Sabtu, 26 Juni 2021

Bupati Bojonegoro

Daftar Nama Bupati BOJONEGORO Dari Masa Ke Masa
Sebelum kemerdekaan
***********************
1677 - 1705 : Pangeran Mas Toemapel > Jipang / Padangan

1705 - 1718 : Ki Wirosentiko (R. Tumenggung Suro Widjojo) > Jipang / Padangan

1718 - 1741 : Ki Songko (R. Tumenggung Hario Matahun l) > Jipang / Padangan

1741 - 1743 : R. Tumenggung Hario Matahun ll > Jipang /Padangan

1743 - 1755 : R. Tumenggung Hario Matahun lll > Rajekwesi / Padangan

1755 - 1756 : R. Ronggo Prawirodirdjo l > Rajekwesi / Padangan

1756 - 1760 : R. Purwodidjojo > Rajekwesi / Padangan

1760 - 1800 : R. M. Guntur Wirotedjo > Rajekwesi / Padangan

1800 - 1811 : R. Ronggo Djenggot > Rajekwesi / Padangan

1811 - 1816 : R. Prawirosentiko > Rajekwesi / Padangan

1816 - 1821 : R. Tumenggung Sumonegoro > Rajekwesi / Padangan

1821 - 1823 : R. Tumenggung Sosrodiningrat > Rajekwesi / Padangan

1823 - 1825 : R. Tumenggung Purwonegoro > Rajekwesi / Padangan

1825 - 1827 : R. Adipati Djojonegoro > Rajekwesi / Padangan

1827 - 1828 : R. Tumenggung Sosrodilogo > Rajekwesi / Padangan

1828 - 1844 : R. Adipati Djojonegoro > Bojonegoro

1844 - 1878 : R. Adipati Tirnoto l > Bojonegoro

1878 - 1888 : R. M. Tumenggung Tirnoto ll > Bojonegoro

1888 - 1890 : R. M. Sosro Kusumo > Bojonegoro

1890 - 1916 : R. Adipati Aryo Reksokusumo > Bojonegoro

1916 - 1936 : R. Adipati Aryo Kusumoadinegoro > Bojonegoro

1936 - 1937 : R. Dradjat > Bojonegoro

1937 - 1943 : R. Tumenggung Achmad Surjodiningrat > Bojonegoro

1943 - 1945 : R. Tumenggung Oetomo > Bojonegoro

Sesudah kemerdekaan
***********************
1945 - 1947 : R. Tumenggung Sudiman Hadiatmodjo > Bojonegoro

1947 - 1949 : Mas Surowijono > Bojonegoro

1949 - 1950 : R. Tumenggung Sukardi > Bojonegoro

1950 - 1951 : R. Sundaru > Bojonegoro

1951 - 1955 : Mas Kusno Suroatmodjo > Bojonegoro

1955 - 1959 : R. Baruno Djojoadikusumo > Bojonegoro

1959 - 1960 : R. Soejitno > Bojonegoro

1960 - 1968 : R. Tamsi Tedjo Sasmito > Bojonegoro

1968 - 1973 : Letkol Infantri Sandang > Bojonegoro

1973 - 1978 : Kolonel Infantri Alim Sudarsono > Bojonegoro

1978 - 1983 : Drs. Soejono > Bojonegoro

1983 - 1988 : Drs. Soedjito > Bojonegoro

1988 - 1993 : Drs. H. Imam Soepardi  > Bojonegoro

1993 - 1998 : Drs. H. Imam Soepardi > Bojonegoro

1998 - 2003 : Drs. H. Atlan > Bojonegoro

2003 - 2008 : Kolonel Infantri (pur) H. M. Santoso > Bojonegoro

2008 - 2013 : Drs. H. Suyoto, M. Si > Bojonegoro

2013 - 2018 : Drs. H. Suyoto, M. Si > Bojonegoro

2018 - (Saat ini) : Dr. Hj. Anna Mu'awanah > Bojonegoro

Sumber: Nusantara Jayati

Untuk lebih lanjutnya monggo dikupas satu persatu. Karena ada sebagian nama (sebelum kemerdekaan) yg tidak disebutkan dalam kntr perpustakaan dan arsip Bojonegoro.

#Tokoh_Bojonegoro

Selasa, 22 Juni 2021

Telaah Budaya Jawa Timur 2

Alhamdulillah... Mendapat undangan lagi.  Setelah beberapa bulan yang lalu.  Kini guru penulis mendapat kesempatan workshop menulis Budaya Jatim.  Kali ini yang diundang hanya penulis. Kalau bulan lalu bersama pustakawan.  
Untuk menghindari macet, saya berangkat naik motor.  Boncengan sama anak pertama saya, Mas Eriansyah.
Berangkat pagi-pagi dari Baureno, agar tidak panas. Tidak macet pula.  Sekitar jam 07.30 kami meluncur dari Baureno Bojonegoro.   Istirahat sebentar untuk membeli makanan kecil dan minuman di Wonokromo.  Lalu lembali melanjutkan perjalanan.  Jam 10.00 sudah sampai di Hotel Luminor.  Tepatnya di jalan Jemursari Surabaya.
Seorang satpam menyambut kedatangan kami dengan ramah. Beliau mebgarahkan agar sepedah motor kami parkir di lantai bawah tanah.  Baru setelah itu masuk ke lobi hotel.  Sebelum membuka pintu, kami berdua menyemprot tangan dengan hand sanitizer. Ternyata di dalam sudah ada dua orang yang sedang duduk.
"Penulis Jatim?" Tanya saya.
"Iya Bu. Saya Bu Endang dari Blitar.  Panjenengan dari mana?" Tanyanya.
"Saya Bu Kinanthi dari Bojonegoro. Kalau panjenengan dari mana?" Tanya saya kepada seseorang yang duduk di samping Bu Endang.
"Saya Bu Alfa, dari Blitar juga."
Tanpa salaman, karena memang mematuhi protokol kesehatan.  Kami bertiga sudah terlibat perbincangan tentang kepenulisan dan lain-lain.
Bu Endang bertanya tentang buku yang sudah saya tulis.  Kebetulan saat itu saya membawa beberapa buku. Beliau meminjam salah satu buku tersebut. Yaitu buku yeng berjudul "Menulis dan Menerbitkan Buku untuk Keliling Nusantara dan Dunia."
Sekilas beliau baca.  Lalu bertanya-tanya tentang pengalaman di Amsterdam dan Singapura.  Ternyata beliau juga pernah ke Singapura.  Akhirnya perbincangan kami nyambung.
Tak lama setelah itu, datang seorang wanita cantik. Ternyata bernama Bu Leni. Beliau adalah seorang guru MI dari Kota Madiun.  Bu Leni inilah yang menjadi teman sekamar dengan saya.  Yaitu di kamar 1217.
Jam 13.00 kami melakukan registrasi.  Tepatnya di lantai 5.  Di situlah yang nantinya akan menjadi tempat workshop.  Atau disebut meeting room.  Setelah tanda tangan daftar hadir sebanyak 3 kali. Saya diberi tas yang berisi buku tulis, polpen, masker dan hand moisturizer.  
Setelah itu, kembali ke lobi hotel untuk mengambil kunci kamar.  
Langsung menuju ke kamar 1217.  Istirahat, bersih-bersih dan shalat.  Tepat jam 14.00 kami semua harus kembali ke lantai 5 untuk mengikuti pembukaan.  Tetapi sampai jam 15.00 acara belum juga dimulai.  Kami dipersilahkan menikmati kue dan cappucino terlebih dahulu.  Sambil berkenalan dan berbincang-bincang dengan penulis lain.  Tentu saja diselingi dengan selfie di depan banner.  Sehingga nanti bisa diunggah di media sosial.
Jam 15.10 acara pembukaan dimulai.  Pembawa acara menyampaikan rangkaian acara pada sore hari itu.  Setelah menyanyikan lagu Indonesia raya, dilanjut mars Perpustakaan. Lalu laporan ketua panitia, yang disampaikan oleh Bu Susi.  Kemudian sambutan dari kepala perpustakaan Jawa Timur, sekaligus membuka acara.  Pembukaan ditutup dengan doa.  Agar akhir acara tidak terlalu malam, maka langsung dilanjut materi pertama. Narasumbernya adalah Bapak Dr. Teguh. 
http://bit.ly/TelaahBudayaJATIM

Link materi Telaah Budaya Jawa Timur. Mangga....
Oleh-oleh workshop di Hotel Luminor Surabaya, 22 Juni 2021

Sabtu, 19 Juni 2021

Sudarmono

WAPRES ke-5 RI, SOEDHARMONO adalah keturunan orang BOJONEGORO
Letnan Jenderal TNI (Purn) H. Soedharmono, SH. Lahir di Cerme Gresik pada 12 Maret 1927, dan meninggal dunia di Jakarta pada 25 Januari 2006 di usia 78 thn. Menjabat Wapres ke-5 RI selama periode 1988-1993 dan merupakan wakil dari Presiden Soeharto.

Lalu siapa Sudharmono? Dan bagaimana kehidupan masa kecilnya yang jarang orang mengetahuinya? 
Disini sedikit kita ulas masa kecil beliau, bukan karirnya. 

Sang Wapres adalah anak dari Soepijo Wirodiredjo, yang merupakan anak seorang carik atau sekretaris desa Kabalan, Kecamatan Kanor. Sedang ibunya bernama Raden Nganten Sukarsi yang merupakan putri asisten wedana (sekarang disebut camat) Balen. Dua kecamatan itu berada di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Jadi Sudharmono adalah cucu para priyayi Bojonegoro.

Ayahnya mengawali karier menjadi pegawai magang di kantor Kecamatan Balen. Saat itulah Soepijo bertemu dengan Sukarsi. Waktu bertemu, Sukarsi adalah seorang janda karena suami terdahulu meninggal dunia. Cinta Soepijo dan Sukarsi akhirnya menjalin cinta dan menikah. Soepijo lalu diterima kerja menjadi juru tulis di Kecamatan Cerme, Gresik. Di sinilah pada tahun 1927 Sudharmono lahir. Kakaknya, Mbak Siti, lahir pada tahun 1924. Dan kakak tertuanya, Mas Sunar yang lahir pada tahun 1921.

Kisah masa kecil Wapres yang kalem ini banyak menemui jalan terjal dan kesedihan. Ketika ia berusia 2 tahun, sang ayah dipindah ke Tuban menjadi juru tulis di Kepatihan (Wakil Bupati). Tapi di Tuban inilah sang ibu meninggal dunia saat melahirkan anak keempat atau adik sang wapres. Kematian sang ibu membuat ayahnya sedih dan terpukul hingga akhirnya menyusul meninggal dunia beberapa bulan kemudian saat di rawat di Surabaya. Tapi sebelum meninggal, ayahnya sempat dipindah ke Tambakrejo, Bojonegoro.

Masa kecil sang wapres
berpindah-pindah tempat tinggal karena sudah yatim piatu. Sehingga ia dan Mbak Siti berpindah dari Surabaya ke Jombang, lalu ke Wringin Anom (Gresik) kemudian ke Rembang. Perjalanan hidup yang keras dan penuh kesedihan dialami sang wapres kecil. Saat di Jombang, ia dan kakaknya diperlakukan seperti pembantu dan sering dihajar. Hingga akhirnya keduanya diusir dan keluar rumah berjalan kaki menyusuri rel kereta api. Di pikiran kecilnya, dengan berjalan kaki keduanya bisa sampai ke "Mbah Kanor" di Kabalan. "Mbah Kanor", begitu sang wapres menyebutnya sangat menyayangi mereka, dua anak kecil yang tak lagi punya orangtua.

Tapi dengan hidup yang keras itu, sang Wapres kecil berlatih disiplin. Itu yang membentuk pribadinya di masa dewasa. Hingga akhirnya ia mampu melewatinya dengan kesuksesan dan bisa melanjutkan ke sekolah. Ia lebih banyak menghabiskan sekolah di Rembang bersama Mbah Siten di Rembang, yakni keluarga dari ibu. Dan kemudian masuk militer hingga akhirnya dipercaya menduduki jabatan orang kedua di Indonesia.

Sumber cuplikan: Kumparan

#tokoh_nasional

Selasa, 15 Juni 2021

Hancurnya Gedung PBG

https://youtu.be/4j_db2Y08XY

Gurit ini masih sangat relevan.  Apalagi saat ini. Penguasa telah menghancurkan Gedung PBG (Pusat Belajar Guru) Bojonegoro.   Konon katanya, di sana akan dibangun rumah dinas Kejaksaan. Kita bisa apa?

Minggu, 13 Juni 2021

Berbagi adalah Bahagia

💓 _*Inspirasi Pagi*_💓
      ✍️Kaya itu *bukan ketika  Qta mampu membeli,* tapi *ketika Qta mampu memberi.*

      ✍️ _*Berbagi adalah bahagia,*_ semakin berbagi dalam kebaikan _*maka akan semakin bahagia jiwa Qta.*_

Selasa, 08 Juni 2021

Niat Menjadi Guru

Niat Menjadi Guru
Pesan ke sembilan untuk anakku, "Jika kamu bertekat menjadi guru, maka kamu harus yakin bahwa guru itu banyak memberi. Guru itu banyak menanam. Suatu ketika nanti, apa yang diberikan atau yang ditanam akan dituai. Jika yang diberikan dan ditanam kebaikan, pastilah akan menuai kebaikan. Untuk itu berhati-hatilah saat menanam, jangan salah niat. Jangan terlalu banyak meminta atau menuntut. Ketika anak diminta dan dituntut apa yang tidak mampu, membuat anak stres bahkan membenci pada gurunya.

Ingat yang dipesankan K.H. Maemun Zubair, "Jadi guru itu tidak usah punya niat bikin pintar orang. Nanti kamu hanya marah-marah ketika melihat muridmu tidak pintar. Ikhlasnya hilang. Yang penting niat menyampaikan ilmu dan mendidik yang baik. Masalah muridmu kelak jadi pinter atau tidak, serahkan pada Allah. Doakan saja agar muridmu mendapat hidayah.

Inilah yang namanya ketulusan hati. Jangan andalkan ilmu, namun luruskan niat. Banyak guru yang merasa hebat, namun salah niat. tak bisa merasakan mendidik dan mengajar dengan nikmat. Merasa bahwa dengan kepandaiannya, akan mampu membuat anak pandai. Sebenarnya ada yang hilang, ketulusan niat. Merasa...dan ingin menjadi anak sehebat dirinya. Guru seperti inilah yang mudah strees dan gampang meremehkan anak ketika keinginan tidak tercapai. Tuluslah dalam mendidik dan mengajar. Berikan yang terbaik, dengan persiapan dan proses yang baik, hasilnya akan baik.


Jumat, 04 Juni 2021

Sunarti

Jenenge SUNARTI.  Aku biasa nyeluk dheweke, Sun.  Kanca SD sing wis puluhan taun ora nate kepethuk.  Wonge saiki dodolan lonthong pecel + lodheh ing sakidule Mbah Buyut. Wong Tlanak utawa sakiwa tengene mesthi weruh panggonan kuwi.  Saben taun ing Sasi Agustus, ing kono ana adicara budaya kang ora baen-baen.  Wong asli Tlanak akeh2e mulih nalika adicara Nyadran kuwi.  Sanajan manggone wis adoh ing manca.  
Bali maneh ing urusan lonthong.  Jare anak2ku, lan uga dulur2ku.  Durung nate nemoni lonthong pecel+lodheh kang enake ora jamak kaya iki.  Regane ya murah banget.  Aku pesen limang bingkus, ditambah peyek lan gimbale sakresek.  Lha kok mung diregani selawe ewu.  Pranyata sakbungkus wae loh isa dicanjak wong loro.  Sik kewaregen.  "Lho kok murah men?" putakonku sinambi guyon.  "Wis ta biasa, nang ndesa.  Arep adol larang, ya sapa sing arep nukoni," jawabe karo mringis.  Rumangsaku rupane lan gayane kok ya sik pancet kaya jaman SD kae.  Dadi kelingan, biyen asring sinau bareng ing daleme Mbahku.  Pungkasaning wektu.  Sadurunge pamit aku nitip salam marang Mbak Sunah, Epi, Jumisih lan Tutik.  Kanca sinau lan dolanan nalika isih sekolah ing SDN Tlanak 2.