Sabtu, 04 April 2020

100.000-KU

Uang 100.000 bagi kita mungkin sedikit.  Tapi tidak bagi sebagian kalangan.  Kebetulan saya bertetangga dengan seorang tukang becak, pemulung, pedagang kaki lima, dan masih banyak profesi lainnya.   Dalam sehari, belum tentu mendapatkan penghasilan sebesar itu.
Oleh karena itu, saya biasa memberikan selembar 100.000 itu kepada mereka.  Tidak setiap bulan sih.  Hanya jika uang sertifikasi saya cair.  Mereka sangat senang.  Dari mulut-mulut itu pasti keluar doa-doa tulus.  Tentunya disampaikan dari hati sanubari paling dalam.
Saya yakin dan sangat percaya.  Di antara doa-doa tulus itulah yang turut mengantar kesuksesan saya.  Baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dalam karir. 
Memang semua itu tidaklah mudah.  Pada awalnya perlu sedikit dipaksa.  Pastinya sayang kan memberikan selembar uang 100.000 kepada orang lain.  Apalagi mereka itu bukan siapa-siapa kita.  Bukan sanak dan bukan pula saudara.  Tapi jika beberapa kali saja kita paksa diri ini untuk melakukan kebaikan itu.   Maka dampaknya akan sangat luar biasa.  Anggaplah memberi itu semacam buang air besar atau buang air kecil. Plong gitu rasanya.  Semua rasa mulas yang ada dalam perut akan hilang dengan sendirinya.  Begitu pula dengan bersedekah.  InsyaAllah segala beban dalam hidup ini akan menjadi ringan.  Meskipun kadang menurut orang lain terlihat berat.  

Emi Sudarwati. Guru Bahasa Jawa SMP negeri 1 Baureno Bojonegoro Jawa timur.   Pegiat Literasi Guru dan Siswa Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar