pengikut SaminSurosentiko sudah berjumlah sekitar 5000 orang. Pemerintah mulai merasa was-was sehingga banyak pengikut Samin yang ditangkap dan dipenjarakan.

Pada 8 November 1907, Samin Surosentiko diangkat oleh pengikutnya sebagai Ratu Adil dengan gelar Prabu Panembahan Suryangalam. Kemudian 40 hari sesudah menjadi Ratu Adil itu, Samin Surosentiko ditangkap oleh asistenWedanaRandublatung, Raden Pranolo. Beserta delapan pengikutnya, Samin Surosentiko dibuang ke Padang, Sumatera Barat.

Penangkapan Samin Surosentiko tidak memadamkan gerakan Samin. Pada 1908, Wongsorejo, salah satu pengikut Samin, menyebarkan ajarannya di Madiun dan mengajak orang-orang desa untuk tidak membayar pajak kepada pemerintah. Oleh pemerintah Kolonial, Wongsorejo dengan sejumlah pengikutnya ditangkap dan dibuang keluar Jawa.

Pada 1911 Surohidin, menantu Samin Surosentiko dan Engkrak salah satu pengikutnya menyebarkan ajaran Samin Surosentiko di Grobogan. Puncak gerakan Samin Surosentiko terjadi pada 1914 ketika pemerintah Kolonial Belanda menaikkan pajak kepala. Para pengikut Samin menyambutnya dengan pembangkangan dan penolakan secara masif dan hal tersebut terjadi di semua wilayah penyebaran ajaran Samin Surosentiko. Para pengikut Samin Surosentiko di Purwodadi dan Balerejo, Madiun sudah tidak lagi menghormati pamong desa, polisi dan aparat pemerintahlainnya.

Dalam masa itu, di Kajen, Pati, Karsiyah, salah seorang pengikut ajaran Samin Surosentiko, tampil sebagai Pangeran Sendang Janur yang mengimbau kepada masyarakat untuk tidak membayar pajak. Di Desa Larangan, Pati, orang-orang Samin juga mengejek dan memandang para aparat desa dan polisi sebagai badut-badut belaka. Di Desa Tapelan, Ngraho, Bojonegoro, juga terjadi perlawanan terhadap pemerintah Kolonial dengan tidak mau membayar pajak. Karena itu, teror dan penangkapan makin gencar dilakukan pemerintah Kolonial terhadap para pengikut Samin Surosentiko. Hingga pada akhirnya pada tahun 1930, gerakan masif para pengikut Samin Surosentiko mulai melemah dan tenggelam.

***

Melalui kawasan hutan jati dengan meniti jalan yang terawat, sampailah di dusun Karangpace, desa Klopoduwur, Banjarejo, Blora. Sebuah pendopo joglo berdiri di tengah pemukiman masyarakat. Karangpace, sebuah wilayah yang masih mendokumentasikan secara sempurna ajaran Samin Surosentiko. Keseharian mereka secara teguh masih berpegang pada serat panduan perilaku yang terdiri dari Serat Punjer Kawitan, Serat Pikukuh Kasajaten, Serat Uri-uri Pambudi dan Serat Lampahing Urip.

Dengan mempedomani kitab-kitab itulah, masyarakat Samin hendak membangun sebuah negara batin yang jauh dari sikap drengki srei, tukar padu, dahpen kemeren. Sebaliknya, mereka hendak mewujudkan perintah lakonana sabar trokal, sabare dieling-eling, trokale dilakoni. Keyakinan ini menekankan perlunya dua nilai utama dalam kehidupan, yakni kejujuran dan kebenaran. Inti ajaran Samin yang mengatur tata laku keseharian diabstraksikan dalam konsep Pandom Urip (Petunjuk Hidup) yang mencakup Angger-angger Pratikel (hukum tindak tanduk), Angger-angger Pangucap (hukum berbicara) dan Angger-angger Lakonana (hukum perihal apa saja yang perlu dijalankan).

Angger-angger Pratikel berbunyi aja dengki srei, tukar padu, dahpen kemeren, aja kutil jumput lan mbedog colong. Maksudnya warga dilarang berhati jahat, berperang mulut, iri hati pada orang lain, dan dilarang mengambil milik orang.

Angger-angger Pangucap berbunyi Pangucap saka lima bundhelane ana pitu lan pangucap saka sanga bundhelane ana pitu. Sebuah hukum yang bermakna bahwa warga harus meletakkan pembicaraannya di antara angka lima, tujuh dan sembilan. Angka-angka tersebut hanyalah simbolik semata.Sementara yang menjadi nilai dari hukum ini adalah bahwa warga harus memelihara lisannya dari segala kata-kata yang tidak senonoh atau kata-kata yang menyakitkan orang lain yang mengakibatkan hidup manusia ini tidak sempurna.

Angger-angger Lakonana berbunyi Lakonana sabar trokal, sabare dieling-eling, trokale dilakoni. Sebuah hukum yang bermakna bahwa warga harus ingat pada kesabaran dan berbuat bagaikan orang mati dalam hidup.

Demikian juga di dusun Jepang, Desa Margomulyo, Bojonegoro, sekitar lima puluh kilo meter dengan menyeberangi bengawan Solo dari Klopoduwur, sebuah mozaik abadi akan kejujuran hati dan perilaku tetap terpelihara sampai kini. Dengan tubuh yang sudah sepuh, Mbah Harjo Kardi tetap nguri-nguri dan mewariskan ajaran-ajaran Samin Surosentiko kepada masyarakat sekitar.

Saminisme, kerap kali secara ironis distigmakan sebagai sikap terbelakang oleh banyak orang, namun di dalamnya terdapat sebuah mozaik abadi akan kejujuran hati dan perilaku yang atas hal ini belum tentu dimiliki oleh mereka yang kerap sinis terhadapnya. Saminisme, sebuah nasionalisme yang terpinggirkan.

Senin, 24 Oktober 2022

ISBN semakin Langka

Ketentuan baru pendaftaran ISBN bagi sebuah karya:

1. Pencantuman distributor oleh penerbit.
2. Pencantuman link publikasi oleh penerbit. Link ini adalah link produk di mana buku tersebut dipajang untuk umum di website atau marketplace penjualan resmi penerbit.
3. Surat keaslian karya oleh penulis yang ditandatangani di atas materai 10.000 oleh penulis. Form keaslian karya meliputi: (Nama Penulis, NIK, alamat, nomor telepon, judul buku). Sutar tersebut kemudian discan dan dilampirkan pada permohonan ISBN oleh penerbit. 

Ke depan, akan ada tambahan baru (sedang dipersiapkan) yaitu naskah final yang sudah dilayout akhir oleh penerbit. 

Perkembangan baru ini tentu saja membuat penerbit harus menyesuaikan layanan baik durasi waktu atau SOP dengan skema yang ada.

Untuk teman penerbit yang masih terkunci akunnya, semangat! Untuk yang masih bisa mendaftarkan, mari pelan-pelang kita ikuti ritme yang ada.

Senin, 10 Oktober 2022

Gegurita Lomba Bulan Bahasa

Geguritan Pilihan
GRIMIS ESUK
Dening: Emi Sudarwati
Esuk iki
Grimis kadya disuntak alon-alon
Angen-angen pating pencolot
Mbrubul saka jroning sacingkir kopi putih
Legi manis, mapag tekaning imajinasi
Mumpung esuk iki prei mulang
Apa kleru yen aku nyerat pangangen
Kang banjur daksampirake ing pang-pang teles
Supaya bisa nyebar tumekaning manca
Nemoni sedulur temu rina
Muncrat nglumpati kadang konang
Bukuku miber menyang Malaysia.
Baureno, 27 Juli 2017
Kapetik saka Buku Kanca Selawase
Antologi Geguritan Emi Sudarwati lan Siswa Kelas 7F SMPN 1 Baureno Taun Pelajaran 2017-2018










MONUMEN
Dening: Emi Sudarwati
Dhek wingi aku isih bisa nyawang
Ngadeg jejeg, gagah prakasa
Ing satengahe kutha
Nyapa aruh sapa wae sing liwat kana
Mesem edi, marak ati
Karya pujangga tan kena tinumbas arta
Nanging saiki
Kang mbaureksa meksa mbubrah
Monumen kuwi ndhepani bantala
Kalindhes adigunge kuwasa
Tanpa sisa
Ngilangake sejarah
Mung kanggo nyathet sejarah anyar
Saiki aku bisa nyawang monumen seje
Ngadeg jejeg, nantang kang padha mara mrene
Sapa sira, sapa ingsun
Aji mumpung
Dhuh Gusti....
Mugya tansah paring pituduh
Mring para pangemban pangembating praja
.
Baureno, 7Januari 2020
Kapetik saka Buku 20 November 2020 (20 Puisi Umi &20 Gurit Emi)



MITRA SAMIN
Dening: Emi Sudarwati
Mitraku sinebut Wong Samin
Minangka cecitraning kamardikan jati
Paring tanpa pamrih
Tan maelu timbal balik
Nadyan tansah dianggep cidra tur ala
Mitraku, ora dadi ngapa
Apa artine mahkota kanggomu?
Mitraku tak butuh kursi dampat kencana
Apa arti donya brana kanggomu?
Mitra Saminku tan butuh emas picis raja kaya
Jujur, jujur lan jujur
Kabeh kuwi kanggomu ngluwihi donya brana lan kalungguhan
Watak wantumu kadya mercusuar
Handadekake aku tansah mongkog
Lathimu kuwi minangka atimu
Tanpa ngilmu, ananging lurus laku
Nangkis prasangka
Ngugemi budaya adi luhung
Sanajan akeh kang ngendha kuna
Tebuh mring gebyaring bumi loka
Nanging mitraku
Kanggoku, sliramu mulya ing bebrayan agung
Ndonya tumekaning delahan.
Baureno, 3 September 2020
Kapetik saka Buku 20 November 2020 (20 Puisi Umi &20 Gurit Emi)

Senin, 19 September 2022

Kebodohan

satu-satunya hal yang sangat memberatkan adalah terpeliharanya kebodohan menutupi seluruh isi kepala.
Seorang pemimpin bodoh akan terombang-ambing oleh orang-orang di sekelilingnya. 


Sabtu, 17 September 2022

Kurikulum merdeka

Home / Pengembangan Diri / Pengembangan Profesi

Kamis, 18 Agustus 2022 - 00:01 WIB

Kurikulum Merdeka, Pengertian Dan Penjelasan

Kurikulum Merdeka – Pada dasarnya kurikulum merdeka adalah kurikulum yang berfokus dalam pengembangan minat dan juga bakat siswa sejak dini. Kurikulum tersebut lebih menitik beratkan pada mater esensial, kompetensi peserta didik dan juga pengembangan karakter.

Sebelum diluncurkan kurikulum tersebut telah diujikan kepada 2.500 sekolah penggerak. Selain diluncurkan kepada sekolah penggerak, kurikulum merdeka tersebut juga telah diluncurkan disekolah lainya.

Data dari Kemdikbud menunjukan bahwa ada sekitar 143.265 sekolah yang telah menerapkan kurikulum merdeka tersebut. Jumlah tersebut akan meningkat dengan pada tahun ajaran 2022/2023 ketika kurikulum merdeka akan diberlakukan.

Konsep utama dari kurikulum merdeka ini adalah memaksimalkan segala potensi siswa supaya dapat mendalami minat dan juga bakatnya. Pada kurikulum sebelumnya diwajibkan untuk mempelajari semua mata pelajaran yang telah ditentukan dan akan memilih jurusan IPA atau IPS.

Pada kurikulum merdeka belajar, hal tersebut bersifat berbeda. Para kurikulum merdeka belajar siswa mempelajari pelajaran sesuai dengan minat masing masing. Selain itu peserta juga tidak ada jurusan IPA atau IPS pada SMA. Konsep itulah yang disebut dengan merdeka belajar.

Merdeka Belajar juga mengutamakan pembelajaran yang berbeda dengan metode sebelumnya. Pada penerapan kurikulum merdeka belajar, strategi pembelajaran yang lebih utamakan adalah strategi pembelajaran berbasis proyek.

Maksud dari pembelajaran berbasis proyek adalah siswa menerapkan materi yang telah dipelajari dalam proyek dan juga dapat menerapkan dalam studi kasus. Dengan cara tersebut pemahaman konsep akan lebih bermakna sekaligus akan lebih bermakna.

Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila adalah nama dari proyek tersebut. Pada proyek tersebut akan dapat dilakukan secara lintas mapel. Selain itu siswa akan melakukan pengamatan dari masalah yang ada dan memberikan solusi dari terhadap masalah yang telah ditentukan tersebut.

Adanya metode pembelajaran tersebut, siswa tidak akan lagi terlalu berfokus terhadap soal soal pada ujian. Dengan metode tersebut pembelajaran akan lebih menekankan pemahaman siswa terhadap pemecahan masalah dan solusi yang diberikan.

Halaman Selanjutnya

Pelaksanaan Kurikulum

Share :

   

Baca Juga

Pengembangan Diri

Kondisi Pendidikan Indonesia, Dibalik Kebijakan Implementasi Kurikulum Merdeka
 

Kenaikan Pangkat

Jenis Karya Tulis Untuk Menunjang Profesionalisme Guru
 
prinsip pembelajaran kurikulum merdeka

Pengembangan Diri

Sistematika Pembuatan Modul Penguatan Profil Pelajar Pancasila
 

Karya Ilmiah

Peluang Pembelajaran berbasis website Di Masa Pandemi Dan New Era
 
pelatihan publik speaking

Pelatihan Guru

Anda Punya Masalah Presentasi untuk Kenaikan Pangkat? Ini Solusinya
 
mengelola nilai siswa dengan excel

Pengembangan Diri

Mengelola Nilai Siswa Akan Jadi Lebih Mudah Menggunakan Excel
 
prinsip penilaian kurikulum 2013

Pengembangan Diri

Prinsip Penilaian yang Wajib Dipahami Guru Berdasarkan Kurikulum 2013
 

Pengembangan Diri

Karakteristik Game Based Learning dalam Pembelajaran

Rabu, 07 September 2022

Kalawarti Kinansih

Rapat perdana Redaksi Majalah Sastra Jawa KINASIH. Dari kiri ke kanan: Yanti S Sastro Prayitno, Sucipto Hadi Purnomo, Nur Wahyudi, Prof. Suwardi Endraswara, Tito Setyo Budi, Ucik Fuadhiyah. Di RM Cianjur, Solo, Selasa, 6 September 2022. Kami mencoba melahirkan HORISON dalam versi Sastra Jawa.Terbit tiga bulan sekali (triwulan). Bagi yang berminat mengirim naskah GEGURITAN, ESAI, CERKAK, bisa dikirim ke: kinasihred@gmail.com. Kontak person untuk berbagai pertanyaan langsung ke Sekred, WA: 085729464284.

Sabtu, 03 September 2022

Ice Breaking Iki Tangan

Iki tangan tengen, diobah-obahna
Iki tangan Kiwa, diobah-obahna
Tangane mengarep, diobah-obahna
Tangane mendhuwur, diobah-obahna
Siji loro telu
Jempol diobahna

Jumat, 24 Juni 2022

Mutiara Kebersamaan

Mutiara Kebersamaan untuk Sahabat

Karya: Ali Uthi Ullah

Sahabat, kehidupan ini tak lain adalah hamparan samudera luas

Kita renangi dan kita selami kedalamannya

Untuk mencari tiram di dasarnya, dan kita petik mutiaranya

Bahwa selalu ada yang bermakna pada setiap kehadiran dan pertemuan

 

Dengan bahtera tulus kebersamaan kita berlayar

Untuk saling menjaga dan saling percaya

Dan saat ini.. Saat dimana kita harus lalui waktu

Waktu dimana kita harus mulai maju

Maju untuk sesuatu harapan baru

 

Mungkin saat ini kita akan berpisah

Namun semua itu hanyalah sementara

Karena engkau pasti kembali, dan harus kembali

Bukan untuk sekedar mengenang dan melihat

Puing-puing masa lalu bersama kami

Namun karena kita ditakdirkan bersama

Dimana ada engkau dan kita bersama

---

Celotehan Pena

http://c3i.sabda.org

Dalam puing-puing dedaunan.

Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.

Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan, dalam butiran do’a.

Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencarinya-sebuah perjumpaan.

Denyut nadi tak bisa berhenti.

Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.

Dari sebuah titik menjelmalah menjadi garis yang berlalu-lalang.

Itulah seumpamanya.

 

Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,

Yap…lebih tepatnya sebuah keakraban.

Lajur kehidupan memang di takdirkan untuk berputar, begitu pula alur cerita ini-perjumpaan.

Sekian Lama tinggal di bukit suka.

 

Kini aku terjatuh, jatuh ke dalam lembah duka yang penuh kesakitan.

Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu-duka dan sakit.

Tertatih, tapi bukan seras pedih

Selayaknya mentari yang selalu menyinari, aku masih terus berfikir.

Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?

Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.

 

Malam berlalu…

Angin pun ikut terbawa oleh suasana hatiku , angin bagaikan bahagiaku.

Tatkala suara petir membentak jantungku menghentikan serasa denyut nadi ini,petir bagaikan dukaku.

Hingga petir menurunkan titahnya pada hujan yang turun, hujan bagaikan tangisanku.

Bagian dari suasana hatiku.

 

Hujan berhenti…Tahukah kau bintang…?

Tersadar akan ini, tak perlu terluka dalam nestapa, bahagiaku dengan manja.

Aku merasa cukup dengan semua itu-perjumpaan dan keakraban.

Walau manakala kata “perpisahan" menggelegar di telingaku, aku mencoba tuk tetap tersenyum walau dalam paksaan.

 

Namun…Kini ku menyadari…

Di dunia ini…

Sebuah perjumpaan sangatlah mustahil tuk tetap abadi,

Begitu pula sebaliknya…

Sebuah perpisahan juga sangat mustahil tuk tetap abadi.

Awal adalah akhir Dan akhir adalah awal.

Semua yang berawal adalah akhir Dan semua yang berakhir adalah awal

---Anonim

Salam Perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

 

Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa rinduku yang tidak kau harapkan

---Anonim

Jangan Pernah Lupakan Aku

kelascinta.com

Kubuka mataku dari hitamnya tidur
Kulihat cahaya itu menguak dara mataku
Memaksaku menatap warna
Bisa kulihat dengan warna biru di buta mata.

Teringat akanku tentangmu sahabat
Apa kabar di kau?
Lama sudah kita tiada berukhuwah
Putus bagai cincang.

Kuharap di sana engkau tiada melupakan aku

---Rayhandi

Ini Sakit

titikdua.net

Tangis, tawa, sepi, ramai, kita jalani

Seperti tali yang menyimpul

Menghiburku di kala sunyi hinggap

Menghiburmu di kala gusar menyelimuti

 

Kini beda,

Ketika perpisahan terjadi

Ruang dan waktu kita berbeda

Aku tenggelam dalam sepi

 

Hingga,

Kau hanya tinggalkan bayangmu

Tanpa tuan

Kaupun tak memahaminya

Aku adalah orang lain bagimu

---Anonim

Teman Bagai Bintang

Sahabat kau bagai bintang di hitam langit
Kau selalu ada meski aku tiada melihatmu
Kau ada tepatnya di daging ini
Daging merah bernama hati.

Kau jauh di sana
Terhalang jarak dan jutaan jengkal jarak
Tiada bisa kulihat selain rindu yang tebal
Kau jauh bagai bintang.

Cahayamu bisa kulihat
Bukan dengan mata 
Tapi dengan rindu yang sekarat
Kutatap ia dengan gelap hitam.

Kau tiada bisa kugapai
Karena takdir membekukan nyata
Kenyataan bahwa kita tiada akan bersama
Hanya bisa menatapmu jauh.

Sahabat tiada peduli seberapa jauh kita
Aku disini engkau disana
Saling memanggil dengan rindu
Mendoa dalam diam.
---Rayhandi

Apa Kau Lupa?

Nationalpainreport.com

Masih ingatkah kau?

Wahai sahabat,

Ketika menari di bawah hujan sepulang sekolah,

Ketika kita berjatuhan di jalanan becek,

Ketika kita tertawa bersama karena wajah kotor kita

 

Masih ingatkah kau?

Ketika pertama kali kita saling kenal

Di kelas kita saling malu tuk bersapa

Di kelas kita saling tanya tentangku dan kau

Di kelas kita saling menjawab tentangku dan kau

 

Masih ingatkah kau?

Ketika kita berbagi jawaban saat ujian

Ketika kau mengajariku perkalian juga pembagian

Ketika aku sering emntraktirmu

 

Untukmu sahabat,

Kini kau sangat jauh

Hanya doa yang kurapal

Hingga melebur menjadi angin

Meskipun kau selalu menjadi rindu

 

Tanahku dan tanahmu kini berbeda

Bahkan rapalan rindu tak membendung

Hanya harap yang berakhir sia-sia

 

Aku ingin memohon kepada Tuhan

Aku ingin menyampaikan rindu ini kepadamu

Untuk sahabatku yang baik hatinya,

Untuk sahabatku yang kusayangi,

Untuk sahabatku,

 

Aku selalu berharap di sini

Agar kau tak lupa ada aku di sini

Yang selalu berharap balasan rindu darimu

Yang kunanti hanya dirimu seorang

 

Walau jauh seberang sana

Tanpa wajah yang saling pandang

Kau tetap terasa sakit

Karena kau sealu kupeluk dalam malam

 

Kenangan denganmu masih ada di benakku

Bahkan terasa jelas sekali

Karena kau lupa untuk menghapusnya

Ketika kau pergi meninggalkanku

 

Tanpa rasa cemas

Aku bersumpah rindu di tanah ini

Tanah kelahiranmu

Kutunggu kepulanganmu

Kutunggu sambungan kisahku dan kau

 

Hati ini sakit sekali,

Ketika kisahku dan kau terbesit

Dada ini sesak,

Terasa mencekam,

Aku sakit!

 

Memang,

Mungkin tak selamanya kau pergi

Atau kau tak kembali sama sekali

Hingga ragaku menjadi busuk bersama tanah

 

Selamat tinggal,

Terimakasih untuk kisahnya

Terimakasih untuk kehangatanmu

Aku selalu menyimpan itu

---Anonim

Kenangan Bersamamu

liputan6.com

Ingatkah di kau?
Wahai kawan saat kita menari di bawah hujan saat pulang sekolah?
Saat kau mendorongku hingga jatuh ke lubang becek?
Saat ku tertawa terbahak bahak melihat kau dimarahi ibumu.


Ingatkah di kau?
Saat pertama kali kita bertemu?
Di kelas itu kau menyapaku dengan malu
Di kelas itu kau menanyakan namaku
Di kelas itu kau berkata ''anak pindahan mana''


Ingatkah di kau?
Saat ku contek perkalianmu saat hari kamis itu
Saat kau ajarkanku perkalian karena otakku sungguh dodol
Saat kau meminjam kamusku.


Untukmu sahabatku
Kau teramat jauh di sana
Habis doa kukunyah
Habis mata kupandang
Namun kau masih jadi bayang rindu.


Tanah ku berpijak dan tanah kau berpijak terlalu jauh
Bahkan rindu yang kupunya tiada bisa menawar rasa kangenku
Hanya bisa kuharap dalam sia.


Tuhan dengarkanlah ini
Sampaikanlah sepotong rindu ini untuk seseorang
Dia jauh dia baik dia menyayangiku
Dia sahabatku.


Di sini aku hanya berharap
Berharap agar dikau tiada lupa cara pulang
Berharap kau balas rinduku
Hanya kehadiranmu yang kunanti.

Meski kau jauh di ambang laut
Muka tiada bisa bertatap
Kau tetap dekat
Karena setiap hitam menjelang kupeluk engkau dengan mimpi .


Kenangan tentangmu masih tertancap di kalbuku
Masih jelas kurasa
Karena kau pergi tanpa menghapusnya.


Tiada usah khawatir di kau
Ku disini bersumpah memaku rindu ini di tanah pertama kau lahir
Ku tunggu kau pulang menyambung kenangan yang ada.


Hatiku sakit saat teringat akan engkau
Saat kuingat kenangan kenangan kita aku sesak
Hati ini lebur tercekam tanpa relung udara
Aku sakit di sini.


Memang tiada selamanya yang pergi akan pulang kembali
Contohnya dirimu yang tiada akan kembali meski seratus tahun jasad ini memaku.


Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk potongan cerita
Terima kasih untuk hangat yang kau suguh
Aku akan menyimpan kenanganmu di lubang hati.

---Rayhandi

Rindu Ini

riliv.co

Rindu ini sangat terasa

Rindu ini bagai telaga

Tak tahan aku dengan rindu ini

Hatiku sudah pecah menahannya

 

Rindu ini sangat terasa

Sahabat,

Apakah kau juga demikian?

Sepertiku?

 

Rindu ini sangat terasa

Ketika bersamamu,

Rindu ini terbayar oleh nelangsa

 

Rindu ini sangat terasa

Potretmu adalah pelampiasan rindu

Potret buram yang selalu kusimpan

 

Rindu ini sangat terasa

Kuharap Tuhan menjagamu

Karena aku disini,

Selalu merapal doa rindu untukmu

Dengan nadi dan jantung

---Anonim

Perjalanan


Sahabat..
Kita pernah menapaki jalan terjal
Bahkan jika harus tersandung dan jatuh
Kita pernah menyingkirkan duri-duri yang merintangi
Semua itu telah kita lalui bersama

Jalan hidup kita mungkin berbeda
Namun engkau tetaplah sahabat terbaik ku
Dan sekarang perpisahan jua lah yang akan memisahkan

Hanya do’a dan peluk hangatku untukmu
Yang bisa aku berikan mungkin untuk yang terakhir
Tapi.. Percayalah..
Semoga Allah mempertemukan kita
Untuk esok yang lebih bahagia

Aku akan terus merindukanmu
Masihkah kau ingat saat kita menanam pohon bersama
Di pelataran rumahku..
Saat-saat itulah aku benar-benar menemukanmu
Bahwa kaulah separuh dari masa kecilku

Hanya lewat puisi ini aku bisa ucapkan terima kasih
Terima kasih untuk semua kebaikan dan ketulusanmu
Aku akan selalu mengingatnya meski waktu akan berbeda
Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya

---Anonim

 


Rabu, 22 Juni 2022

TK kok Wisuda

~ 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐫𝐚𝐩𝐚 𝐏𝐚𝐧𝐭𝐚𝐬..?? 𝐖𝐢𝐬𝐮𝐝𝐚 𝐓𝐊 & 𝐒𝐃 
🙂 𝙱𝚎𝚋𝚎𝚛𝚊𝚙𝚊 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚋𝚎𝚕𝚊𝚔𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗, 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚍𝚒 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚙𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊-𝚜𝚒𝚜𝚠𝚒 𝚃𝙺, 𝚂𝙳, 𝚂𝙼𝙿, 𝚍𝚊𝚗 𝚂𝙼𝚄. 

𝙽𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚍𝚒 𝚊𝚔𝚑𝚒𝚛 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛𝚊𝚗 𝚒𝚗𝚒, 𝚑𝚎𝚛𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚋𝚎𝚛𝚞𝚋𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚛𝚒𝚜𝚒𝚑-𝚛𝚎𝚜𝚊𝚑, 𝚜𝚊𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚖𝚒𝚗𝚝𝚊 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚕𝚎𝚗𝚐𝚔𝚊𝚙 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚓𝚞𝚋𝚊𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊 𝚍𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚂𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝙳𝚊𝚜𝚊𝚛. 

𝙼𝚞𝚗𝚐𝚔𝚒𝚗 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚒𝚊𝚗 𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚏𝚎𝚗𝚘𝚖𝚎𝚗𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚑𝚊𝚕 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚒𝚊𝚜𝚊, 𝚠𝚊𝚓𝚊𝚛, 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚍𝚊𝚕𝚒𝚑 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚋𝚊𝚜𝚊𝚗, 𝚜𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐-𝚜𝚎𝚗𝚊𝚗𝚐, 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚔𝚎𝚙𝚎𝚗𝚝𝚒𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚏𝚘𝚝𝚘-𝚏𝚘𝚝𝚘 𝚜𝚎𝚖𝚊𝚝𝚊. 

𝚃𝚊𝚙𝚒 𝚋𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚊𝚢𝚊, 𝚒𝚗𝚒 𝚊𝚗𝚎𝚑. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚊𝚛𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚖𝚙𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚎𝚛𝚎𝚝𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝙸𝚗𝚍𝚘𝚗𝚎𝚜𝚒𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚒 𝚒𝚗𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚙𝚛𝚒𝚑𝚊𝚝𝚒𝚗𝚔𝚊𝚗, 𝚖𝚎𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚋𝚎𝚛𝚖𝚊𝚔𝚎 𝚞𝚙 𝚝𝚎𝚋𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚒𝚐𝚑-𝚑𝚎𝚕𝚕. 𝙸𝚗𝚒 𝚜𝚊𝚢𝚊 𝚕𝚒𝚑𝚊𝚝 𝚍𝚒 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚙𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚍𝚛𝚞𝚖𝚋 𝚋𝚊𝚗𝚍, 𝚐𝚎𝚛𝚊𝚔 𝚓𝚊𝚕𝚊𝚗, 𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊-𝚕𝚘𝚖𝚋𝚊 𝚍𝚕𝚕, 𝚖𝚎𝚕𝚞𝚛𝚞𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚔𝚎𝚙𝚘𝚕𝚘𝚜𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚖𝚞𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊, 𝚋𝚊𝚗𝚢𝚊𝚔 𝚕𝚎𝚖𝚋𝚊𝚐𝚊 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚔𝚘𝚛 𝚝𝚞𝚛𝚞𝚝 𝚕𝚊𝚝𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚍𝚊𝚔𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚔𝚎𝚌𝚒𝚕 𝚒𝚝𝚞, 𝚝𝚎𝚗𝚝𝚞 𝚜𝚊𝚓𝚊 𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚝𝚊𝚞 𝚊𝚙𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊. 𝚃𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚊𝚍𝚒𝚕 𝚛𝚊𝚜𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚝𝚎𝚛𝚜𝚎𝚋𝚞𝚝 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚍𝚒𝚓𝚎𝚕𝚊𝚜𝚔𝚊𝚗 𝚊𝚙𝚊 𝚏𝚞𝚗𝚐𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚕𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚑𝚊𝚛𝚞𝚜 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 

𝙰𝚗𝚎𝚑, 𝚊𝚗𝚎𝚑, 𝚊𝚗𝚎𝚑. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞𝚑𝚗𝚢𝚊 𝚠𝚊𝚛𝚗𝚊 𝚑𝚒𝚝𝚊𝚖 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚒𝚝𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕𝚔𝚊𝚗 𝚖𝚒𝚜𝚝𝚎𝚛𝚒 𝚔𝚎𝚐𝚎𝚕𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚍𝚒𝚔𝚊𝚕𝚊𝚑𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊𝚠𝚊𝚗/𝚝𝚒 𝚜𝚎𝚠𝚊𝚔𝚝𝚞 𝚍𝚒𝚙𝚎𝚛𝚔𝚞𝚕𝚒𝚊𝚑𝚊𝚗. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚝𝚘𝚙𝚒 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚎𝚐𝚒𝚗𝚢𝚊, 𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝-𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚕𝚊𝚖𝚋𝚊𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚍𝚒𝚝𝚞𝚗𝚝𝚞𝚝 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛 𝚛𝚊𝚜𝚒𝚘𝚗𝚊𝚕 𝚍𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚐𝚊𝚕𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚝𝚞 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚞𝚝 𝚙𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐. 𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚒 𝚜𝚞𝚍𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚗𝚢𝚊𝚗𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚝𝚊𝚝𝚞𝚜 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚙𝚒 𝚙𝚘𝚕𝚊 𝚙𝚒𝚔𝚒𝚛𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚜𝚎𝚖𝚙𝚒𝚝. 

𝙺𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚒𝚗𝚍𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚔𝚞𝚗𝚌𝚒𝚛 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚔𝚒𝚛𝚒 𝚔𝚎 𝚔𝚊𝚗𝚊𝚗 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕 𝚍𝚊𝚛𝚒 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚕𝚎𝚜𝚊𝚒𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚝𝚎𝚛𝚒, 𝚝𝚎𝚘𝚛𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚊𝚛𝚊𝚑𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚋𝚎𝚛𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚍𝚘𝚜𝚎𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚜𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚞𝚔 𝚔𝚎 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚋𝚊𝚛𝚞, 𝚢𝚊𝚒𝚝𝚞 𝚍𝚞𝚗𝚒𝚊 𝚊𝚙𝚕𝚒𝚔𝚊𝚜𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚐𝚊𝚖𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚒𝚕𝚖𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚒𝚍𝚊𝚙𝚊𝚝. 
𝙱𝚎𝚕𝚞𝚖 𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚝𝚊𝚕𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚜𝚜𝚎𝚕 𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚝𝚘𝚙𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚊𝚙 𝚐𝚞𝚛𝚞 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚙𝚊𝚜𝚝𝚒 𝚝𝚊𝚑𝚞. 

𝚂𝚎𝚖𝚞𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚍𝚎𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚔𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚍𝚊𝚜𝚊𝚛 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚎𝚗𝚐𝚊𝚑, 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝙿𝚊𝚞𝚍 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚃𝙺. 

𝙹𝚒𝚔𝚊 𝚍𝚞𝚕𝚞 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚖𝚎𝚖𝚒𝚕𝚒𝚔𝚒 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚊𝚐𝚞𝚗𝚐 𝚍𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚜𝚊𝚛 𝚔𝚊𝚛𝚎𝚗𝚊 𝚖𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚙𝚎𝚗𝚌𝚊𝚙𝚊𝚒𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚕𝚎𝚠𝚊𝚝𝚒 𝚋𝚎𝚛𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗, 𝚜𝚎𝚛𝚝𝚊 𝚔𝚎𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚛𝚊𝚒𝚑 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚒𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚝𝚒𝚗𝚐𝚐𝚒 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚍𝚒𝚌𝚒𝚝𝚊-𝚌𝚒𝚝𝚊𝚔𝚊𝚗, 
𝙼𝚊𝚔𝚊 𝚜𝚎𝚔𝚊𝚛𝚊𝚗𝚐, 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚝𝚎𝚛𝚐𝚎𝚛𝚞𝚜 𝚜𝚎𝚒𝚛𝚒𝚗𝚐 𝚋𝚎𝚛𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚛𝚊𝚔 𝚍𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚛𝚒𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚊𝚕𝚊𝚖𝚒 𝚒𝚝𝚞. 𝙽𝚒𝚕𝚊𝚒 𝚍𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚊𝚗 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚒𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚛𝚞𝚗.
𝙳𝚞𝚕𝚞, 𝚠𝚒𝚜𝚞𝚍𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚊𝚛𝚝𝚒 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊. 𝚂𝚊𝚊𝚝 𝚒𝚗𝚒, 𝚎𝚗𝚝𝚊𝚑. 

𝙹𝚒𝚔𝚊𝚕𝚊𝚞 𝚋𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚖𝚎𝚖𝚋𝚎𝚛𝚒 𝚜𝚊𝚛𝚊𝚗, 𝚊𝚍𝚊 𝚋𝚊𝚒𝚔𝚗𝚢𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚔𝚜𝚊𝚗𝚊𝚊𝚗 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚎𝚛𝚞𝚙𝚊 𝚒𝚗𝚒 𝚍𝚒𝚔𝚊𝚓𝚒 𝚞𝚕𝚊𝚗𝚐 𝚔𝚎𝚖𝚊𝚗𝚏𝚊𝚊𝚝𝚊𝚗𝚗𝚢𝚊. 𝚃𝚒𝚍𝚊𝚔𝚔𝚊𝚑 𝚕𝚎𝚋𝚒𝚑 𝚑𝚎𝚋𝚊𝚝 𝚓𝚒𝚔𝚊 𝚔𝚒𝚝𝚊 𝚕𝚒𝚋𝚊𝚝𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊-𝚜𝚒𝚜𝚠𝚒 𝚍𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚑𝚊𝚕 𝚙𝚎𝚛𝚜𝚒𝚊𝚙𝚊𝚗 𝚊𝚌𝚊𝚛𝚊, 𝚙𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚗𝚒, 𝚙𝚎𝚗𝚍𝚎𝚔𝚘𝚛𝚊𝚗 𝚙𝚊𝚗𝚐𝚐𝚞𝚗𝚐, 𝚙𝚎𝚖𝚋𝚞𝚊𝚝𝚊𝚗 𝚙𝚑𝚘𝚝𝚘𝚋𝚘𝚘𝚝𝚑 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚝𝚎𝚖𝚊 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗, 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚜𝚎𝚜𝚞𝚊𝚒 𝚞𝚜𝚒𝚊 𝚍𝚊𝚗 𝚓𝚎𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐𝚗𝚢𝚊? 
𝙿𝚎𝚕𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚍𝚒𝚜𝚎𝚕𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚛𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚎𝚌𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚊𝚔𝚛𝚊𝚕 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚙𝚎𝚛𝚕𝚞 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚋𝚎𝚛𝚐𝚊𝚢𝚊 𝚜𝚎𝚘𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚊𝚑𝚊𝚜𝚒𝚜𝚠𝚊 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚞𝚜𝚊𝚒 𝚜𝚔𝚛𝚒𝚙𝚜𝚒, 𝚊𝚝𝚊𝚞 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚍𝚊𝚛 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚒𝚔𝚞𝚝𝚒 𝚝𝚛𝚎𝚗𝚍 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚜𝚎𝚍𝚊𝚗𝚐 𝚟𝚒𝚛𝚊𝚕. 
𝙹𝚊𝚕𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚖𝚊𝚜𝚒𝚑 𝚙𝚊𝚗𝚓𝚊𝚗𝚐. 𝙱𝚞𝚝𝚞𝚑 𝚜𝚎𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔𝚗𝚢𝚊 10 𝚝𝚊𝚑𝚞𝚗 𝚔𝚎 𝚍𝚎𝚙𝚊𝚗 𝚞𝚗𝚝𝚞𝚔 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚎𝚗𝚊𝚙𝚒 𝚐𝚎𝚕𝚊𝚛 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊 𝚔𝚎𝚋𝚊𝚗𝚐𝚐𝚊𝚊𝚗 𝚔𝚎𝚕𝚊𝚔 𝚜𝚎𝚝𝚎𝚕𝚊𝚑 𝚖𝚎𝚛𝚎𝚔𝚊 𝚋𝚎𝚛𝚑𝚊𝚜𝚒𝚕 𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜 𝚜𝚎𝚋𝚊𝚐𝚊𝚒 𝚜𝚎𝚘𝚛𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚊𝚑𝚊 𝚙𝚎𝚕𝚊𝚓𝚊𝚛. 

𝚃𝚎𝚛𝚊𝚖𝚊𝚝 𝚋𝚎𝚜𝚊𝚛 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚜𝚝𝚒 𝚍𝚒𝚙𝚒𝚔𝚞𝚕 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚙𝚎𝚖𝚊𝚔𝚊𝚒 𝚝𝚘𝚐𝚊. 𝙹𝚊𝚗𝚐𝚊𝚗 𝚖𝚎𝚖𝚊𝚔𝚜𝚊𝚔𝚊𝚗 𝚋𝚎𝚋𝚊𝚗 𝚒𝚝𝚞 𝚔𝚎𝚙𝚊𝚍𝚊 𝚊𝚗𝚊𝚔-𝚊𝚗𝚊𝚔 𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚂𝙼𝚄, 𝚂𝙼𝙿, 𝚂𝙳, 𝚍𝚊𝚗 𝚃𝙺. 𝚂𝚎𝚖𝚘𝚐𝚊 𝚖𝚊𝚔𝚗𝚊 𝚝𝚘𝚐𝚊 𝚝𝚒𝚍𝚊𝚔 𝚑𝚊𝚗𝚢𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚓𝚊𝚍𝚒 𝚜𝚎𝚋𝚞𝚊𝚑 𝚏𝚒𝚕𝚘𝚜𝚘𝚏𝚒, 𝚊𝚙𝚊𝚕𝚊𝚐𝚒 𝚜𝚎𝚔𝚎𝚍𝚊𝚛 𝚍𝚒𝚓𝚊𝚍𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚜𝚒𝚖𝚋𝚘𝚕 𝚔𝚎𝚕𝚞𝚕𝚞𝚜𝚊𝚗 𝚝𝚊𝚗𝚙𝚊 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚎𝚛𝚝𝚒 𝚊𝚛𝚝𝚒, 𝚗𝚊𝚖𝚞𝚗 𝚖𝚊𝚖𝚙𝚞 𝚍𝚒𝚒𝚖𝚙𝚕𝚎𝚖𝚎𝚗𝚝𝚊𝚜𝚒𝚔𝚊𝚗 𝚘𝚕𝚎𝚑 𝚙𝚊𝚛𝚊 𝚜𝚊𝚛𝚓𝚊𝚗𝚊. 𝙰𝚊𝚖𝚒𝚒𝚗... ( Copas All Media)

Salam
#waras
#ASNPPPKGURU🇲🇨🇲🇨💪💪

Jumat, 20 Mei 2022

Naskah Puisi dan Geguritan Lomba TBM Kinanthi

Naskah Puisi:

Pilihan 1:

SAJADAH
kepada ibuku
Karya: R. Giryadi

Ibu...
Petualangan ini sudah begitu jauh, asam garam tak lenak kucecap.
Meski lidah melepuh-lepuh.
Dalam laut ini aku seperti ikan, bertahan dalam keruh.

Gelombang tak surut, hantam para pelabuh, yang melempar sauh pada subuh ini.
Dan dermaga ini tetaplah angkuh dan kukuh.
Hanya doamu obat paling ampuh.

Ibu...
Sungguh ini perjalanan yang teramat jauh.
Sementara aku teringat Si Malin, yang membatu bersujud pada sabdamu.
Sabda yang pernah kau ucapkan padaku, tentang anak durhaka.

Tetapi...
Ini aku anakmu ibu, bukan Si Malin.
Aku bukan batu yang bersujud karna sabdamu.
Aku bersujud pada sajadah ini sebelum subuh.
Sebelum air matamu menetes dan cakrawala merona merah.

Ibu...
Pada sajadah ini doamu jadi prasasti.
Dan aku pasti kembali.

Pilihan ke 2:

Pilihan ke 3:
*Sajadah Airmata*_
Karya: Emi Sudarwati_

Pada sepertiga malam
_*Bulan pucat*_ jadi _*bayangan jiwa* ku keruh

Di *sajadah doa*
aku *mengadu duka*    
Melepas _*selimut hasrat*_ tinggalkan _*pelukan mimpi*_                  Petaka corona mengubah mimpi air jadi api
Kami gerah dalam panasnya

Tuhan
Di sepertiga malam
Di sajadah airmata aku merayuMu jauhkan kami dari selimut duka

Gantilah  hari  nestapa
Jadi hari penuh bunga

Tuhan hanya kepadaMu kubersujud
Di atas _*sajadah cinta* 
Berjatuhan Selaksa _*airmata doa*_
 
Bojonegoro, 18 Maret 2021

Naskah Geguritan:

Pilihan 1:

Udan

Dening: R. Giryadi

udan riwis-riwis iku nggawa ati atis
aku ing kene ijen nyawang mega klawu
ora ana kluwung agegambar ing ati
ati kang wus sakala suwe garing aking
ora nate ketaman banyu kang ngucur saka padusan. 

padusan kang tumetes
saka luhku dhewe.

udan riwis-riwis iki nggawa kumandange ati 

kang ra wis-wis pingin asesujud marang kang maha sujud.
ning krentege ati kaya klawune mega
ora isa tinebak. ora isa dadi putih memplak
memplake langit kang ambane sak olap-olap.

udan riwis-riwis iki ora wis-wis
agawe ati atis. ati kang nora tumitis
ngerti pambisike hawa adem
kang mok sebulake saka
dunga rina-wengi, gur kanggo awaku
kang ndhepipis ing pinggire grimis.

Surabaya, pinggire grimis ing wanci awan, 2014


Pilihan 2:


MLESAT BARENG  UKARA
Dening: Widodo Basuki

ukara iki lumesat
      menyang langit!
              nepusi laladan-laladan sing tan kinira
tan kajangka sadurunge
jalaran ukara ngungkuli nalar

ora tak bayangake dinane
             kaya dina iki!
             seje karo dina-dina
liyane, beda karo wengi-wengi
liyane, wektu-wektu uga
             ora padha!

wis dak rajut
gelang karet kang njepretake
panah sasada lanang
dak tembus impene bocah cilik
kang mbuntoni dalan

lan aku weruh srengenge !
kaya ing wengi jaman cilikan kae
wujude mung pindha samrica kabubut
ning  wus mancorong anelahi
kuwawa madhangi jembare jagad

2012

Pilihan 3:
JAMAN INTERNET
Dening: Lestari Sahsya Maliaka

Internet wis mblusuk tekan endi papan
Pucuk gunung engga satengahing samodra
Wis ora ana wadi sing sumimpen jroning panguripan 
Kabeh diewer-ewer trawaca
Tanpa ana wates apa-apa
Sajak ora ana paugeran kang dadi gondhelane pasrawungan
Kumlewa ngudang  gambar-gambar dimensi
Kang sesriwetan ing kothak monitor 
Jare nut kemajuan jaman modern kang kudu ditasbihake
Minangka peradaban kang dadi punjering kamardikan

Ora usah anut grubyuk sing durung mesthi ana piguna ing sapadinan
Sing wigati kudu tansah bisa milah lan milih
Aja nganti ilang jati dhiri
Kleleb ing jaman sarwa instan
Njur Lirwa ing jejege iman.

Pilihan 4:
KONANG-KONANG ING RATRI
Dening: Lestari Sahsya Maliaka

Apa ta sing sejatine njalari atimu tatu cah ayu?
polatan wis ilang tanpa esem
peteng njenggureng 
nggejejer tumenggeng
tan sabawa 
Apa sing koksawang?

yen ta langit kae 
wis kelangan kelip lintang
Aja wedi cah ayu
kowe isih bisa prasapa mring edining ratri
nalika Konang-konang kekiter ing wengi 
mbokmenawa dheweke lagi nyangking warta 
saka tebih paran 
kang mencok ing kembang melathi

Ah..... mung ana sepi
Iining luh
tansaya deres
Gawe pinggeting nala
Engga parak esuk
ora ana sisik melik
Sing bisa mbokranggeh
ing antarane ibere konang-konang
Ati nglangut tanpa tepi
Kelara-lara... 
Kasiya-siya..






Jumat, 06 Mei 2022

Bersukur

Sebuah Kisah dii awal Syawal  Untuk Kita Renungkan..
Sore menjelang 1 Syawal yang lalu, kami menerima kunjungan sebuah keluarga kecil yang datang untuk memilih pakaian bekas karungan yang digantung di bawah bumbungan di luar pagar. Pasangan suami istri itu tampak berpakaian lusuh, Suami mengendong anak lelaki yang tidak berbaju, dan isterinya memegang tangan anak perempuan yang berusia sekitar 8 tahun. 

Mereka begitu serius memilih helai demi helai baju yang digantung. Sesekali terdengar tawa riang anak perempuan kecil itu ketika ibunya menempelkan baju ke badannya, mungkin gembira karena akan berpakaian baru, Saya dan istri kebetulan berada di luar rumah setelah menjenguk ibu kami.

 Istri saya menyapa mereka dan bertanya dari mana mereka datang. Ternyata mereka datang dari sebuah kawasan perumahan flat di sungai petani yang jaraknya hampir 20km dari rumah kami. Ketika ditanya kenapa datang begitu jauh, jawapan si ayah membuat saya bungkam. "Kak, saya tak mampu untuk menbeli pakaian baru untuk anak-anak di hari raya ini. Cukuplah saya dapat membeli pakaian karung bekas ini untuk menyenangkan hati anak kami, lagipula baju-baju di sini sepertinya masih layak untuk dipakai dihari lebaran".

Kata - kata itu membuat saya merenung betapa seringkali kita lupa untuk mensyukuri nikmat yang dikaruniakan Allah untuk kita, sehingga kita masih meminta lebih dari apa yang telah kita punya, sedang ada manusia yang serba kekurangan memanjatkan syukur yang begitu besar pada rezeki yang tidak seberapa di mata kita. 

Sedang kita asyik mendongak memandang ke langit, cemburu melihat apa yang tidak mampu dicapai, kita lupa menunduk ke bawah merenung apa yang di bumi, mensyukuri nikmat yang telah kita peroleh dan rasakan.

Ketika kita merungut tidak bisa bergaya dengan pakaian serba baru di hari raya tahun ini, keluarga ini hanya sudah cukup bahagia dengan memilih pakain karung bekas untuk dipakai menyambut hari raya. Seolah - olah tiada gundah di hati mereka, yang terlihat hanya riak wajah yang gembira memilih baju untuk anak-anak mereka. Demikianlah rasa cukup telah melahirkan ketenangan pada jiwa-jiwa yang bersyukur. 

Allah berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7 berikut:

وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِيلَشَدِيدٌ

Artinya: Dan (ingatlah juga) tatkala Tuhan kalian memaklumkan, "Sesungguh­nya jika kalian bersyukur (atas nikmat-Ku), pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian; dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih."

Dari Abu Hurairah berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pandanglah orang yang berada dibawah kalian, jangan memandang yang ada di atas kalian, itu lebih baik membuat kalian tidak mengkufuri nikmat Allah” (HR. Muslim)

Ingatlah pesan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada umatnya:

 “Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang sentiasa merasa cukup.” ( hadist riwayat Bukhari dan Muslim)

Ayo kita muhasabah diri, sudahkah kita melafazkan syukur hari ini kepada Allah, atas nikmat nafas yang dihela, nikmat mata yang bisa melihat, nikmat tangan yang bisa memegang, nikmat kaki yang bisa berjalan, nikmat pakaian yang menyamankan, nikmat kendaraan yang memudahkan perjalanan, nikmat rumah untuk perlindungan. Berhentilah merungut dan mengeluh pada sesuatu yang tidak kita miliki, mulailah menghitung nikmat yang lupa untuk disyukuri.
Copas.
Sumber: Abd Ghani Haron 
(1Jun 2020)

Sabtu, 23 April 2022

Tentang ISBN

SALAM INSAF, SEKALI LAGI TENTANG ISBN

---

Kamis, 14 April 2022, saya memenuhi undangan diskusi ISBN di Perpusnas RI (Jalan Salemba). Ada sedikit "oleh-oleh" informasi untuk lebih memahami tentang ISBN.

Jadi, jika beberapa waktu kemarin ISBN sempat tertunda, ternyata Perpusnas RI sebagai agensi ISBN internasional di Indonesia mendapatkan teguran dari Badan ISBN internasional. Teguran diikuti dengan instruksi penundaan sementara pemberian ISBN dari Badan ISBN internasional yang berpusat di London, Inggris.

Mengapa hal tersebut terjadi?

KETIDAKWAJARAN PRODUKSI BUKU INDONESIA

Produksi judul buku di Indonesia dianggap tidak wajar dalam beberapa tahun terakhir. Tahun 2020 saat pandemi mulai melanda, buku yang diberi ISBN mencapai 144.793 judul, sedangkan tahun 2021 mencapai 63.398 judul.

Perlu diketahui Indonesia mendapatkan nomor khas blok ISBN adalah 978-623 dengan jatah ISBN sebanyak 1 juta ISBN. Diperkirakan nomor itu akan habis dalam rentang waktu lebih dari 10 tahun. Beberapa negara menghabiskan angka 1 juta itu lebih dari 15 tahun, bahkan 20 tahun.

Alokasi 1 juta nomor itu diberikan kepada Indonesia terakhir tahun 2018, tetapi tahun 2022 pemberian ISBN sudah membengkak lebih dari 50% mencapai 623.000 judul. 

Bayangkan hanya tersisa 377.000 nomor lagi. Jika rata-rata Indonesia menerbitkan 67.340 judul buku per tahun (sebagaimana data Perpusnas RI, 2021), nomor itu akan tersisa sekira untuk enam tahun lagi.

Produksi judul buku yang sangat produktif ini memang seperti menyiratkan kemajuan literasi kita. Namun, sekali lagi jumlah besar itu tidak menyuratkan mutu buku. Jumlah besar itu juga berbanding terbalik dengan pendapatan penerbit yang pertumbuhannya terus menurun berdasarkan data Ikapi.

Sebagai fakta, di negara-negara maju saat pandemi Covid-19, penjualan buku (baik cetak maupun elektronik) meningkat drastis. Orang memborong buku untuk kegiatan di rumah. Namun, kondisi itu tidak terjadi di Indonesia. Penjualan buku terjun bebas nyaris ke titik nadir.

PUBLIKASI YANG RELEVAN DIBERI ISBN

Lonjakan pengajuan ISBN tersebut ditengarai juga akibat banyaknya publikasi yang tidak patut diberi ISBN, dimintakan ISBN-nya, termasuk oleh lembaga negara. Di sini kita perlu mendefinisikan kembali apa yang disebut buku.

Tidak semua publikasi dalam bentuk buku relevan atau layak diberi ISBN, apalagi publikasi yang bukan termasuk buku. Buku merupakan media massa dengan sifat publikasi tidak berkala (tidak secara periodik diterbitkan).

Buku yang relevan diberi ISBN adalah buku yang berada pada rantai pasok industri buku. Ciri ini dapat disederhanakan sebagai berikut.

1. Buku tersedia untuk publik secara luas dan dapat diakses, baik secara gratis maupun berbayar.

2. Buku diperjualbelikan dalam jumlah yang banyak. UNESCO pernah membuat batasan minimal 50 eksemplar.

Karena itu, ISBN relevan digunakan sebagai basis metadata untuk memperlancar rantai pasok penerbitan buku. Ia berguna di hilir industri buku untuk mengidentifikasi buku, terutama distribusi dan penjualan.

Publikasi dalam bentuk laporan tahunan, laporan kegiatan, dan publikasi lainnya yang bersifat selingkung (terbatas) serta tidak tersedia untuk diakses publik, apalagi tidak diperjualbelikan maka tidak relevan diberi ISBN.

Demikian pula buku-buku yang terbit sekadar menggugurkan kewajiban untuk penilaian angka kredit/kenaikan pangkat. Buku-buku itu sering kali dicetak hanya beberapa eksemplar. Tentu buku seperti ini tidak relevan diberi ISBN.

Mari insaf bersama untuk tidak meng-ISBN-kan semua publikasi dan tidak meng-ISBN-kan semua buku. Buku tidak ber-ISBN bukan berarti tidak sah sebagai buku.

DI INDONESIA SEMUA DI-ISBN-KAN 

Ada kecenderungan individu atau organisasi meng-ISBN-kan semua publikasi yang diterbitkan. Berikut ini contohnya.

Ringkasan kebijakan (policy brief) dibukukan dan di-ISBN-kan. Laporan KKN mahasiswa di-ISBN-kan. Laporan kegiatan di-ISBN-kan. Skripsi, tesis, disertasi tanpa konversi di-ISBN-kan. Orasi ilmiah di-ISBN-kan tanpa konversi. Prosiding di-ISBN-kan tanpa melihat apakah seminarnya berkala atau tidak.

Beberapa sekolah membuat kegiatan literasi untuk siswanya. Siswa didorong menulis cerita atau puisi lalu dikumpulkan dalam bentuk antologi. Buku antologi itu dicetak terbatas sejumlah siswa dan sisa beberapa eksemplar untuk dokumentasi sekolah. Buku semacam ini tidak relevan diberi ISBN. Toh, untuk apa ISBN itu bagi sekolah?

Demam ISBN ini tampaknya didorong oleh persepsi keliru bahwa buku yang ber-ISBN- lebih keren karena mendapat pengakuan internasional. Buku ber-ISBN lebih afdol sebagai buku yang profesional. Buku ber-ISBN menunjukkan pemenuhan standar mutu. Padahal, tidak ada hubungan sama sekali.

Memang ada kebijakan mutu pemberian ISBN seperti dilakukan oleh Council of Europe. Lembaga ini memberlakukan kebijakan tentang pemberian ISBN untuk publikasinya. Mereka menetapkan buku ber-ISBN harus memenuhi standar mutu dari Council of Europe. 

Demikian pula yang pernah diberlakukan oleh LIPI Press (sekarang Penerbit BRIN) ketika ada peneliti yang meminta ISBN. LIPI Press bukan pemberi ISBN. Jika buku hendak diterbitkan oleh LIPI Press atau menggunakan ISBN LIPI Press, buku harus memenuhi standar mutu LIPI Press. Colek Fadly Suhendra.

Demam ISBN ini terutama melanda perguruan tinggi dengan membuat aturan publikasi harus ber-ISBN meskipun publikasi itu bersifat internal atau terbatas. Sungguh terlalu, tidak relevan.

Publikasi berupa bahan ajar berbentuk buku yang hanya digunakan terbatas di lingkungan kampus tersebut, apalagi memang tidak diperjualbelikan secara bebas, tidak relevan menggunakan ISBN.

BEBERAPA SOLUSI

Diskusi ISBN ini menarik sebagai salah satu permasalahan publikasi di Indonesia yang kerap juga dikait-kaitkan dengan literasi. Kini, Perpusnas RI masih "menahan" sekira 5.000 pengajuan ISBN. Penundaan ini dilakukan karena beberapa hal yang mencuat dalam diskusi.

Eksistensi penerbit memang dipertanyakan. Apakah yang mengajukan ini benar-benar penerbit atau bukan? 

Salah satu jalan yang sedang disiapkan oleh Pusat Perbukuan adalah akreditasi penerbit.  Ini mungkin solusi ke depan bagi Perpusnas untuk menyeleksi penerbit pengaju ISBN hanya penerbit yang terakreditasi.

Salah satu sifat manusia Indonesia itu memang kreatif. Syarat sebuah penerbit, seperti menjadi anggota asosiasi dan melampirkan legalitas usaha, mudah untuk diakali. Namun, sebenarnya sang penerbit sama sekali tidak punya roh sebagai penerbit buku. Ini banyak terjadi.

Jika dikaitkan dengan mutu dan profesionalitas, muncul gagasan apakah perlu pengaju ISBN dari sisi penulis dan editor menyertakan sertifikat kompetensi? Ini masih sebatas wacana dan salah satu cara menyeleksi pengaju ISBN.

PENGINSAFAN MASSAL

Penginsafan massal memang diperlukan bukan hanya soal ISBN, melainkan juga soal lain sebagai fundamental penerbitan buku. Kalau kata Kang Arys Hilman, Ketum Ikapi, saya ini ibarat penjaga hulu penerbitan. 

Hulu penerbitan itu seperti ISBN ini dan persoalan mutu buku, termasuk yang tampak "remeh temeh" seperti anatomi buku. Pak BT memang sibuk mengurusi perbedaan 'kata pengantar' dan 'prakata'. Hehehe itu sebagian hobi saya. Biarlah hulu ini ada yang memikirkannya.

Banyak hari saya kini dihabiskan untuk menyusun regulasi dan pedoman di Pusat Perbukuan, pun di Badan Bahasa. Lalu, kini saya sedikit terlibat di Perpusnas.

Betul bahwa persoalan di hilir juga penting yakni bagaimana buku terjual dan penerbit dapat memperpanjang napasnya. Saya memaklumi "shifting" yang dilakukan penerbit pada saat disrupsi.

Pendapatan penerbit tradisonal utama adalah dari penjualan buku, termasuk penjualan dalam proyek pemerintah. Begitu terjadi disrupsi, penerbit mulai beralih pada penjualan konten (di luar buku). Lalu, terjadi lagi disrupsi, penerbit beralih pada model bisnis jasa penerbitan (penerbitan berbayar alias vanity publishing).

Hari-hari saya sekira satu dekade lalu banyak dihabiskan di hilir penerbitan. Saya merasakan aura dinamis penjualan dan pameran buku sejak tahun 1990-an. Berjibaku dengan arus kas penerbitan, berjibaku dengan gagasan penerbitan, dan berjibaku dengan aktivitas pemasaran buku telah membentuk pengalaman kukuh tentang penerbitan buku.

Sekali-sekali saya merasa bangga dapat melahirkan buku-buku yang layak dilabeli best seller nasional. Buku The True Power of Water, Setengah Isi Setengah Kosong, Api Sejarah merupakan beberapa buku yang lekat dalam ingatan saya. Namun, hari-hari itu kini saya tinggalkan.

Ilmu ini tidak dapat diperoleh di pendidikan formal. Ilmu ini lebih banyak berupa 'tacit knowledge' yang justru jarang dituliskan di buku-buku. Penelitian terhadap penerbitan buku sendiri sangat minim di Indonesia dari berbagai disiplin ilmu. 

Mengapa saya masih bertahan mengajar di Polimedia meskipun tertatih-tatih mengatur waktu? Bahkan, bersua dengan sebagian besar mahasiswa culun yang juga masih bingung mengapa mereka masuk Prodi Penerbitan. Jawabannya karena lewat mengajar paling tidak saya dapat menurunkan ilmu kanuragan penerbitan ke 1-2 orang mahasiswa. Mengajar membuat saya belajar lagi.

Saya insaf, dunia saya kini memang ada di hulu penerbitan buku di sisa usia yang insyaallah masih dapat berkontribusi. Jadi, mari insaf berjemaah.

Kamis, 21 April 2022

ADZAN YANG SUMBANG

ADZAN YANG SUMBANG
Alkisah, ada seorang muadzin yang bersuara jelek. Ia tinggal di negeri yang mayoritas beragama Nasrani. Sebenarnya telah banyak orang yang mengingatkannya agar tak mengumandangkan adzan, mengingat suaranya yang jelek itu. Tetapi tak dihiraukan cegahan tersebut. Ia tetap mengumandangkan adzan dengan suaranya yang buruk tersebut.

Hingga suatu ketika, datanglah seorang pendeta kepadanya. Pendeta itu menganugerahkan berbagai hadiah kepada sang muadzin sebagai ungkapan rasa terima kasihnya yang mendalam. Didorong oleh rasa penasaran, bertanyalah seorang muslim pada sang pendeta: ”Wahai pendeta, kiranya apakah yang menjadi sebab engkau memberi banyak hadiah kepada muadzin itu?”

Pendeta itu bercerita: ” Sesungguhnya aku mempunyai seorang anak wanita yang jelita. Dan ia sangat kusayangi. Tapi apa lacur ia jatuh cinta kepada seorang pria muslim yang sholih. Aku mengkhawatirkan dirinya suatu saat akan meninggalkan diriku dan agamanya.

Hingga suatu masa di pagi buta, putriku terbangun oleh suatu suara. Ia merasa terganggu dengan suara itu. Ia terbangun seraya bertanya: ” Ayah suara jelek apakah itu?”. Aku menjwab: ” Itu suara azan yakni panggilan Islam untuk shalat. Putriku hampir tak mempercayainya, bagaimana ajaran agama kekasihnya mempunyai panggilan untuk shalat sejelek itu. Semenjak itu putriku menjauhi kekasihnya dan juga Islam. Dan sebagai rasa terima kasihku, aku sengaja memberi sang muadzin berbagai hadiah.

Kita dapat menemui cerita di atas dalam kitab “Al-Matsnawi”. Jalaludin Rumi, sang pengarang, menampar tokoh-tokoh agama yang selalu menampakkan wajah agama dalam bentuk kekerasan dan permusuhan. Muadzin ialah parodi dari tokoh agama. Sedangkan adzan ialah agama yang hendak disampaikan olehnya. Bagaimana adzan yang mempunyai tujuan mulia dapat disalah artikan bila ia dikumandangkan oleh muadzin yang bersuara sumbang.

Sebaik apapun tujuan kita, apabila disampaikan dengan cara-cara yang kurang simpatik, elegan, dan menebar kesan permusuhan, maka sesuatu yang baik itu akan terlihat buruk. Persis seperti layaknya parodi Rumi di atas, dakwah atau syiar yang seharusnya mengajak seseorang kepada keimanan, namun takkala disampaikan dengan cara yang buruk, apalagi dengan kekerasan dan permusuhan, hanya akan menjauhkan seseorang dari agama. 🙏

Apakah puasa kita sampai hari ini berhasil mengikat setan-setan yang bersemayam dalam diri kita? 😊

Surabaya, 22 April 2022