Jumat, 24 Juni 2022

Mutiara Kebersamaan

Mutiara Kebersamaan untuk Sahabat

Karya: Ali Uthi Ullah

Sahabat, kehidupan ini tak lain adalah hamparan samudera luas

Kita renangi dan kita selami kedalamannya

Untuk mencari tiram di dasarnya, dan kita petik mutiaranya

Bahwa selalu ada yang bermakna pada setiap kehadiran dan pertemuan

 

Dengan bahtera tulus kebersamaan kita berlayar

Untuk saling menjaga dan saling percaya

Dan saat ini.. Saat dimana kita harus lalui waktu

Waktu dimana kita harus mulai maju

Maju untuk sesuatu harapan baru

 

Mungkin saat ini kita akan berpisah

Namun semua itu hanyalah sementara

Karena engkau pasti kembali, dan harus kembali

Bukan untuk sekedar mengenang dan melihat

Puing-puing masa lalu bersama kami

Namun karena kita ditakdirkan bersama

Dimana ada engkau dan kita bersama

---

Celotehan Pena

http://c3i.sabda.org

Dalam puing-puing dedaunan.

Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.

Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan, dalam butiran do’a.

Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencarinya-sebuah perjumpaan.

Denyut nadi tak bisa berhenti.

Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.

Dari sebuah titik menjelmalah menjadi garis yang berlalu-lalang.

Itulah seumpamanya.

 

Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,

Yap…lebih tepatnya sebuah keakraban.

Lajur kehidupan memang di takdirkan untuk berputar, begitu pula alur cerita ini-perjumpaan.

Sekian Lama tinggal di bukit suka.

 

Kini aku terjatuh, jatuh ke dalam lembah duka yang penuh kesakitan.

Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu-duka dan sakit.

Tertatih, tapi bukan seras pedih

Selayaknya mentari yang selalu menyinari, aku masih terus berfikir.

Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?

Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.

 

Malam berlalu…

Angin pun ikut terbawa oleh suasana hatiku , angin bagaikan bahagiaku.

Tatkala suara petir membentak jantungku menghentikan serasa denyut nadi ini,petir bagaikan dukaku.

Hingga petir menurunkan titahnya pada hujan yang turun, hujan bagaikan tangisanku.

Bagian dari suasana hatiku.

 

Hujan berhenti…Tahukah kau bintang…?

Tersadar akan ini, tak perlu terluka dalam nestapa, bahagiaku dengan manja.

Aku merasa cukup dengan semua itu-perjumpaan dan keakraban.

Walau manakala kata “perpisahan" menggelegar di telingaku, aku mencoba tuk tetap tersenyum walau dalam paksaan.

 

Namun…Kini ku menyadari…

Di dunia ini…

Sebuah perjumpaan sangatlah mustahil tuk tetap abadi,

Begitu pula sebaliknya…

Sebuah perpisahan juga sangat mustahil tuk tetap abadi.

Awal adalah akhir Dan akhir adalah awal.

Semua yang berawal adalah akhir Dan semua yang berakhir adalah awal

---Anonim

Salam Perpisahan

Kini, hatiku tergores kesedihan

Ketika terucap salam perpisahan

Walau air mataku tak berlinang

Bukan berarti suatu kerelaan

Saat-saat langkah terayun

Jarak kita-pun semakin membentang

Akankah semuanya jadi terkenang

Atau hanyut terbawa gelombang

Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan

 

Sobat, dalam hatiku ini

Akan tetap membekas suatu kenangan

Kau sungguh baik, supel dan komunikatif

Siapapun mengenalmu pasti akan merindu

Namun untukku, janganlah kau biarkan

Aku terkulai lemas dalam kehampaan

Karena rasa rinduku yang tidak kau harapkan

---Anonim

Jangan Pernah Lupakan Aku

kelascinta.com

Kubuka mataku dari hitamnya tidur
Kulihat cahaya itu menguak dara mataku
Memaksaku menatap warna
Bisa kulihat dengan warna biru di buta mata.

Teringat akanku tentangmu sahabat
Apa kabar di kau?
Lama sudah kita tiada berukhuwah
Putus bagai cincang.

Kuharap di sana engkau tiada melupakan aku

---Rayhandi

Ini Sakit

titikdua.net

Tangis, tawa, sepi, ramai, kita jalani

Seperti tali yang menyimpul

Menghiburku di kala sunyi hinggap

Menghiburmu di kala gusar menyelimuti

 

Kini beda,

Ketika perpisahan terjadi

Ruang dan waktu kita berbeda

Aku tenggelam dalam sepi

 

Hingga,

Kau hanya tinggalkan bayangmu

Tanpa tuan

Kaupun tak memahaminya

Aku adalah orang lain bagimu

---Anonim

Teman Bagai Bintang

Sahabat kau bagai bintang di hitam langit
Kau selalu ada meski aku tiada melihatmu
Kau ada tepatnya di daging ini
Daging merah bernama hati.

Kau jauh di sana
Terhalang jarak dan jutaan jengkal jarak
Tiada bisa kulihat selain rindu yang tebal
Kau jauh bagai bintang.

Cahayamu bisa kulihat
Bukan dengan mata 
Tapi dengan rindu yang sekarat
Kutatap ia dengan gelap hitam.

Kau tiada bisa kugapai
Karena takdir membekukan nyata
Kenyataan bahwa kita tiada akan bersama
Hanya bisa menatapmu jauh.

Sahabat tiada peduli seberapa jauh kita
Aku disini engkau disana
Saling memanggil dengan rindu
Mendoa dalam diam.
---Rayhandi

Apa Kau Lupa?

Nationalpainreport.com

Masih ingatkah kau?

Wahai sahabat,

Ketika menari di bawah hujan sepulang sekolah,

Ketika kita berjatuhan di jalanan becek,

Ketika kita tertawa bersama karena wajah kotor kita

 

Masih ingatkah kau?

Ketika pertama kali kita saling kenal

Di kelas kita saling malu tuk bersapa

Di kelas kita saling tanya tentangku dan kau

Di kelas kita saling menjawab tentangku dan kau

 

Masih ingatkah kau?

Ketika kita berbagi jawaban saat ujian

Ketika kau mengajariku perkalian juga pembagian

Ketika aku sering emntraktirmu

 

Untukmu sahabat,

Kini kau sangat jauh

Hanya doa yang kurapal

Hingga melebur menjadi angin

Meskipun kau selalu menjadi rindu

 

Tanahku dan tanahmu kini berbeda

Bahkan rapalan rindu tak membendung

Hanya harap yang berakhir sia-sia

 

Aku ingin memohon kepada Tuhan

Aku ingin menyampaikan rindu ini kepadamu

Untuk sahabatku yang baik hatinya,

Untuk sahabatku yang kusayangi,

Untuk sahabatku,

 

Aku selalu berharap di sini

Agar kau tak lupa ada aku di sini

Yang selalu berharap balasan rindu darimu

Yang kunanti hanya dirimu seorang

 

Walau jauh seberang sana

Tanpa wajah yang saling pandang

Kau tetap terasa sakit

Karena kau sealu kupeluk dalam malam

 

Kenangan denganmu masih ada di benakku

Bahkan terasa jelas sekali

Karena kau lupa untuk menghapusnya

Ketika kau pergi meninggalkanku

 

Tanpa rasa cemas

Aku bersumpah rindu di tanah ini

Tanah kelahiranmu

Kutunggu kepulanganmu

Kutunggu sambungan kisahku dan kau

 

Hati ini sakit sekali,

Ketika kisahku dan kau terbesit

Dada ini sesak,

Terasa mencekam,

Aku sakit!

 

Memang,

Mungkin tak selamanya kau pergi

Atau kau tak kembali sama sekali

Hingga ragaku menjadi busuk bersama tanah

 

Selamat tinggal,

Terimakasih untuk kisahnya

Terimakasih untuk kehangatanmu

Aku selalu menyimpan itu

---Anonim

Kenangan Bersamamu

liputan6.com

Ingatkah di kau?
Wahai kawan saat kita menari di bawah hujan saat pulang sekolah?
Saat kau mendorongku hingga jatuh ke lubang becek?
Saat ku tertawa terbahak bahak melihat kau dimarahi ibumu.


Ingatkah di kau?
Saat pertama kali kita bertemu?
Di kelas itu kau menyapaku dengan malu
Di kelas itu kau menanyakan namaku
Di kelas itu kau berkata ''anak pindahan mana''


Ingatkah di kau?
Saat ku contek perkalianmu saat hari kamis itu
Saat kau ajarkanku perkalian karena otakku sungguh dodol
Saat kau meminjam kamusku.


Untukmu sahabatku
Kau teramat jauh di sana
Habis doa kukunyah
Habis mata kupandang
Namun kau masih jadi bayang rindu.


Tanah ku berpijak dan tanah kau berpijak terlalu jauh
Bahkan rindu yang kupunya tiada bisa menawar rasa kangenku
Hanya bisa kuharap dalam sia.


Tuhan dengarkanlah ini
Sampaikanlah sepotong rindu ini untuk seseorang
Dia jauh dia baik dia menyayangiku
Dia sahabatku.


Di sini aku hanya berharap
Berharap agar dikau tiada lupa cara pulang
Berharap kau balas rinduku
Hanya kehadiranmu yang kunanti.

Meski kau jauh di ambang laut
Muka tiada bisa bertatap
Kau tetap dekat
Karena setiap hitam menjelang kupeluk engkau dengan mimpi .


Kenangan tentangmu masih tertancap di kalbuku
Masih jelas kurasa
Karena kau pergi tanpa menghapusnya.


Tiada usah khawatir di kau
Ku disini bersumpah memaku rindu ini di tanah pertama kau lahir
Ku tunggu kau pulang menyambung kenangan yang ada.


Hatiku sakit saat teringat akan engkau
Saat kuingat kenangan kenangan kita aku sesak
Hati ini lebur tercekam tanpa relung udara
Aku sakit di sini.


Memang tiada selamanya yang pergi akan pulang kembali
Contohnya dirimu yang tiada akan kembali meski seratus tahun jasad ini memaku.


Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk potongan cerita
Terima kasih untuk hangat yang kau suguh
Aku akan menyimpan kenanganmu di lubang hati.

---Rayhandi

Rindu Ini

riliv.co

Rindu ini sangat terasa

Rindu ini bagai telaga

Tak tahan aku dengan rindu ini

Hatiku sudah pecah menahannya

 

Rindu ini sangat terasa

Sahabat,

Apakah kau juga demikian?

Sepertiku?

 

Rindu ini sangat terasa

Ketika bersamamu,

Rindu ini terbayar oleh nelangsa

 

Rindu ini sangat terasa

Potretmu adalah pelampiasan rindu

Potret buram yang selalu kusimpan

 

Rindu ini sangat terasa

Kuharap Tuhan menjagamu

Karena aku disini,

Selalu merapal doa rindu untukmu

Dengan nadi dan jantung

---Anonim

Perjalanan


Sahabat..
Kita pernah menapaki jalan terjal
Bahkan jika harus tersandung dan jatuh
Kita pernah menyingkirkan duri-duri yang merintangi
Semua itu telah kita lalui bersama

Jalan hidup kita mungkin berbeda
Namun engkau tetaplah sahabat terbaik ku
Dan sekarang perpisahan jua lah yang akan memisahkan

Hanya do’a dan peluk hangatku untukmu
Yang bisa aku berikan mungkin untuk yang terakhir
Tapi.. Percayalah..
Semoga Allah mempertemukan kita
Untuk esok yang lebih bahagia

Aku akan terus merindukanmu
Masihkah kau ingat saat kita menanam pohon bersama
Di pelataran rumahku..
Saat-saat itulah aku benar-benar menemukanmu
Bahwa kaulah separuh dari masa kecilku

Hanya lewat puisi ini aku bisa ucapkan terima kasih
Terima kasih untuk semua kebaikan dan ketulusanmu
Aku akan selalu mengingatnya meski waktu akan berbeda
Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya

---Anonim

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar