Minggu, 27 Maret 2022

Rakor Budaya di Ijen Suites Malang

Kamis-Jumat kemarin Biro Kesra Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Timur menghelat Rakor Kebudayaan dan Pariwisata bertema khusus Persiapan Kongres Kebudayaan Jawa III di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2022 di Hotel Ijen Nirwana Malang. Seratus orang lebih para pemangku kepentingan kebudayaan Jawa diundang untuk berbagai gagasan dan pikiran perkara kebudayaan. Selain hadir orang-orang "makan asam garam" yang tak diragukan lagi kesuntukan dan ketotalannya bagi hidup mati kebudayaan Jawa, juga hadir eksponen muda yang mencintai dan mulai berkecimpung di jagat kebudayaan Jawa. Mereka semua telah menggeluti bidang tertentu kebudayaan Jawa.

Bersama Rohmat Djoko Prakosa dan Prof. Setya Yuwana Sudikan, Prof. Djoko Saryono membagi pikiran sekaligus memandu jalannya acara mempersiapkan agenda atau isu budaya Jawa di tengah perubahan kompleka semasa kini. Bersama seluruh peserta, berbahagialah saya bisa bersua dan berkangen-kangenan, bersulang gagasan dan canda hangat, dan saling membagi dan mendulang wawasan perkara kebudayaan Jawa. Yang senior dan karatan di bidang budaya Jawa (antara lain Bapa Tri Broto Wibisono, Bapa Edy Karya, Kangmas Sugeng Adipitoyo, Bapa Harmono Suharmono K, Ki Soleh A.P., Kangmas Soenarko Sudrun, Bapa F.X. Hoery dan Bapa Prof. Henricus Supriyanto) dengan yang paruh baya dan muda di dunia aktivisme budaya Jawa (antara lain Dhimas Anjrah Lelono Broto, Kanjeng Sastro Taruno, Tjahjono Widarmanto, Sutak Wardiono, Diajeng Puspo Endah, Daijeng Deny Tri Aryanti dan Dhimas Probo Darono Yakti) mampu berbaur dan melebur mengidentifikasi isu-isu yang bisa diagendakan untuk gelaran Kongres Kebudayaan Jawa III.

Saya tentu saja menjura sebab beberapa urun pikiran saya bisa dibahas (didudah, dionceki) menjadi agenda diskusi dalam bincang regu atau kelompok peserta. Yang senior terbuka dan yang muda penuh hasrat perubahan bisa bertemu gagasan dan pikiran dalam persoalan kebudayaan Jawa. Itu sebabnya, agenda isu yang dihasilkan terbilang antisipatif, inklusif, realistis, adaptif, dan transformatif. Ada enam agenda isu yang dihasilkan oleh para peserta, yaitu (1) kebijakan pendidikan budaya Jawa yang merawat olah pikir dan olah rasa (dimensi intelektual, etis, dan laku), (2) penyegaran dan pendalaman spiritualitas dan keagamaan Jawa yang humanis dan inklusif, (3) pemerkayaan ekspresi dan repertoar berbagai seni budaya Jawa, (4) penumbuhan dan pemekaran seni media-baru Jawa (digitalisasi, misalnya), (5) penguatan ekosistem ekspresi dan aktualisasi budaya Jawa dalam pelataran nasional dan global, dan (6) penguatan jaringan diaspora budaya Jawa di tengah masifnya mobilitas nasional dan global. Keenam agenda tersebut cerminan eksponen tua kebudayaan Jawa yang terbuka dan inklusif sekaligus eksponen muda yang visioner dan progresif. Ini sebuah negosiasi dan kompromi kultural yang berimbang.

Salam budaya, jangan lupa ngopi dan ngeteh bersama. Salam budaya.

#nggamblehpagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar