Workshop Virtual APKS PGRI Bojonegoro:
Hawa kekompakan segera terasakan bagi siapapun yang memasuki ruang kendali workshop di hari Rabu, 19 Agustus 2020. Sebab di sana sebanyak 12 operator lapangan atau disebut Tim LO yang sedang melaksanakan tugas untuk menjaga traffic. Mereka dengan seragam batik PGRI motif Kusuma Bangsa bersemangat untuk mengelola segala hal yang terkait. Sehingga nantinya workshop hari pertama ini berjalan dengan lancar. Mereka tentu tak sendiri, dengan di back up panitia dan sejumlah kru pendukung. Jadi total sejumlah 20 orang dikerahkan untuk menyukseskan acara perdana APKS ini.
Namun manusia boleh berencana, Tuhan yang menentukan. Terjadi beberapa kendala yang mengakibatkan kurang lancarnya acara. Syukurnya ini hanya sempat muncul di awal-awal. Meskipun disadari bahwa memang beginilah yang terjadi bila pelaksanaan workshop dilaksanakan secara daring. Pasti muncul dua permasalahan utama, sinyal dan listrik. Dan ini juga diungkap oleh Ibu Sri Hastuti, S.Pd., M.Pd. dalam makalahnya yang berjudul "Antara Pembelajaran Daring, Hambatan dan Solusi dalam Literasi Digital". Dan disahuti pula oleh Bapak Budi Tjahyo Baskoro, S.Pd., M.Si., seorang psikolog, yang mengambil judul "Pemberdayaan Psikologis dalam Penggunaan Literasi Digital untuk Pengembangan Pembelajaran Daring".
Tidak cuma dua pemateri tadi, ada Bapak Dandi Suprayitno, AP., M.Si., Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bojonegoro yang memberikan arahan sekaligus menjadi keynote speaker. Beliau menyampaikan, dalam kondisi pandemi ini kita harus selalu menjaga diri dengan memperhatikan protokol kesehatan yang telah dirilis pemerintah. Selain beliaunya ada pula Bapak Drs. Sampun Hadam, S.Pd., MM., Kepala SMK Model PGRI Madiun beliau memaparkan tulisan berjudul "Digital dan Lifeskill Education, Salah Satu Hikmah Covid 19". Yang berisi tentang pentingnya memberikan bimbingan kepada anak didik agar mampu beradaptasi terhadap situasi apapun.
Empat pembicara di workshop bagian pertama ini, tentu saja diharapkan mampu memompa semangat para guru dalam menghadapi musibah gegara Virus Corona. Sebab diketahui dengan timbulnya virus tadi, sedikit banyak menciptakan persoalan baru di bidang pendidikan. Tidak cuma soal jaringan internet dan resiko tertular, juga persoalan mindset. Sebagian orang tua menganggap guru-guru telah memakan "gaji buta" dan tidak bertanggung jawab. Sebab proses pembelajaran yang dulu mereka pegang, kini kembali di-handle orang tua. Terus apa gunanya sekolah? Begitu keluhnya. Padahal jika dicermati secara mendalam, tugas guru menjadi lebih berat. Yang biasanya tidak selalu terhubung internet, sekarang harus eksis di sana. Tentu ini membutuhkan waktu dan tenaga ekstra. Belum pula soal, anak yang sering tidak tetap waktu mengumpulkan. Sehingga kerja guru tidak lagi 7 jam sehari, bahkan 24 jam atau bisa dibilang lebih dari itu.
Dengan pemaparan beliau berempat tadi ditambah dengan petuah Ketua PGRI Jawa Timur, Bapak Teguh Sumarno dan Ketua PGRI Bojonegoro, Ali Fatikin, di awal acara. Juga dengan diperkuat do'a dari Bapak Diman Nasihin, mempertebal keyakinan Bapak dan Ibu Guru untuk tetap bersemangat mengabdi dalam dunia pendidikan, apapun yang terjadi. Bahwa memang segala yang ada di dunia ini sudah menjadi Kehendak-Nya dan kita selaku hamba-hamba-Nya harus terus berupaya mengikhtiarkan dengan sungguh-sungguh serta dilambari keikhlasan hati. Dengan demikian semua usaha profesional akan berdampak secara signifikan dan barokah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar