Mutiara Kebersamaan untuk Sahabat
Karya: Ali Uthi Ullah
Sahabat, kehidupan ini tak lain adalah hamparan samudera luas
Kita renangi dan kita selami kedalamannya
Untuk mencari tiram di dasarnya, dan kita petik mutiaranya
Bahwa selalu ada yang bermakna pada setiap kehadiran dan pertemuan
Dengan bahtera tulus kebersamaan kita berlayar
Untuk saling menjaga dan saling percaya
Dan saat ini.. Saat dimana kita harus lalui waktu
Waktu dimana kita harus mulai maju
Maju untuk sesuatu harapan baru
Mungkin saat ini kita akan berpisah
Namun semua itu hanyalah sementara
Karena engkau pasti kembali, dan harus kembali
Bukan untuk sekedar mengenang dan melihat
Puing-puing masa lalu bersama kami
Namun karena kita ditakdirkan bersama
Dimana ada engkau dan kita bersama
---
Celotehan Pena
Dalam puing-puing dedaunan.
Terbawa lamunan nan jauh ke sukma , menebar harum dalam setiap makna.
Jauh ku arungi arti dari sebuah perjumpaan, dalam butiran do’a.
Mencoba untuk bangkit dan terus melangkah tuk mencarinya-sebuah perjumpaan.
Denyut nadi tak bisa berhenti.
Berhenti dalam goresan dan peluh rasa ingin tahu.
Dari sebuah titik menjelmalah menjadi garis yang berlalu-lalang.
Itulah seumpamanya.
Berawal dari sebuah perjumpaan yang berkembang menjadi kebersamaan,
Yap…lebih tepatnya sebuah keakraban.
Lajur kehidupan memang di takdirkan untuk berputar, begitu pula alur cerita ini-perjumpaan.
Sekian Lama tinggal di bukit suka.
Kini aku terjatuh, jatuh ke dalam lembah duka yang penuh kesakitan.
Dari rasa sakit aku mencoba tepis rasa yang tak bersahabat itu-duka dan sakit.
Tertatih, tapi bukan seras pedih
Selayaknya mentari yang selalu menyinari, aku masih terus berfikir.
Akankah sebuah perjumpaan akan menemui sebuah perpisahan?
Suara hati mengerutkan fikiranku untuk terus berlalu membawa angan.
Malam berlalu…
Angin pun ikut terbawa oleh suasana hatiku , angin bagaikan bahagiaku.
Tatkala suara petir membentak jantungku menghentikan serasa denyut nadi ini,petir bagaikan dukaku.
Hingga petir menurunkan titahnya pada hujan yang turun, hujan bagaikan tangisanku.
Bagian dari suasana hatiku.
Hujan berhenti…Tahukah kau bintang…?
Tersadar akan ini, tak perlu terluka dalam nestapa, bahagiaku dengan manja.
Aku merasa cukup dengan semua itu-perjumpaan dan keakraban.
Walau manakala kata “perpisahan" menggelegar di telingaku, aku mencoba tuk tetap tersenyum walau dalam paksaan.
Namun…Kini ku menyadari…
Di dunia ini…
Sebuah perjumpaan sangatlah mustahil tuk tetap abadi,
Begitu pula sebaliknya…
Sebuah perpisahan juga sangat mustahil tuk tetap abadi.
Awal adalah akhir Dan akhir adalah awal.
Semua yang berawal adalah akhir Dan semua yang berakhir adalah awal
---Anonim
Salam Perpisahan
Kini, hatiku tergores kesedihan
Ketika terucap salam perpisahan
Walau air mataku tak berlinang
Bukan berarti suatu kerelaan
Saat-saat langkah terayun
Jarak kita-pun semakin membentang
Akankah semuanya jadi terkenang
Atau hanyut terbawa gelombang
Bahkan mungkin terkubur oleh waktu dan keadaan
Sobat, dalam hatiku ini
Akan tetap membekas suatu kenangan
Kau sungguh baik, supel dan komunikatif
Siapapun mengenalmu pasti akan merindu
Namun untukku, janganlah kau biarkan
Aku terkulai lemas dalam kehampaan
Karena rasa rinduku yang tidak kau harapkan
---Anonim
Jangan Pernah Lupakan Aku
Kubuka mataku dari hitamnya tidur
Kulihat cahaya itu menguak dara mataku
Memaksaku menatap warna
Bisa kulihat dengan warna biru di buta mata.
Teringat akanku tentangmu sahabat
Apa kabar di kau?
Lama sudah kita tiada berukhuwah
Putus bagai cincang.
Kuharap di sana engkau tiada melupakan aku---Rayhandi
Ini Sakit
Tangis, tawa, sepi, ramai, kita jalani
Seperti tali yang menyimpul
Menghiburku di kala sunyi hinggap
Menghiburmu di kala gusar menyelimuti
Kini beda,
Ketika perpisahan terjadi
Ruang dan waktu kita berbeda
Aku tenggelam dalam sepi
Hingga,
Kau hanya tinggalkan bayangmu
Tanpa tuan
Kaupun tak memahaminya
Aku adalah orang lain bagimu
---Anonim
Teman Bagai Bintang
Sahabat kau bagai bintang di hitam langit
Kau selalu ada meski aku tiada melihatmu
Kau ada tepatnya di daging ini
Daging merah bernama hati.
Kau jauh di sana
Terhalang jarak dan jutaan jengkal jarak
Tiada bisa kulihat selain rindu yang tebal
Kau jauh bagai bintang.
Cahayamu bisa kulihat
Bukan dengan mata
Tapi dengan rindu yang sekarat
Kutatap ia dengan gelap hitam.
Kau tiada bisa kugapai
Karena takdir membekukan nyata
Kenyataan bahwa kita tiada akan bersama
Hanya bisa menatapmu jauh.
Sahabat tiada peduli seberapa jauh kita
Aku disini engkau disana
Saling memanggil dengan rindu
Mendoa dalam diam.
---Rayhandi
Apa Kau Lupa?
Masih ingatkah kau?
Wahai sahabat,
Ketika menari di bawah hujan sepulang sekolah,
Ketika kita berjatuhan di jalanan becek,
Ketika kita tertawa bersama karena wajah kotor kita
Masih ingatkah kau?
Ketika pertama kali kita saling kenal
Di kelas kita saling malu tuk bersapa
Di kelas kita saling tanya tentangku dan kau
Di kelas kita saling menjawab tentangku dan kau
Masih ingatkah kau?
Ketika kita berbagi jawaban saat ujian
Ketika kau mengajariku perkalian juga pembagian
Ketika aku sering emntraktirmu
Untukmu sahabat,
Kini kau sangat jauh
Hanya doa yang kurapal
Hingga melebur menjadi angin
Meskipun kau selalu menjadi rindu
Tanahku dan tanahmu kini berbeda
Bahkan rapalan rindu tak membendung
Hanya harap yang berakhir sia-sia
Aku ingin memohon kepada Tuhan
Aku ingin menyampaikan rindu ini kepadamu
Untuk sahabatku yang baik hatinya,
Untuk sahabatku yang kusayangi,
Untuk sahabatku,
Aku selalu berharap di sini
Agar kau tak lupa ada aku di sini
Yang selalu berharap balasan rindu darimu
Yang kunanti hanya dirimu seorang
Walau jauh seberang sana
Tanpa wajah yang saling pandang
Kau tetap terasa sakit
Karena kau sealu kupeluk dalam malam
Kenangan denganmu masih ada di benakku
Bahkan terasa jelas sekali
Karena kau lupa untuk menghapusnya
Ketika kau pergi meninggalkanku
Tanpa rasa cemas
Aku bersumpah rindu di tanah ini
Tanah kelahiranmu
Kutunggu kepulanganmu
Kutunggu sambungan kisahku dan kau
Hati ini sakit sekali,
Ketika kisahku dan kau terbesit
Dada ini sesak,
Terasa mencekam,
Aku sakit!
Memang,
Mungkin tak selamanya kau pergi
Atau kau tak kembali sama sekali
Hingga ragaku menjadi busuk bersama tanah
Selamat tinggal,
Terimakasih untuk kisahnya
Terimakasih untuk kehangatanmu
Aku selalu menyimpan itu
---Anonim
Kenangan Bersamamu
Ingatkah di kau?
Wahai kawan saat kita menari di bawah hujan saat pulang sekolah?
Saat kau mendorongku hingga jatuh ke lubang becek?
Saat ku tertawa terbahak bahak melihat kau dimarahi ibumu.
Ingatkah di kau?
Saat pertama kali kita bertemu?
Di kelas itu kau menyapaku dengan malu
Di kelas itu kau menanyakan namaku
Di kelas itu kau berkata ''anak pindahan mana''
Ingatkah di kau?
Saat ku contek perkalianmu saat hari kamis itu
Saat kau ajarkanku perkalian karena otakku sungguh dodol
Saat kau meminjam kamusku.
Untukmu sahabatku
Kau teramat jauh di sana
Habis doa kukunyah
Habis mata kupandang
Namun kau masih jadi bayang rindu.
Tanah ku berpijak dan tanah kau berpijak terlalu jauh
Bahkan rindu yang kupunya tiada bisa menawar rasa kangenku
Hanya bisa kuharap dalam sia.
Tuhan dengarkanlah ini
Sampaikanlah sepotong rindu ini untuk seseorang
Dia jauh dia baik dia menyayangiku
Dia sahabatku.
Di sini aku hanya berharap
Berharap agar dikau tiada lupa cara pulang
Berharap kau balas rinduku
Hanya kehadiranmu yang kunanti.
Meski kau jauh di ambang laut
Muka tiada bisa bertatap
Kau tetap dekat
Karena setiap hitam menjelang kupeluk engkau dengan mimpi .
Kenangan tentangmu masih tertancap di kalbuku
Masih jelas kurasa
Karena kau pergi tanpa menghapusnya.
Tiada usah khawatir di kau
Ku disini bersumpah memaku rindu ini di tanah pertama kau lahir
Ku tunggu kau pulang menyambung kenangan yang ada.
Hatiku sakit saat teringat akan engkau
Saat kuingat kenangan kenangan kita aku sesak
Hati ini lebur tercekam tanpa relung udara
Aku sakit di sini.
Memang tiada selamanya yang pergi akan pulang kembali
Contohnya dirimu yang tiada akan kembali meski seratus tahun jasad ini memaku.
Selamat tinggal sahabat
Terima kasih untuk potongan cerita
Terima kasih untuk hangat yang kau suguh
Aku akan menyimpan kenanganmu di lubang hati.---Rayhandi
Rindu Ini
Rindu ini sangat terasa
Rindu ini bagai telaga
Tak tahan aku dengan rindu ini
Hatiku sudah pecah menahannya
Rindu ini sangat terasa
Sahabat,
Apakah kau juga demikian?
Sepertiku?
Rindu ini sangat terasa
Ketika bersamamu,
Rindu ini terbayar oleh nelangsa
Rindu ini sangat terasa
Potretmu adalah pelampiasan rindu
Potret buram yang selalu kusimpan
Rindu ini sangat terasa
Kuharap Tuhan menjagamu
Karena aku disini,
Selalu merapal doa rindu untukmu
Dengan nadi dan jantung
---Anonim
Perjalanan
Sahabat..
Kita pernah menapaki jalan terjal
Bahkan jika harus tersandung dan jatuh
Kita pernah menyingkirkan duri-duri yang merintangi
Semua itu telah kita lalui bersama
Jalan hidup kita mungkin berbeda
Namun engkau tetaplah sahabat terbaik ku
Dan sekarang perpisahan jua lah yang akan memisahkan
Hanya do’a dan peluk hangatku untukmu
Yang bisa aku berikan mungkin untuk yang terakhir
Tapi.. Percayalah..
Semoga Allah mempertemukan kita
Untuk esok yang lebih bahagia
Aku akan terus merindukanmu
Masihkah kau ingat saat kita menanam pohon bersama
Di pelataran rumahku..
Saat-saat itulah aku benar-benar menemukanmu
Bahwa kaulah separuh dari masa kecilku
Hanya lewat puisi ini aku bisa ucapkan terima kasih
Terima kasih untuk semua kebaikan dan ketulusanmu
Aku akan selalu mengingatnya meski waktu akan berbeda
Semoga engkau selalu dalam lindungan-Nya---Anonim
Tidak ada komentar:
Posting Komentar