Siang itu sangat terik. Setelah Memasuki pagar rumah, saya langsung memarkir motor. Kebetulan gemboknya hanya menempel di pagar. Karena anak-anak memang sedang berada di rumah. Kakak Prabu dan Adik Abikara belajar on line dari rumah saja. Setelah memarkir motor, saya bergegas mengambil kunci di saku tas. Lalu melangkah beberapa jengkal saja. Kemudian membuka pintu belakang.
"Assalamualaikum..., sapa saya sedikit berteriak. Namun tidak ada jawaban.
Oh, ternyata anak-anak tidur. Mungkin mereka kecapekan setelah mengerjakan tugas dari dosen dan guru-gurunya. Saya tidak ingin mengganggu. Terus saja berjalan menuju meja kerja, tak jauh dari kamar mereka. Sebelum meletakkan tas, terlebih dahulu membuka saku depan, untuk mengambil HP.
"Ha... ada sepuluh panggilan tak terjawab. Siapa ya?". tanya saya dalam hati. Tanpa ba bi bu, saya melihat, siapa yang menelpon sampai sepuluh kali. Tentunya sangat penting. Rupanya Pak Mukminin. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia saya waktu SMP. Bukan guru biasa. Karena beberapa bulan yang lalu, Pak Mukminin ini pernah mengikuti workshop menulis buku di PBG. Kebetulan saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun sebagai Nara sumber. Setelah mengikuti kegiatan tersebut, semangat menulisnya sangat tinggi. Satu buku tunggal dan beberapa buku patungan berhasil diterbitkan. Dalam kurun waktu teramat pendek, nama beliau melejit bagai roket.
Kembali ke masalah sepuluh pabghilan tak terjawab. Tentunya saya sangat penasaran. Langsung menelpon balik. Namun ternyata tidak ada jawaban. Hem... Ya sudahlah, lebih baik meninggalkan pesan WhatsApp saja. Jadi kalau nanti beliau aktif lagi, kan bisa langsung menbalah.
"Ada apa, Bapa?" tahya saya singkat. Sebelum menuju ke ruang ekspresi. Siang itu saya akan menyiapkan materi webinar.
Sampai keesokan harinya, tak ada jawaban dari Pak Mukminin. Kebetulan jam tujuh pagi saya sudah berada di rumah. Karena hari itu ada Webinar dengan tajuk Guru, Buku dan Sastra. Pesertanya lebih dari 500 guru dari seluruh Indonesia. Kembali saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun bertindak sebagai Nara sumber.
Seusai webinar, kembali saya kembali melihat pesan WhatsApp di HP saya. Ternyata ada lima panghilan tak terjawab dari Pak Mukminim. Juga ada pesan singkatnya.
"Maaf, kemarin saya kelehelan. Baru tilik bayi dari Karanggeneng. sepedahan dalane ora enak. Matur nuwun."
Oh, saya kira ada yang penting. Ternyata hanya itu pesannya.
"Inggih Bapak, boten napa-napa. Mugi tansah sehat," jawab saya.
Tak lama setelah itu, beliau menelpon lagi. Kebetulan saya langsung bisa mengangkatnya.
Bagai petir di siang hari. Rupanya beliau berencana mengundang kami bertiga. Tentu saja dalam acara workshop menulis buku.
05 Agustus 2020. Waktu yang saya tunggu akhirnya datang juga. Hampir semalaman, mata ini tak bisa terpejam. Membayangkan besuk akan berjumpa kembali dengan guru-guru dan sahabat-sahabat saya. Jam dua belas malam saya ke kamar kecil. Setelah itu menuju kamar Prabu, anak pertama saya. Langsung ke kamar Abikara, adiknya. Mereka berdua sudah terlelap dengan posisi yang lucu-lucu. Lalu saya menuju ke dapur. Membuka kulkas dan mengambil kaleng susu. Lanjut menyalakan kompor untuk memasak air. Semoga dengan minum segelas susu hangat ini, mata segera terpejam.
Benar saja. Tak lama setelah itu, saya terlelap juga. Tapi jam 3 sudah terbangun lagi. Langsung ke kamar mandi untuk bersih-bersih dan berwudhu. Sebelum shalat tahajud,. Terlebih dahulu membangunkan Mas Catur, suami saya. Sambil menunggu beliau keluar dari kamar mandi, saya mengambil beras dan memsaknya di magic com. Juga memasak air untuk membuat kopi untuk Mas Catur dan air madu untuk saya dan anak-anak. Baru kemudian menuju ke mushola di rumah kami. Tidak perlu dibangunkan, Prabu dan Abikara ternyata sudah berada di sama. Mereka shalat tahjud berdua. Alhamdulillah... Anak-anak itu sudah terbiasa melakukan shalat tahajud dan duha setiap hari. Sambil menunggu azan subuh, saya masak di dapur untuk sarapan dan makan siang. Mas Catur mebcuci, Prabu menyapu dan ngepel. Sedangkan Abikara menyiram bunga.
Walau perkerjaan belum selesai. Jika sudah mendengar adzan subuh, kami semua segera menuju mushala. Semua pekerjaan dilanjutkan setalah shalat berjamaah. Setelah semua masakan matang, kami sarapan bersama. Baru kemudian mandi secara bergantian. Karena kamar mandi kami hanya dua. Saya dan ayahnya mandi duluan. Setelah itu baru kakak dan adiknya.
Tiba-tiba ada WA dari Pak Slamet Widodo. Beliau mengabarkan, bahwa akan ceklok dulu ke sekolahnya. Saya mengiyakan. Karena memang masih jam enam pagi. Toh kita janjian berangkat jam 07.00 dari rumah saya. Tapi karena jam 06.30 beliau sudah datang. Juga Pak Ajun Sudan menunggu di masjid Baureno. Maka kami berangkat saat itu juga. Namun sebelumnya mampir ke sekolah saya dulu untuk ceklok.
Pas jam 07.30. Rombongan kami sudah sampai di SMPN 1 Kedungpring. Mas Catur segera membuka semua kaca mobil, sebelum memasuki pintu gerbang. Ada Pak Satpam Yono, Pak Wadi, Pak Kris, dan beberapa wajah baru tidak saya kenal. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan kami.
Turun dari mobil, ada Pak Mukminin dan Pak Kasto. Kami sempatkan foto bersama beliau berdua di panggung ekspresi karya Pak Kasto. Mas Catur yang memotret. Setelah itu gantian. Beliau yang mau foto bareng, sedangkan saya yang memotret.
Saat memasuki ruang TU, ada Bu Sunis, Bu Laili, Bu Rinda, Bu Eni, dan Bu Ery. Kami sempatkan foto bersama di situ, sebelum diajak masuk ke ruang tamu. Mas Catur menunggu di ruang TU sambil webinar.
Kami bertiga disambut oleh Ibu Kepala sekolah. Namnya Ibu Sri Wahjuni. Berbincang-bincang sebentar, lalu beliau berpamitan untuk gladi bersih. Sedangkan kami bertiga tetap dipersilahkan menikmati jamuan pagi di ruang tamu. Bu Ery menyuguhkan kopi dan teh.
Lama menunggu. Namun Bapak Kepala dinas dan jajarannya belum datang juga. Akhirnya kami dipersilahkan berkenalan dengan peserta workshop. Sesuai urutan pemateri. Saya meminta Pak Ajun berkenalan terlebih dahulu. Baru disusul Pak Slamet Widodo dan saya.
Tak lama setelah itu, Bapak kepala Dinas bersama tim sudah datang. Acara pembukaan segera dimulai. Ibu Sri Wahjuni selaku kepala sekolah memberikan sambytan. Beliau menjelaskan tentang maksud dan tujuan kegiatan pagi itu. Dilanjut sambutan Bapak Adi Suwito, Kepala dinas pendidikan kabupaten Lamongan. Bapak kepala dinas menyambut baik kegiatan tersebut. Kata beliau, SMPN 1 Kedungpring ini merupakan barometer sekolah-sekolah di Kabupaten Lamongan bagian barat. Jika sekolah-sekolah lain marih ribet dengan urusan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh). Tetapi di sini semua itu sudah lewat.
Belum lama ini, SMPN 1 Kedungpring telah menerbitkan sebuah buku antologi puisi. Namun buku tersebut baru ditulis oleh beberapa guru dan siswa saja. Belum semua guru ikut menulis. Oleh karena itu, maka mereka mendatangkan saya, Pak Slamet Widodo dan Pak Ajun Pujang Anom. Seusai workshop menulis buku ini diharapkan dapat memacu semangat guru-guru untuk menulis dan menerbitkan buku. Jangka pendek bisa menerbitkan buku antologi. Sementara jangka panjangnya dapat menerbitkan buku tunggal.
Pembukaan telah selesai. Bapak kepala dinas beserta jajarannya sudah pamit. Waktu sepenuhnya diserahkan kepada kami bertiga. Sesi pertama
Keren 3 narsum hebat
BalasHapusKeren 3 narsum hebat
BalasHapus