BOJONEGORO l Jejakkasustv.com – Ngangsu Kaweruh di Festival Samin ke-8 usung tema Obor Sewu “Mikul Dhuwur Mendem Jero” di Balai Budaya Dusun Jepang Desa/Kecamatan Margomulyo Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur, Sabtu (20/7/2024) siang.
Tampak hadir, Bappeda Jatim, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan XI, Bappeda Bojonegoro, Pemerhati Budaya, Doktor Sugeng Wardoyo dari ISI Jogja, Eyang BEP Praktisi pendidikan anak dari Lembaga Nittramaya Magelang, Sedulur Sikep Samin Blora, Sejumlah Pemerhati Budaya, Camat Margomulyo, Kepala Desa Margomulyo serta seluruh warga/penganut ajaran Samin Surosentiko.
Generasi kelima Penerus ajaran Samin Surosentiko, Bambang Sutrisno mengungkapkan, Festival Samin ke-8 2024 mengusung tema Obor Sewu “Mikul Dhuwur Mendem Jero” karena sesuai dengan Surat Edaran Pj Bupati Bojonegoro yang mewajibkan seluruh ASN menggunakan Udeng Samin bermotif Obor Sewu setiap hari Rabu.
“Moment-nya tepat dengan edaran Pj Bupati yang mewajibkan seluruh ASN memakai Udeng Samin bermotif Obor Sewu,” ungkapnya.
Sedangkan, Mikul Dhuwur Mendem Jero dimaksudkan agar penganut ajaran Samin menjunjung tinggi nilai-nilai ajaran sesepuh Samin Surosentiko. “Tanpa meninggalkan pesan leluhur yaitu perilaku jujur, sabar, trokal lan nrimo, ojo dengki, srei, dahwen Kemiren, pek-pinek barang lian. Ojo bedak-bedakne sepodo-padane urip, kabeh iki sedulure dewe. Ojo waton omong, omong sing nganggo waton, biso roso rumongso,” ungkapnya.
Selain itu, Kata Bambang, Ngangsu Kawruh Festival Samin kali ini juga. Bertujuan mengenalkan kepada masyarakat luas khususnya anak muda tentang ajaran Samin yang sesungguhnya.
“Jadi kami punya kewajiban memberikan penjelasan dan meluruskna dari pitutur leluhur kita, karena banyak bahasa Jawa ‘sanepan’ dengan nama sesepuh kita dengan anggapan negatif, agar bisa diterima,” tandasnya.
Sementara, Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XI, Endah mengatakan, pihaknya hadir memberikan dukungan festival Samin, Ngangsu Kawruh. Apalagi, kata Endah, Samin sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI).
“Hal ini membantah adanya stigma negatif dengan ajaran Samin Surosentiko, seperti apa yang disampaikan mas Bambang, tugas kita meluruskan sehingga bisa menepis stigma negatif mengenai Samin. begitu kita sampai disini, kita buktikan, ternyata tidak seperti anggapan negatif sebagian masyarakat yang belum tahu sebenarnya,” ucapnya.
Ia menegaskan, hadirnya tim Balai Pelestarian Kebudayaan wilayah XI ini juga mendukung agar ada keberlanjutan dari generasi ke generasi. Menurutnya, ajaran Samin Surosentiko ini tantangannya sangat luar biasa untuk dilaksanakan.
“Lima ajaran Mbah Samin di era digital ini tantangannya sangat luar biasa untuk dikerjakan, ringan diucapkan berat dilaksanakan,” akunya.
Senada, Kepala Bappeda Jawa Timur, M Yasin sangat mengapresiasi giat Ngangsu Kawruh Festival Samin. Pihaknya bersama Bappeda Bojonegoro mendukung penuh giat ini.
“Festival Samin ini bagus, perlu kita lestarikan, apalagi ajaran Samin ini luar biasa, sangat luhur dalam rangka membangun jati diri bangsa dan masyarakat yang ingin menegakkan kebenaran, yang waktu itu dirintis eyang Samin Surosentiko,” kata Yasin.
Masih Yasin, kata dia, salah satu indikator kinerja pemerintah itu adalah bagaimana membangun harmonisasi, lanjut dia, di Jawa Timur ada istilah Jatim Harmoni, ialah membangun keserasian antara kehidupan masyarakat, budaya dan lingkungan. Menurutnya, Samin ini salah satu aset budaya yang mampu membangun harmonisasi bermasyarakat dan berbangsa.
“Kami bersama Bappeda Bojonegoro berkomitmen untuk menjadikan festival Samin ini menjadi agenda rutinnya Pemkab Bojonegoro. Nanti akan kami kawal dan kita diskusikan, apa saja yang dibutuhkan masyarakat Samin untuk pengembangan selanjutnya. Samino, Samin masih ono, Samini Samin masa kini dan nanti kita kembangkan dan tetap melestarikan ajaran Samin,” tutupnya.
Diketahui, lima pitutur luhur ajaran Samin Surosentiko diantaranya, Pertama soal “Laku jujur, sabar, trokal, lan nrimo” Artinya berprilaku baik, memiliki sifat jujur dan sabar.
Kedua, “Ojo dengki srei, dahwen kemiren, pekpinek barange liyan, artinya Tidak boleh memiliki sifat iri dengki, rasa keiinginan memiliki dan mengambil hak orang lain.
Ketiga ” Ojo mbedo mbedakno sapodo padaning urip, kabeh iku sedulure dewe” artinya Jangan membeda bedakan sesama manusia, semua adalah saudara,
Keempat ” Ojo waton omong, omong sing nganggo waton” Artinya Jangan asal bicara, namun bicaralah dengan aturan”
Dan yang kelima adalah ” Biso Roso Rumongso” Artinya Jadilah manusia yang memiliki rasa empati.
Reporter : Herry.