SRIKANDI DALAM PANDEMI
Emi Sudarwati, S.Pd
Pandemi Covid-19 adalah musibah dunia. Virus Corona menyebar secara cepat, tanpa bisa diprediksi oleh siapa pun juga. Corona adalah virus keturunan ketujuh dari virus-virus yang sebelumnya telah menyebar. Juga merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Corona berarti mahkota. Karena bentuknya menyerupai mahkota. Disebut dengan nama Corona atau Covid-19 karena muncul pada tahun 2019. Virus ini tergolong jenis baru yang ditemuka pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan Cina pada Desember 2019.
Gejala munculnya virus ini bisa dideteksi. Yaitu jika ada orang yang dalam 14 hari merasakan demam lebih dari 38°C, batuk kering dan sesak napas. Apalagi orang tersebut pernah melakukan perjalanan ke suatu tempat yang terjangkit virus, maka sebaiknya segera melakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut. Agar segera dapat memastikan diagnosanya.
Sejak Maret 2020, sebanyak 152 negara telah menginformasikan bahwa negara mereka terjangkit virus corona. Sedangkan di Indonesia sendiri, baru mulai merasakan masuknya virus corona pada Tanggal 2 Maret 2020. Saat itu presiden mengumumkan bahwa sudah ada dua orang Indonesia yang positif terjangkit virus corona. Yaitu perempuan berusia 31 dan 64 tahun. Namun kasus tersebut diduga bukan kasus yang pertama. Karena seorang peneliti dari UI memprediksi bahwa corona telah masuk ke Indonesia sejak Januari 2020.
Namun karena di negara lain sudah mengalami hal ini sejak akhir 2019. Oleh karenanya pandemi ini disebut juga Covid-19. Penyebaranya begitu cepat. Satu orang yang terkena virus dapat minimal menyabarkan pada tiga orang terdekatnya. Waktu penularannya rata-rata selama 5 hari. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menekan laju penularan virus corona di Indonesia. Jika dalam satu rumah ada yang terkena, maka seluruh anggota keluarganya harus melakukan pemeriksaan.
Sampai saat ini, virus corona sudah mejadi musibah dunia. Banyak kurban berjatuhan. Kebanyakan yang rentan terkena virus corona sampai meninggal dunia adalah para lansia, atau mereka yang memang memiliki peyakit bawaan sebelumnya. Namun tidak sedikit pula orang yang awalnya sehat, terpapar juga.
Sejak Maret 2020, sebanyak 152 negara telah menginformasikan bahwa negara mereka terjangkit virus corona. Sedangkan di Indonesia sendiri, baru mulai merasakan masuknya virus corona pada Tanggal 2 Maret 2020. Saat itu Presiden mengumumkan bahwa sudah ada dua orang Indonesia yang positif terjangkit virus corona. Yaitu perempuan berusia 31 dan 64 tahun. Namun kasus tersebut diduga bukan kasus yang pertama. Karena seorang peneliti dari UI memprediksi bahwa corona telah masuk ke Indonesia sejak Januari 2020.
Namun karena di negara lain sudah mengalami hal ini sejak akhir 2019. Oleh karenanya pandemi ini disebut juga Covid-19. Penyebaranya begitu cepat. Satu orang yang terkena virus dapat minimal menyabarkan pada tiga orang terdekatnya. Waktu penularannya rata-rata selama 5 hari. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya menekan laju penularan virus corona di Indonesia. Jika dalam satu rumah ada yang terkena, maka seluruh anggota keluarganya harus melakukan pemeriksaan.
Sampai saat ini, virus corona sudah mejadi musibah dunia. Banyak kurban berjatuhan. Kebanyakan yang rentan terkena virus corona sampai meninggal dunia adalah para lansia, atau mereka yang memang memiliki peyakit bawaan sebelumnya. Namun tidak sedikit pula orang yang awalnya sehat, terpapar juga.
Pandemi Covid-19 menjadi hantaman keras bagi dunia pendidikan. Model pembelajaran langsung yang selama ini terbukti dapat menjadi wahana interaksi, kolaborasi, padu-padan, empati, dan simpati harus diubah menjadi model pembelajaran maya (Salim, 2020:33).
Di sini peran seorang ibu sangat ditantang. Mereka harus siap tampil sebagai Srikandi bagi anak-anaknya. Srikandi adalah salah satu tokoh dalam cerita Pewayangan Jawa, yaitu Mahabharata. Srikandi memiliki watak yang lemah lembut, keibuan dan cantik. Namun di sisi lain, juga tampil gagah berani dan tangguh saat maju ke medan perang untuk membela kebenaran. Itulah sebabnya, maka tokoh wanita yang satu ini sangat disegani.
Dalam masa pamdemi seperti sekarang ini, sangat layak jika seorang ibu meneladani sikap dan sifat Srikandi. Yaitu sanggup berperan menjadi istri yang selalu setia mendampingi suaminya dalam suka maupun duka. Menjadi guru bagi anak-anaknya yang sedang menjalani masa Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Menjadi ahli ekonomi yang dapat mengatur keuagan keluarga dengan bijaksana. Juga selalu peduli terhadap lingkungan sekitar, dengan membantu tetagga yang sedang mengalami krisis.
Peran ibu menjadi pendamping anak-anak belajar di rumah menjadi sangat penting. Karena orang tualah saat ini yang lagsung menjadi pembimbing belajar bagi anak-anaknya. Dari sinilah beragam masalah baru akan muncul. Banyak orang tua yang mengeluh. Karena ia tidak lagi bisa mengikuti model pembelajaran masa kini. Ada pula anak-anak yang protes. Karena orang tuanya tidak bisa mengajar seperti gurunya di sekolah. Hanya seorang ibu berjiwa Srikandi yang selalu tangguh menghadapi situasi apapun.
Kejenuhan anak dalam mengerjakan tugas harian tidak mungkin bisa dihindari. Oleh karena itu, seorang ibu harus punya jurus cinta untuk menghibur dan mengobati kegalauan sang buah hati. Sehingga mereka tidak semakin stres menghadapi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Setelah beberapa bulan hanya beraktivitas di dalam rumah saja. Mereka tentu merindukan jalan-jalan ke luar kota, bermain bola di lapangan, berenang di kolam dan lain-lain. Dari sini seorang ibu berjiwa Srikandi tentu sangat dibutuhkan.
Untuk mehapus kejenuhan, seorang ibu harus menciptakan kegiatan-kegiatan untuk mengisi hari-hari panjang. Misalkan dengan sering memasak. Tentu saja dengan menu yang bervariasi setiap harinya. Hal ini diharapkan dapat menggugah selera makan keluarga. Sehingga mereka dapat melupakan kesedihan. Karena tidak boleh terlalu sering ke luar rumah jika tidak benar-benar penting. Kalau terpaksa harus ke luar rumah, tentunya dengan stadar protokol kesehatan. Paling sederhana, wajib memakai masker.
Diakui atau tidak. Pandemi yang melanda dunia ini sangat berimbas kepada beberapa hal. Mulai dari ekonomi, politik, kesehatan, dan juga pendidikan. Rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang ibu memang sangat melelahkan. Namun seorang Srikandi tentu harus siap menguras waktu, tenaga, pikiran dan biaya. Mulai dari mengurus pekerjaan rumah, seperti mencuci piring, mencuci baju, memasak, membersihkan rumah, mengurus anak-anak beserta tugas-tugasnya dari sekolah, juga membersamai mereka bermain.
Di bidang ekonomi, seorang Srikandi harus siap hidup hemat di masa pandemi. Karena hampir semua harga kebutuhan pokok naik secara signifikan. Belum lagi jika melihat keadaan tetangga banyak yang kena PHK. Maka kita harus berpikir pula untuk meringankan beban mereka. Banyak bersukur, karena memiliki suami ASN. Tentunya jauh lebih beruntung dabandingkan wanita-wanita lain yang bersuamikan buruh atau pekerja serabutan.
Oleh karena itu, siap atau tidak kita harus segera beradaptasi dengan era baru dalam kehidupan ini. Seorang ibu berjiwa Srikandi tentu dapat segera berdamai dengan keadaan. Pikiran kita adalah magnet yang akan menarik apapun yang kita pikirkan. Apabila kita menganggap sesuatu itu negatif, maka akan berpengaruh kepada seluruh gerak komponen tubuh kita untuk merealisasikannya. Sebaliknya jika berpikir positif, maka semua gerakan kita akan menuju kepada keberhasilan baik (Salim, 2020:205).
Banyak hal positif yang dapat kita petik di masa pandemi. Seperti semakin dekatnya hubungan antar keluarga. Karena lebih sering bersama-sama dalam rumah. Mulai belajar, makan, bermain, dan kegiatan-kegiatan lain yang selalu dilakukan bersama-sama. Kini keluarga juga semakin peduli terhadap kesehatan. Sperti: sering mencuci tangan dengan sabun dan air bersih. Juga menyemprotkan hand sanitizer secara berkala. Terutama sesudah bersalaman atau bersentuhan dengan orang lain. Memakai masker saat keluar rumah atau berjumpa dengan orang lain. Tentu ini sangat baik untuk kesehatan. Selain kesehatan pernapasan, juga kesehatan kulit. Karena kulit wajah biasanya sangat sensitif terhadap sinar matahari maupun debu.
Akhirul kata. Mudah-mudahan Corona ini semakin mendekatkan kita kepada Sang Pencipta. Bahwa kita sebagai manusia sangatlah lemah. Hanya dengan virus kecil dan tak terlihat saja demikian takutnya. Selanjutnya, pasrahkan semua kepada Yang Mahakuasa. Karena segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak mungkin ada tanpa izin dari-Nya.
DAFTAR PUSTAKA
Salim, Agus dkk. 2020. Berkat Pandemi (Esai-Esai Tentang Imbas Virus Corona pada Dimensi Pendidikan. Mojokerto: Boenga Ketjil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar